ZAVIER

Kegiatan belajar mengajar di SMA Taruna Nusantara sudah berakhir.

Ada yang masih dikelas sedang merapikan alat tulisnya, ada yang langsung melenggang ke parkiran untuk mengambil kendaraannya, dan ada juga yang menunggu jemputan di halte. seperti yang Kanaya saat ini, ia sedang menunggu mang Asep menjemputnya.

Tak lama, suara deruman motor terdengar menghampirinya. orang itupun memberhentikan motornya dihadapan Kanaya lalu membuka helmnya.

"Ngapain disini?" Tanya Devan.

"Mandi" Jawab Kanaya asal. "Ya lagi nungguin jemputan lah kak, terus ngapain lagi coba?" Kesal Kanaya, sebab Devan terlalu basa-basi.

"Santai dong, gue kan cuma tanya" Devan terkekeh. "Bareng gue aja, ayo" Ajak Devan.

"Gak usah, supir gue dikit lagi sampe" Tolak Kanaya.

"Bareng gue aja, keburu sore nanti banyak preman" Bujuk Devan.

Kanaya tersenyum kecil. "Gak bakal, lagian disini juga masih rame, gak mungkin ada yang berani macem-macem" Jawab Kanaya.

Memang saat ini masih ramai oleh siswa-siswi SMA Taruna Nusantara, tidak seperti waktu itu yang sudah lumayan sepi sehingga Kanaya diganggu oleh preman.

"Udah, bareng gue aj-"

Belum selesai dengan ucapannya, tiba-tiba suara deruman motor menghampiri mereka, pengendara itupun langsung berhenti lalu membuka helmnya.

"Kanaya balik bareng gue!" Zavier berjalan menghampiri Kanaya.

"Apaan sih lo, gue bisa pulang sendiri!" Sinis Kanaya.

"Tuh denger, Kanaya aja gak mau pulang sama lo!" Devan tersenyum miring kepada Zavier.

"Pulang sama gue!" Zavier menggenggam tangan Kanaya untuk mengikutinya.

Kanaya berusaha melepaskan tangannya dari Zavier.

"Gak kak, gue gak mau pulang sama lo!" Pekik Kanaya.

"Pokoknya lo pulang bareng gue!" Kata Zavier tak ingin dibantah.

"Gue bisa sendiri kak, lepas kak tangan gue sakit" Kanaya meringis sakit.

Zavier yang baru sadar genggamannya terlalu kencang, ia pun segera melonggarkannya.

Devan yang melihat itupun segera turun dari motor dan melepaskan tangan Zavier yang menggenggam tangan Kanaya.

"Kanaya gak mau sama lo, jangan maksa dong!" Tegas Devan.

"Lo gak usah ikut campur, dan gue tegasin sama lo jangan deketin Kanaya lagi, dia milik gue!" Ucap Zavier penuh penekanan.

Devan tertawa mengejek. "Jangann ngarep lo, Kanaya aja ngehindarin lo"

"Bangs-"

"Kak Devan, kak Zavier, stop please" Teriak Kanaya. "Gue gak akan pulang sama lo, apalagi lo!" Kanaya menatap Devan dan Zavier bergantian.

"Mending kalian pulang deh, gue juga bentar lagi pulang, supir gue udah deket" Lanjut Kanaya.

Karena tak mau membuat keributan ditempat umum dan juga tak ingin Kanaya memandang dirinya jelek, Devan pun pergi dari hadapan mereka.

Sang ketua osis itupun menaiki motornya lalu melajukannya.

Sementara Zavier, ia masih berdiri disamping Kanaya. alih-alih pergi, ia malah duduk dikursi halte.

"Lo ngapain masih disini? gue udah bilang gak mau pulang bareng lo" Kanaya menatap kesal.

"Emangnya ada larangan gue duduk disini? kan ini tempat umum, siapapun boleh disini" Jawab Zavier santai.

Kanaya memutar bola matanya malas, kemudian ia menjauh dari halte untuk menyebrang.

"Lo mau kemana?" Tanya Zavier heran karena Kanaya bilang dijemput oleh supirnya supaya, tapi sampai sekarang supirnya belum muncul, dan sekarang Kanaya sudah pergi meninggalkan halte.

"Ke minimarket, beli minum" Jawab Kanaya.

