Pernikahan Tanpa Restu

Hahaha..

Suara tawa yang terdengar renyah keluar dari mulut Avinna. Sedikit pun dia tidak percaya dengan ucapan Axel barusan. Meski hatinya cukup gelisah, namun dia menutupi semua itu dengan pemikirannya sendiri. Jika Axel tidak mungkin menikahi wanita lain tanpa dia tahu. Karena sampai sekarang tidak ada kabar jika dirinya memang sudah menikah.

"Kamu jangan bercanda terus, Xel. Lagian aku tuh kenal kamu dan keluarga kamu dari dulu. Kalau memang benar kamu sudah menikah, kabar kamu akan tersebar kemana-mana. Tapi tidak ada berita yang menunjukan jika kamu sudah menikah. Sudahlah, gak lucu tahu. Kenapa juga kamu sampai seperti ini jahilin aku"

"Aku tidak berbohong. Avinna, aku tahu kamu pasti sangat terkejut sekarang. Tapi ini adalah kenyataannya. Kamu harus percaya padaku, aku juga tidak ingin menyakitimu dan juga hati istriku" ucap Axel, dia juga tidak berekspetasi tanggapan Avinna akan seperti ini.

Avinna meminum menyelempangkan tasnya di bahu, lalu dia beranjak dari duduknya. "Sudahlah, aku harus kembali ke rumah sakit sekarang. Kamu kerja dengan baik ya"

Avinna langsung pergi dari ruangan Axel dengan perasaan yang gelisah. Bohong jika dia tidak kepikiran dengan ucapan pria itu barusan. Meski dia mencoba menghapus perasaan gelisahnya dengan pemikirannya itu. JIka Axel hanya sedang bercanda saja padanya. Tapi dia jelas melihat tatapan yang begitu serius dari pria itu saat mengatakannya.

Avinna naik ke dalam mobilnya, tapi belum dia menyalakan mesinnya. Hanya diam dengan memegang kemudi. Merogoh tasnya dan mengambil ponsel dari sana. Avinna menghubungi seseorang saat ini.

"Ayah, tolong minta orang-orang suruhan Ayah untuk menyelidiki Axel. Aku perlu memastikan sesuatu"

"Loh, memangnya ada apa Vin? Kenapa kamu tiba-tiba ingin menyelidiki tentang calon suami kamu. Dia tidak berbuat jahat kok selama ini, belum melihat ada kabar buruk tentang dia" ucap Ayah di sebrang sana, cukup heran dengan permintaan anaknya ini.

"Tapi sekarang dia bekerja di Perusahaan temannya. Bahkan sebagai Sekretaris temannya. Apa Ayah tidak merasa aneh, kenapa dia tidak bekerja di Perusahaan Papanya. Jadi sekarang tolong cari tahu semua tentang dia"

Sepertinya Ayah pun mulai kepikiran tentang hal ini. "Baiklah, Ayah akan meminta orang untuk menyelidikinya"

Avinna langsung menutup sambungan telepon setelah dia mengucapkan terima kasih pada Ayahnya. Avinna menghembuskan nafas pelan, lalu dia mulai menghidupkan mesin mobil dan melanjukannya.

"Aku harus tahu dulu bagaimana kehidupan kamu setelah kita berpisah beberapa tahun lalu"

*

Sore hari ketika Reni sudah selesai dengan waktu bekerjanya, dia terkejut saat suaminya yang tiba-tiba menjemput ke tempat kerja. Semua teman kerja pun begitu terkejut dengan kehadiran Axel. Dan disini Tika juga baru menyadari jika pria yang menemui Reni waktu itu dan dia anggap wajahnya tidak asing, adalah Axel. Anak pengusaha kaya yang selalu berseliweran di televisi tentang berita keluarganya. Dan yang terakhir adalah berita tentang perjodohan.

Tika langsung memegang tangan Reni, sekarang dia tahu kenapa wajah karyawannya yang selama ini selalu terlihat murung dan tidak ceria lagi. Semuanya pasti karena berita yang tersebar.

