Riska Radiva, seorang gadis SMA menemukan buku lapuk yang berisi tumpukan kartu tarot di kamar mendiang nenek nya.
Sejak saat itu, ia bisa melihat masa depan yang akan terjadi pada orang lain, hanya dengan membuka satu Tarot nya.
Masalah muncul saat Riska tahu bahwa nyawanya dalam bahaya. Kekuatan yang di milikinya, memiliki efek yang membahayakan nyawa nya dan seluruh orang yang disayanginya.
*ini adalah novel Horor Misteri Pertama aku. Kalau kalian suka, jangan lupa like, subscribe, vote dan gift juga ygy 😁
IG : dimas.yudhistira_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon korokoro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA AMAYA
Di sekolah, Sita memutuskan untuk pindah tempat duduk. Amaya duduk bersama Devina, sementara sita duduk di sampingku.
Atmosfer ketegangan, masih menggantung di antara keduanya. Tidak ada obrolan, apalagi saling sapa. Hanya untuk menatap wajah satu sama lain saja, tidak ada.
"Makasih Riska." ucap sita saat baru pertama kali pindah ke bangku bekas Amaya di sebelahku.
Aku mencoba tersenyum. Tapi belum berani banyak bertanya perihal kelanjutan ceritanya.
Aku melihat Amaya juga sama bingungnya denganku. Kami berdua jadi korban ke tegangan yang hanya di ketahui kami saja di kelas ini.
Ting...
'haduh... Kayaknya aku salah minta tukeran tempat duduk.'
Satu pesan chat masuk ke handphoneku. Dari Amaya. Aku tidak membalasnya, hanya melirik lalu tersenyum ke wajahnya yang di tekuk.
Untungnya guru mata pelajaran segera masuk dan sedikitnya mengaburkan ketegangan antara kami ber-empat.
...****************...
"Aku ikut ke kantin ya sama kalian." bisik Sita saat Amaya berjalan ke meja ku untuk mengajak kami ke kantin di jam istirahat pertama ini.
Aku mengangguk sambil berdiri menggandeng sita. Melewati meja Devina yang sudah kosong. Entahlah, aku yakin Devina sedang menemui Arno.
Aku melihat sita sedikit melirik ke meja Devina dengan tatapan sinis.
Aku dan Amaya yang berjalan bersisian, cuma bisa saling lirik dan meneruskan perjalanan menuju koridor dan kantin.
"Terus, rencana kamu apa? Kamu mau lapor ke pihak sekolah?" Tanya ku pelan saat kami sudah berada di kantin.
Sita menundukkan wajahnya. Ia lebih banyak diam dari tadi.
"Kalo saran aku, mendingan kita tahan dulu, jangan sampai ini tersebar dulu." Amaya dengan bijaknya memberikan sarannya lagi.
Sita mengangkat kepalanya. Matanya menatap mata Amaya, bibirnya seperti ingin berkata-kata tapi tertahan.
"Maksud aku, kalo kamu ceritain semua nya ke pihak sekolah, yang malu bukan cuma Devina dan Arno aja kan? Kamu juga pasti kebawa-bawa malu." Jelas Amaya lagi.
Aku masih mendengarkan dengan seksama.
"Kalau kita balas dendam kayaknya lebih puas aja gitu." celetuk Amaya tiba-tiba.
Aku hampir tersedak minuman yang sedang aku sedot. "hah?" sontak mataku melotot kaget mendengar usulan Amaya yang mengagetkan itu.
Tapi, wajah sita berkata lain. Sepertinya ia tertarik dengan saran Amaya. "Gimana caranya?" Bisik sita sambil menatap dalam-dalam wajah Amaya.
"Eh, tunggu. Di Pikirin dulu gak sih?" Gumamku.
Amaya dan sita tidak mendengarkan sama sekali.
Aku sampai mencubit lengan Amaya saat itu juga. "ssst!"
"Apa sih ka..." Amaya menggerutu kesal sambil mengusap bekas cubitan ku di tangannya.
"Jangan kasih saran yang aneh-aneh lah!" bentak ku pelan. "Sita ini lagi labil."
"Ya justru itu! Kita harus kasih pelajaran sama si pelakor dan laki-laki bangsat itu." Bisik Amaya dengan wajah serius.
Aku tidak tahu kenapa Amaya bisa berkata seperti itu. Tapi, aku yakin dia tidak main-main.
"Coba kamu pikir, kalo sita ini lapor ke sekolah, yang malu juga dia kan. Jadi, menurut aku, kita harus kasih si pelakor itu pelajaran." ucap Amaya lagi tegas.
Aku menarik nafas pelan, berharap sita tidak benar-benar mempertimbangkan ide nya Amaya.
"Aku setuju." Gumam Sita sambil menatap wajahku.
"Sit..." bisikku lagi lemas.
"Kasih tau aku gimana caranya." Tanya sita kali ini pada Amaya.
Amaya tersenyum kecil. "Gini, kasih aku waktu Deket sama si pelakor itu dulu, sampai aku punya kesempatan buat mengacak-acak handphonenya."
Sita mendengarkan dengan serius, dan mau tidak mau, aku juga ikut mendengar rencana Amaya ini.
"Setelah itu, aku bisa hack kamera di handphone si pelakor itu, dan Boom tunggu waktu nya mereka enak-enak lagi, lalu kita rekam. Dan... Sebarkan deh." Amaya tersenyum.
Parahnya, Sita ikut tersenyum seperti menyambut ide briliannya Amaya ini.
"Satu Minggu. Aku mau gak lebih dari satu Minggu ini, mereka harus tanggung akibatnya." Gumam Sita dengan nada suara dingin.
Aku tidak bereaksi apa-apa. Sebenarnya, aku juga kesal dengan pelakor itu, tapi, apa boleh balas dendam seperti ini?
"Gampang." jawab Amaya sambil mengangkat jempolnya.
Aku yakin, Amaya bisa dengan mudah mengacak handphone nya Devina. Apalagi setau ku, Amaya ini jago banget soal hacking meng hacking. Kalau cuma sekedar hack akun Instagram dan media sosial lain, gak usah di tanyain lagi, di rumahnya aja ada banyak banget komputer desktop yang berjejer di kamarnya.
Sedikit cerita tentang Amaya.
Amaya ini, anak kedua dari dua bersaudara. Papanya adalah seorang ahli IT di salah satu bank swasta besar. Kakaknya juga kuliah ambil jurusan Sistem Informasi gitu. Jadi, gak heran kalau Amaya juga tertarik sama dunia IT. Amaya bahkan sudah belajar hack Facebook dan Instagram sejak dia SD. Memang aneh keluarganya.
"Ok! Mulai hari ini, aku coba deketin Devina dan pura-pura mau jadi temennya dulu. Biar aku bisa chat sama dia, dan aku kirim backdoor ke Handphone nya." jelas Amaya.
Ah, aku bahkan tidak ingin bertanya backdoor itu apa. Yang jelas. Kalau Amaya sudah seserius ini, sudah tidak ada lagi yang bisa menahannya. Kita tunggu saja.
...****************...
adik-adiknya ✅