Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Satu
Caca tak terima jika begini akhirnya, dia pun melakukan sesuatu yg membuat Barra tersentak kaget hingga terdiam. Caca melingkarkan tangannya ke leher Barra dan menempelkan bibirnya pada bibir Barra.
Cup!
Caca melepaskan tangannya lalu memandangi wajah Barra dengan jantung yg berdegup kencang. Dadanya bergemuruh, rasanya ada sesuatu yg ingin melonjak keluar darisana. Caca berpikir itulah ciuman.
Barra tersenyum tipis, dia tau apa yg sedang ada di pikiran Caca.
“Kamu pikir itu ciuman hah..?” tegas Barra membuyarkan lamunan Caca.
Caca malah tambah memajukan bibirnya, sebal karena ucapan Barra.
“Emang apa?” ketusnya.
“Itu tuh.. cuma kecupan!”
“Cih..” Caca berdecih.
Dia sudah tak peduli akan penilaian Barra terhadapnya. Yg jelas dia tak mau selalu diejek bocil. Lagipula kalo sampai Barra marah dan menjauhinya toh dia masih punya teman cowo yg slalu bisa diandalkannya yaitu Evan.
“Mauu.. aku kasih tau ga ciuman itu apa?” goda Barra.
“Apa emang?” tantang Caca.
Barra mencondongkan badannya hingga wajahnya begitu dekat dengan wajah Caca. Kedua tangannya menangkup pipi Caca. Hembusan lembut nafas Barra mulai terasa hangat mengenai bibirnya.
Detak jantung Caca kembali berpacu, dia merasa gugup dan sedikit takut. Namun juga rasa penasaran menyelimutinya lebih banyak daripada rasa takutnya. Manik mata mereka saling pandang, Barra tersenyum dalam hatinya.
Sepolos itu calon istrinya, beruntungnya dia bertemu Caca lebih dulu dari perjodohannya. Klo tidak mungkin Caca akan ternoda oleh cowok lain dan Barra tak akan menjadi yg pertama. Inilah yg dinamakan jodoh itu tak kan kemana.
Barra menurunkan tatapannya menatap lekat bibir ranum Caca yg belum terjamah siapapun. Dia menyesapnya dengan perlahan begitu lembutnya. Caca hanya bisa pasrah menganga, ciuman pertamanya akhirnya diambil oleh seorang Barra.
Caca begitu menikmatinya meskipun hanya bisa diam menahan napasnya. Barra berhasil membuatnya melayang hingga Caca hampir melupakan segalanya.
Di tengah perasaan Caca yg begitu bahagia merasakan ciuman pertama bersama cowok yg saat ini ia sukai, Barra malah melepas pagutannya. Caca pun bengong dibuatnya.
“Nafas Ca!” Barra membuyarkan lamunannya.
“Hah?” Caca lantas menghirup udara sekuatnya mengikuti Barra di depannya.
Benar-benar gila! Baru seperti itu saja membuat Caca sudah tak bisa berfikir jernih, dia seolah terhipnotis hingga hanya bisa latah mengikuti apa yg disuruh Barra.
Caca berusaha memfokuskan dirinya, mencerna dengan apa yg terjadi saat ini padanya. Dia mengatur nafasnya, menenangkan perasaannya yg masih melayang tak karuan, rasanya seperti tak ingin dulu usai.
Yaa.. segila itu pikirannya saat ini, sudah tak ingat lagi ultimatum eyang. Bahkan status hubungan mereka saat ini pun sudah tak Caca pedulikan lagi, padahal dulu dia sangat memproteksi dirinya tak ingin melakukan hal-hal yg tidak sesuai prinsipnya.
Seperti hubungan antara cewe dan cowo itu harus jelas apa berteman ato pacaran. Hingga setiap perlakuan pun sesuai status hubungannya. Dengan Evan waktu itu pun dia menghindar padahal Evan jelas telah menyatakan perasaan suka padanya malah memintanya untuk menjadi pacar.
Sedangkan kali ini dengan Barra, Caca tak pernah tau bagaimana perasaan Barra padanya. Namun Caca malah terhanyut dan mau melepas ciuman pertama dengannya. Apa yg dilakukannya kali ini benar-benar nekat.
Barra kembali mengagetkan Caca dengan mengusap bekas salivanya di bibir Caca.
“Itu baru namanya ciuman” bisik Barra.
