NovelToon NovelToon
Clara Sang Primadona SMA

Clara Sang Primadona SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nada Mahase

Clara seorang gadis SMA yang sering mendapat bully disekolah nya. Apakah ia mampu bertahan dan menjadi primadona sekolah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nada Mahase, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Penyelidikan Dimulai

Clara merasa sangat bersemangat dan bertekad untuk menemukan jawaban atas penculikannya. Dia tahu bahwa ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan dukungan dari keluarganya, dia merasa siap untuk memulai penyelidikan. Clara memutuskan untuk memanfaatkan liburan sekolahnya untuk fokus pada pencarian ini.

---

Pagi itu, Clara mengunjungi rumah keluarga Hartono untuk berbicara lebih lanjut dengan Richard dan Isabella tentang rencana penyelidikannya. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, dengan segelas teh di tangan masing-masing.

"Pak Richard, Ibu Isabella, saya ingin memulai penyelidikan tentang penculikan saya. Saya butuh semua informasi yang kalian punya, bahkan yang terkecil sekalipun," kata Clara dengan serius.

Richard mengangguk. "Tentu, Clara. Kami akan memberikan semua yang kami punya. Mulai dari laporan polisi, catatan detektif swasta, hingga artikel berita yang pernah diterbitkan."

Isabella menambahkan, "Kami juga akan menghubungi beberapa kontak yang mungkin bisa membantu. Apa pun yang kamu butuhkan, kami siap mendukungmu."

Clara merasa lega mendengar dukungan penuh dari kedua orang tuanya. "Terima kasih, saya benar-benar menghargai ini. Saya merasa lebih kuat dengan kalian di sisi saya."

---

Beberapa hari berikutnya dihabiskan dengan Clara yang membenamkan diri dalam dokumen-dokumen lama dan laporan investigasi. Dia menghabiskan berjam-jam di perpustakaan keluarga Hartono, membaca setiap catatan dengan seksama. Di sela-sela penyelidikannya, Clara sering berdiskusi dengan Richard dan Isabella, mencoba menyusun potongan-potongan informasi yang ada.

Suatu hari, Clara menemukan sebuah laporan dari detektif swasta yang menunjukkan beberapa petunjuk yang mungkin. Laporan itu menyebutkan beberapa orang yang dicurigai memiliki motif untuk menculik Clara, namun tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menindaklanjuti.

Clara memutuskan untuk mulai dari petunjuk itu. "Pak Richard, apakah kita bisa menemui detektif swasta yang membuat laporan ini? Saya ingin mendengar langsung dari dia tentang penyelidikannya."

Richard mengangguk. "Tentu, Clara. Saya akan mengatur pertemuan."

---

Keesokan harinya, Clara dan Richard bertemu dengan detektif swasta bernama Pak Surya di kantornya. Pak Surya adalah pria paruh baya dengan penampilan yang tegas dan penuh wibawa. Dia menyambut Clara dan Richard dengan ramah.

"Clara, Pak Richard, senang bertemu dengan kalian. Saya sudah mendengar kabar baik bahwa Clara telah ditemukan," kata Pak Surya sambil tersenyum.

Clara mengangguk. "Terima kasih, Pak Surya. Saya ingin mendengar lebih banyak tentang penyelidikan Anda. Ada beberapa petunjuk yang saya temukan di laporan Anda, dan saya ingin tahu lebih lanjut."

Pak Surya mengambil beberapa berkas dari mejanya dan mulai menjelaskan. "Kami melakukan penyelidikan menyeluruh saat itu, namun sayangnya, kami tidak menemukan bukti yang cukup kuat untuk menindaklanjuti. Namun, ada beberapa orang yang kami curigai memiliki motif, terutama dalam lingkup bisnis dan persaingan."

Clara mendengarkan dengan seksama. "Siapa saja mereka? Apakah ada kemungkinan mereka masih memiliki informasi yang bisa membantu?"

Pak Surya membuka beberapa berkas lagi dan menunjukkan daftar nama. "Ini adalah beberapa nama yang kami curigai. Kebanyakan dari mereka adalah pesaing bisnis Pak Richard atau orang-orang yang memiliki dendam pribadi."

Clara melihat daftar itu dan mencatat beberapa nama yang menurutnya mencurigakan. "Apakah kita bisa menemui mereka? Mungkin ada sesuatu yang mereka sembunyikan atau sesuatu yang kita lewatkan."

Pak Surya mengangguk. "Tentu, saya bisa membantu mengatur pertemuan. Tetapi kita harus berhati-hati. Beberapa dari mereka mungkin tidak senang dengan penyelidikan ini."