"Ren, kamu baik-baik saja 'kan? Berita itu..." Dia tidak sanggup melanjutkan, karena dia tidak tega membahasnya di depan Reni. Seorang istri yang tersakiti disini.

"Sudah Kak, semuanya baik-baik saja kok" Reni memegang tangan Tika yang memegang lengannya itu. Lalu dia melirik ke arah karyawan yang lain. "Semuanya, maaf kalau selama ini aku tidak cerita tentang ini. Sebenarnya aku sudah menikah, dan ini adalah suamiku"

Axel tersenyum senang ketika istrinya memperkenalkan dia pada teman-teman kerjanya disini. Membuat Axel langsung mengangguk sopan pada semuanya sebagai perkenalan dia.

"Ya ampun Kak, ini 'kan anak pengusaha yang sedang di jodohkan sama Dokter cantik Avinna itu 'kan? Kenapa bisa dia menjadi suami Kakak?" ucap Resa dengan begitu kaget, bahkan dia tidak sadar sudah berteriak. Membuat Hani yang berdiri disampingnya langsung menutup mulut Resa dengan tangannya.

Reni tersenyum mendapatkan pertanyaan itu. Berita perjodohan suaminya yang sudah tersebar, tentunya banyak orang yang sudah mengetahuinya.

"Do'akan saja pernikahan kami akan baik-baik saja ya. Aku hanya sedang berusaha untuk tidak membuat perjuangan selama ini sia-sia" ucap Reni.

"Pantas saja Kakak bilang jika pernikahan Kakak terjadi dengan melawan restu. Aku mengerti sekarang" ucap Hani.

Reni hanya tersenyum saja, dia merasa jika Hani memang lebih dewasa. Padahal usia dia adalah yang paling muda disini. Tapi pemikirannya yang cukup dewasa dan selalu bijak dalam menyikapi masalah.

"Yaudah, aku pulang duluan ya. Maaf gak bisa ikut lembur hari ini"

"Iya Kak gak papa"

Akhirnya Reni pun pergi dengan suaminya. Pulang kerja pertama di jemput oleh suaminya dengan baik-baik seperti ini. Tidak seperti sebelumnya, Axel yang datang hanya karena dia marah padanya yang sudah banyak berbohong padanya. Itu tidak dia anggap sebagai suaminya yang menjemputnya pulang bekerja.

Reni terus melirik suaminya yang sedang mengemudi. Wajahnya terlihat lesu, entah apa yang mengganggu pikirannya. Sampai Reni ingat jika tadi pagi suaminya bilang akan bicara pada Avinna tentang mereka.

"Sayang, bagaimana pertemuan kamu dan Avinna itu?" tanya Reni.

Axel menghembuskan nafas pelan, dia menoleh dan menatap istrinya sekilas. "Dia tidak percaya jika aku sudah menikah. Apa yang aku ucapkan dan jelaskan padanya, sungguh sia-sia karena dia tidak percaya padaku"

Reni tersenyum, dia mengelus pipi suaminya dengan lembut. "Pantas saja kalau dia tidak percaya. Kan pernikahan kita ini disembunyikan, jadi semua orang tidak akan tahu kecuali orang-orang yang benar-benar dekat dengan kita"

Axel langsung meraih tangan istrinya yang berada di pipi. Mengenggamnya dengan lembut. "Maaf ya karena pernikahan kita harus disembunyikan"

Reni hanya tersenyum saja, karena sebenarnya bisa menikah dengan suaminya saja sudah keberuntungan besar baginya. Apapun yang terjadi dia tidak akan pernah menyesali apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Karena keputusan menikah dengan pria yang dia cintai, adalah keputusan besar yang tidak akan dia sesali.

"Semuanya akan baik-baik saja jika sudah saatnya. Sekarang kita hanya perlu berjuang lebih keras lagi. Tapi semuanya kita serahkan saja pada Tuhan, karena Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita berdua. Bagaimana akhirnya, kita tidak akan pernah tahu yang direncanakan oleh Tuhan untuk kita" 

Axel mengecup punggung tangan istrinya yang berada dalam genggaman. "Akhirnya kita akan tetap bersama!"

Bersambung