I Love You, I Am Happy

I Love You, I Am Happy

Tragedi

Tiba-tiba aku terbangun di dalam sebuah ruangan putih tetapi agak gelap suasananya, ada cahaya lampu dari atas kepalaku, aku bisa merasakan saat ini aku sedang dalam kondisi terbaring.

Kulihat beberapa orang berpakaian berwarna biru mengelilingi aku, tempat apa ini?

Aku tidak bisa menggerakkan apapun, hanya mataku yang bisa membuka dan menutup dengan lemah.

Kini aku berada di ruangan yang lain, keadaan disini lebih terang daripada ruangan sebelumnya. Aku masih belum bisa menggerakkan tangan dan kakiku, sama seperti sebelumnya aku hanya bisa membuka dan menutup mataku dengan lemah. Kulihat ada jendela besar dihadapanku. Di seberang jendela itu kulihat ada beberapa suster dan dokter berada dalam 1 kotak yang sama.

Mungkinkah ini rumah sakit?

Kini aku berada diruangan yang berbeda, saat ini aku bisa menggerakkan jari tanganku dan jari kakiku, tapi sulit untuk menggerakkan tangan dan kakiku untuk berpindah tempat. Tidak lama suster dan dokter yang berada di dekatku memanggil namaku.

"Deva bagaimana kabarmu? Apa kamu tau kenapa kamu berada di rumah sakit? Apa yang terakhir kali kamu ingat saat ini?".

Apa yang aku ingat saat ini?

Aku berusaha mengingat ingat kejadian terakhir.

Aku bersama orangtuaku sedang dalam perjalanan menuju ke luar kota setelah pertemuan keluarga besar papa. Setelah itu ada mobil truk yang menabrak kami dari arah berlawanan.

"Dok orangtuaku bagaimana?".

"Kami tim dokter sedang mengupayakan yang terbaik untuk orangtuamu, berdoa ya Deva. Sekarang kamu istirahat dulu, kamu baru selesai operasi. Sebentar lagi kamu akan merasa mengantuk lagi ya".

Aku menganggukkan kepalaku.

Saat aku terbangun lagi, kali ini aku mengenali wajah-wajah mereka. Om Mike, tante Emma, Amy dan Ella.

Om Mike adalah sahabat papa di kantor dan diluar kantor. Keluarga kami sangat dekat, aku sering berkunjung ke rumah mereka dan sebaliknya. Kami sering berwisata bersama juga, bahkan papaku dan papa Amy sering jalan hanya untuk minum ataupun nongkrong di cafe.

Amy adalah teman sepermainanku, kami baru saja naik kelas ke kelas 1 SMU saat ini. Perbedaan usia Amy dan Ella terpaut 5 tahun, saat ini Ella masih duduk di kelas 1 SMP.

Aku baru tau dari cerita mereka bahwa aku dirawat di ICU selama 3 hari dan kini berada di ruang perawatan.

Saat aku melihat mereka, hal pertama yang aku tanyakan adalah orang tuaku.

"Bagaimana keadaan papa dan mama om?", tanyaku.

Amy dan Ella hanya menunduk tidak berani menatapku. Tante Emma menangis mendengarku dan memegang tanganku dengan erat.

"Maaf om harus mengatakan ini, dokter sudah berusaha sebaik mungkin tapi orangtuamu tidak dapat tertolong Deva", om Mike berkata sambil meneteskan air mata.

Aku menangis mendengarnya, om Mike memelukku.

"Apa mereka sudah dimakamkan om?".

"Saat ini mereka masih di ruang duka, om menunggu Deva siuman".

"Saya mau datang dan memakamkan mereka om, tolong bantu saya om".

"Baik, om akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu dan orangtuamu".

Dengan ijin dokter dan beberapa persyaratan, aku diizinkan untuk keluar rumah sakit sebentar dan memakamkan orangtuaku.

Aku dan keluarga om Mike tidak berhenti menangis atas tragedi ini, berharap orangtuaku damai diatas sana dan diterima disisiNya.

Setelah kembali ke rumah sakit aku banyak terdiam, tidak berkata apapun. Begitupun dengan hari-hari berikutnya, aku memilih tidak banyak berbicara, lebih banyak diam dan melamun.

Setelah 1 minggu diruang perawatan aku diperbolehkan pulang, namun karena menderita patah tulang di bagian tangan kiri, aku masih harus rutin melakukan konsultasi ke dokter.

"Deva, untuk sementara sampai kamu menyelesaikan SMU, apa kamu mau tinggal di rumah kami? Om dan tante selalu menganggapmu sebagai anak sendiri, Deva", om Mike berkata padaku.

"Sebelum om menawarkan hal ini, om sudah minta ijin kepada keluarga besar Deva terlebih dahulu", om Mike melanjutkan pembicaraannya.

Keluarga besarku bukanlah gambaran keluarga yang harmonis, jadi aku kurang dekat keluargaku. Mungkin keluargaku akan lebih lega jika aku tidak bersama mereka. Setelah terdiam beberapa saat, aku menjawab,

"Baik om, maaf aku akan merepotkan om dan tante. Terima kasih untuk kebaikan om dan tante", aku mengatakannya sambil berlinang air mata.

Om Mike dan tante Emma memelukku erat.

Hari itu kami pulang berlima.

Aku menempati kamar tamu di lantai 2 di sebelah kamar Ella. Sedangkan kamar Amy berada di seberang kamarku, kamar kami juga dipisahkan oleh tangga yang menuju ke lantai 1. Disebelah kamar Amy adalah ruang bersantai untuk lantai 2.

Hampir 3 minggu aku tidak masuk sekolah. Amy membantuku mengejar ketinggalan pelajaran selama 3 minggu itu.

Selain Amy, teman-temanku juga datang ke rumah untuk membantuku soal pelajaran, dan juga memberiku semangat agar tidak merasa kesepian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!