---

Dalam beberapa minggu berikutnya, Clara bersama dengan Pak Surya dan Richard mulai menemui orang-orang yang ada dalam daftar tersebut. Setiap pertemuan membawa Clara lebih dekat kepada kebenaran, meskipun beberapa orang bersikap defensif dan tidak kooperatif.

Suatu hari, mereka menemui seorang mantan rekan bisnis Pak Richard yang bernama Pak Arif. Pak Arif tampak gugup saat mereka berbicara tentang masa lalu dan persaingan bisnis yang pernah terjadi.

"Pak Arif, kami hanya ingin mencari tahu kebenaran tentang penculikan Clara. Kami tidak berniat menuduh siapa pun tanpa bukti," kata Clara dengan tenang.

Pak Arif menghela napas dan akhirnya berbicara. "Saya tahu bahwa ada banyak ketegangan di masa lalu, tetapi saya tidak pernah terlibat dalam penculikan itu. Namun, ada seseorang yang mungkin bisa memberikan informasi lebih. Dia adalah mantan karyawan yang memiliki akses ke banyak informasi rahasia. Namanya Pak Budi."

Clara merasa ada secercah harapan. "Terima kasih, Pak Arif. Kami akan mencoba menemui Pak Budi."

---

Malam itu, Clara merasa lega tetapi juga cemas. Dia semakin dekat dengan kebenaran, tetapi dia juga tahu bahwa ada risiko yang besar. Richard dan Isabella memberikan dukungan penuh dan berjanji untuk terus berada di sisinya.

"Kamu sudah sangat jauh, Clara. Kami bangga dengan ketekunan dan keberanianmu," kata Richard sambil memeluk Clara.

Isabella menambahkan, "Kita akan menemukan kebenaran bersama, Clara. Tidak ada yang bisa menghentikan kita sekarang."

Dengan semangat baru, Clara melanjutkan penyelidikannya, siap menghadapi segala tantangan yang mungkin datang. Dia tahu bahwa kebenaran sudah semakin dekat, dan dia tidak akan berhenti sampai semua misteri terungkap.

Clara dan keluarganya segera mulai menyusun rencana untuk menemui Pak Budi. Mereka tahu bahwa setiap langkah harus direncanakan dengan hati-hati. Pak Surya, detektif swasta yang membantu mereka, mengatur pertemuan dengan Pak Budi di sebuah kafe yang terletak di pinggiran kota.

---

Beberapa hari kemudian, Clara, Richard, dan Pak Surya tiba di kafe tersebut. Mereka memilih meja yang cukup jauh dari keramaian, agar bisa berbicara dengan tenang tanpa gangguan. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih memasuki kafe. Pak Surya mengenalinya dan melambaikan tangan.

"Pak Budi, silakan duduk. Ini Clara dan Pak Richard," kata Pak Surya memperkenalkan mereka.

Pak Budi duduk dengan gugup, mengusap tangannya yang berkeringat. "Selamat siang. Saya senang bisa membantu, tetapi saya harus memberitahu kalian bahwa ini bisa sangat berbahaya."

Clara mengangguk dengan serius. "Kami mengerti, Pak Budi. Tapi kami harus mengetahui kebenarannya. Tolong ceritakan apa yang Anda tahu."

Pak Budi menghela napas panjang sebelum mulai berbicara. "Dulu, saya bekerja untuk salah satu pesaing terbesar perusahaan Pak Richard. Saya tidak tahu pasti siapa yang merencanakan penculikan itu, tetapi saya pernah mendengar percakapan yang mencurigakan di kantor. Mereka berbicara tentang mengambil sesuatu yang sangat berharga dari Pak Richard untuk menghancurkannya secara pribadi."

Richard menggenggam tangan Clara dengan erat, mencoba menenangkan diri. "Apa Anda tahu siapa yang terlibat dalam percakapan itu?"

Pak Budi mengangguk. "Saya ingat ada dua orang yang selalu berbicara tentang rencana ini. Salah satunya adalah direktur keuangan, Pak Yanto, dan yang lainnya adalah seorang karyawan bernama Ibu Rina. Mereka berdua sangat ambisius dan tidak segan-segan menggunakan cara kotor untuk mencapai tujuan mereka."

Clara mencatat nama-nama itu dengan hati-hati. "Apakah Anda tahu di mana kami bisa menemukan mereka sekarang?"