"Tunggu!" Zavier menahan tangan Kanaya.

Kanaya pun berbalik. "Apa lagi sih? gue haus mau minum!" Ucapnya kesal.

"Gue ikut!" Kata Zavier.

"Terserah" Jawab Kanaya sambil melanjutkan langkahnya menuju minimarket.

Saat akan menyebrang, tiba-tiba mobil melaju dengan cepat dari arah kiri, Kanaya pun sudah berjalan hampir ke tengah, khawatir karena mobil itu tidak mengurangi kecepatannya dan kini mobil itu semakin dekat.

"Kanaya, awas!" Teriak Zavier.

Zavier yang sedari tadi berjalan dibelakang Kanaya, ia langsung menarik Kanaya dan mendorong Kanaya ke arah asal.

Karena dorongan itu, jadilah posisi Kanaya tergantikan oleh Zavier, baru saja ia akan berlari namun terlambat.

Akhirnya...

"Brukk!"

"KAK ZAVIERRR!" Teriak Kanaya histeris.

Kini tubuh Zavier tergeletak diatas aspal, didepan mobil yang menabraknya tadi dengan berlumuran darah.

Kanaya segera berlari dan menghampiri Zavier yang tergeletak itu.

"Kak, bangun please!" Air mata Kanaya luruh membasahi pipinya.

"Kak, bangun kak!" Ucap Kanaya disela-sela tangisannya sambil menggoyangkan lengannya dan berharap Zavier sadar.

"Gue mohon kak, bangun" Tangis Kanaya semakin pecah.

Sementara itu, orang yang mengemudikan mobilnya tidak turun sama sekali.

"Astaga, kenapa malah Zavier yang ketabrak sih?" Gerutu orang yang didalam mobil itu, sebelum kemudian ia melenggang pergi, lepas tanggung jawab.

Tak lama, mulai banyak warga yang mengerumuni Zavier dan kanaya. salah satu dari warga tersebut menelpon ambulans guna membawa Zavier ke rumah sakit.

*****

(Rumah sakit Jaya Abadi)

Kini Zavier sedang ditangani oleh dokter.

"Kenapa lo nolongin gue sih kak? harusnya gue yang ketabrak, bukan lo!" Racau Kanaya sambil bolak-balik didepan ruangan.

Tak lama kemudian, Raga, Bara, Rian, Bagas, Riana dan Erika menghampiri Kanaya dengan langkah tergesa-gesa.

"Nay" Panggil Riana sambil memeluk sahabatnya yang masih shock itu.

Kanaya membalas pelukan Riana.

"Zavier gimana nay?" Tanya Bagas menggebu-gebu. "Siapa yang nabrak?" Lanjutnya emosi.

Kanaya melepaskan pelukannya dan beralih menatap Bagas yang sedang bertanya padanya.

Kanaya menyeka air matanya. "Gue gak tau siapa yang nabrak, orang itu gak keluar sama sekali dari mobilnya dan langsung pergi" Jawab Kanaya pelan.

"Lo inget nomor plat nya gak?" Kini Raga yang bertanya.

Kanaya menggelengkan kepalanya.

"Arghh, siapa sih 4njing?!" Geram Bagas seraya mengepalkan tangannya.

"Nay, lo beneran gak inget ciri-ciri mobil itu?" Raga bertanya lagi.

"Mobilnya warna kuning, itu doang yang gue inget" Jawab Kanaya.

"Dimana Zavier ketabrak?" Tanya Bara dengan raut wajah datar, namun terlihat bahwa cowo itu sedang menahan emosinya.

"Didepan halte sekolah" Jawab Kanaya.

Bara menanggapinya hanya dengan anggukan.

"Ri, gimana kalo luka kak Zavier parah? harusnya gue yang didalem, bukan dia!" Sesal Kanaya kepada Riana yang sedari tadi merangkulnya, untuk memberi ketenangan kepada Kanaya.

"Lo gak boleh ngomong gitu, kak Zavier pasti gapapa kok, dia kan kuat" Riana mengusap lembut pundak Kanaya.

"Iya nay, lo tenang aja, lagian kan kak Zavier lagi ditangani dokter" Timpal Erika.

"Setelah Zavier selesai ditangani, kita pergi ke tempat kejadian!" Ucap Bara kepada ketiga temannya dan diangguki langsung oleh mereka.