Pak Budi berpikir sejenak. "Setelah perusahaan tersebut bangkrut beberapa tahun lalu, Pak Yanto pindah ke luar negeri. Saya tidak tahu pasti di mana dia sekarang. Namun, Ibu Rina masih tinggal di kota ini. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan kecil sebagai manajer."

Pak Surya langsung menyarankan, "Kita bisa mencoba menemui Ibu Rina dulu. Mungkin dia punya lebih banyak informasi."

Clara merasa gugup namun bersemangat. "Terima kasih, Pak Budi. Ini sangat berarti bagi kami."

Pak Budi mengangguk dan berdiri untuk pergi. "Berhati-hatilah. Orang-orang ini bisa sangat berbahaya."

---

Clara dan timnya segera merencanakan pertemuan dengan Ibu Rina. Mereka memutuskan untuk mengunjungi kantornya secara tiba-tiba, dengan harapan bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Ketika mereka tiba di kantor Ibu Rina, mereka disambut oleh seorang resepsionis yang tampak bingung dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.

"Kami ingin bertemu dengan Ibu Rina," kata Pak Surya dengan tegas. "Ini sangat penting."

Resepsionis menghubungi Ibu Rina melalui telepon internal, dan tak lama kemudian, mereka dipersilakan untuk masuk ke ruangannya. Ibu Rina, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang tegas, menyambut mereka dengan tatapan curiga.

"Ada apa ini? Kenapa kalian datang tanpa janji?" tanyanya dengan tajam.

Clara maju dengan tenang. "Ibu Rina, kami datang untuk mencari jawaban. Nama Anda disebut dalam sebuah penyelidikan terkait penculikan saya enam belas tahun lalu. Kami butuh kebenaran."

Wajah Ibu Rina berubah seketika, dari tegas menjadi panik. "Saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan."

Pak Surya mengambil alih. "Kami memiliki saksi yang mengaitkan Anda dengan percakapan tentang rencana penculikan itu. Kami hanya ingin tahu apa yang Anda ketahui."

Ibu Rina terlihat gelisah, tangannya gemetar. "Baik, saya akan bicara. Tapi tolong, jangan libatkan saya terlalu dalam. Saya hanya mendengar tentang rencana itu, saya tidak terlibat langsung."

Clara mendesak dengan lembut, "Kami hanya butuh kebenaran, Ibu Rina. Siapa yang merencanakan penculikan itu?"

Ibu Rina menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengakui. "Pak Yanto yang merencanakan semuanya. Dia ingin menghancurkan Pak Richard dengan cara apa pun. Penculikan itu adalah idenya. Saya hanya mengetahui rencananya, tapi saya tidak terlibat dalam eksekusinya."

Clara merasa ada secercah harapan. "Apakah Anda tahu di mana Pak Yanto sekarang?"

Ibu Rina menggeleng. "Tidak. Setelah perusahaan bangkrut, dia menghilang. Yang saya tahu, dia pindah ke luar negeri. Mungkin Anda bisa mencarinya di sana."

Richard dan Pak Surya saling berpandangan. Ini adalah petunjuk yang lebih besar daripada yang mereka duga. "Terima kasih, Ibu Rina. Ini sangat membantu," kata Richard.

---

Malam itu, Clara, Richard, dan Isabella berkumpul di ruang keluarga untuk membahas temuan terbaru mereka. Clara merasa ada kemajuan, tetapi juga sadar bahwa perjalanannya masih panjang.

"Kita harus mencari Pak Yanto di luar negeri," kata Clara dengan tekad. "Dia adalah kunci untuk mengungkap semuanya."

Richard mengangguk. "Kami akan melakukan apa pun untuk menemukan dia, Clara. Ini adalah langkah besar."

Isabella memeluk Clara. "Kami bangga padamu, Clara. Kamu sudah begitu jauh, dan kami akan terus mendukungmu."

Dengan semangat baru dan dukungan penuh dari keluarganya, Clara merasa lebih siap untuk melanjutkan penyelidikannya. Dia tahu bahwa menemukan Pak Yanto mungkin akan menjadi tantangan besar, tetapi dia tidak akan menyerah sampai semua misteri terungkap. Clara siap melangkah maju, menghadapi setiap rintangan, dan menemukan kebenaran tentang penculikannya.

---

Bersambung

Tunggu update berikutnya ya

1
Kuroi tenshi
Gemesin banget sih tokoh utamanya, bikin hati meleleh😍
Nada Mahase: Halo kak, makasih ya udah baca, kalau boleh, dukung novel ini ya
total 1 replies
Yukishiro Enishi
Kocak abis
Nada Mahase: makasih kak sudah mau mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!