Kata-kata itu seolah menampar keras Caca yg sedari tadi terlihat masih gamang. Kini Caca membulatkan bola matanya dengan sempurna. Pipinya tampak merah merona.
“Kamu.. suka?” goda Barra lagi sambil menampakkan giginya yg berderet rapi.
Satu pukulan ringan mendarat di lengan Barra. Caca sudah kembali pada kenormalan dirinya lagi. Dia tak ingin menjawabnya atopun membahasnya. Dia lebih memilih pergi menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.
“Caa.. Caca..! Kamu ga marah kan..? Ca..! Buka pintunya.. Ayo kita bicarain… Caa..” Barra terus memanggil Caca dan menggedor pintu kamar Caca cukup panik. Dia tak ingin mereka jadi canggung kembali.
Namun bukan Caca namanya klo ga bar-bar. Dia malah sengaja mendiamkan Barra membuatnya tetap panik dan mungkin agar sedikit merasa bersalah.
Tapi sayangnya lawan Caca kali ini juga bukan cowok lemah yg nurut-nurut aja sih… Barra malah melakukan ancaman balik.
“Yaudah klo ga dibuka, aku pergi aja.. Aku balik ke club yaa..”
Mendengar itu kini Caca yg panik. Walau tau Barra tak segila Dafin tapi dalam hati Caca ada rasa tak rela jika Barra harus dikerubutin cewe-cewe yg ga jelas itu, apalagi Barra telah mengambil ciuman pertamanya setidaknya hanya dia cewe yg boleh dekat dengan Barra begitu pikir Caca.
Meskipun Caca tak yakin dengan perasaan Barra yg sebenarnya kepadanya. Walau sempat ada rasa GR saat teman-teman Barra membicarakannya klo saat ini dia adalah satu-satunya cewe yg dispesialkan Barra. Tapi hal itu belum tentu juga karena Barra menyukainya, bisa aja kan dia cuma anggap adik gtuh..
Yaa.. seinsecure itulah pikiran Caca saat ini. Makanya dia memilih mengurung diri di kamar karena tak ingin Barra membahasnya. Namun kini sepertinya dia mesti menyerah pada keadaan daripada nanti dia menyesalinya.
Ceklek!
Pintu kamar pun terbuka, Barra berdiri di depan pintu dengan melipat kedua tangannya di dada.
“Kenapa kabur?” sewot Barra.
“Siapa yg kabur? Cumaa.. kebelet pipis!” jawab Caca mencari alasan yg tak masuk akal.
“Kenapa lari ke kamar bukan ke toilet?”
“Yaa.. kan dikamar juga ada toilet.”
“Kenapa kamarnya mesti dikunci?”
“Biar kamu ga masuk…”
Keduanya bersitegang membicarakan hal yg tak penting sungguh omong kosong belaka. Barra sampai bingung dan lupa dengan apa yg akan ia lakukan pada Caca.
“Sekarang aku udah depan kamu… terus mau apa?” sahut Caca tak kalah sewot.
“Eungg.. bentarr..!” Barra masih berpikir tentang bagaimana dia akan menyampaikannya pada Caca agar hubungan mereka bisa tetap baik-baik saja.
“Cepet ah.. ngantuk!” sinis Caca.
“Eungg.. kamu ga marah kan gegara ciuman tadi?” akhirnya kata-kata itu yg keluat dari mulut Barra.
“Ngga lah.. kenapa marah!?” jawab Caca sedikit tak nyaman.
Sebenarnya dia malas membahas hal ini, biasanya juga cewenya yg ngotot tapi ini malah sebaliknya. Yaa.. secuek itulah Caca, entah mungkin karena kurang pengalaman. Berbeda dengan Barra yg pastinya selalu dituntut kejelasan oleh cewe-cewe yg mendekatinya.
“Apa aku harus tanggung jawab?” tanya Barra lagi, kini berbicara lebih lembut.
“What?!” bola mata Caca hampir aja keluar.
“Tanggung jawab buat apa? Oh.. ayolah Barra.. ini bukan pertama kalinya kan buat kamu..?” tanya Caca malas.
“Yaa.. justru itu.. Pertama kalinya kan buat kamu..” dengan datarnya Barra menjawab membuat Caca makin malas membahasnya.
“Yaa teruss…?” Caca tambah sewot.
Barra terdiam, baru kali ini dia menghadapi cewe yg tak menuntutnya untuk menjadi pacarnya setelah mereka berciuman. Anehnya lagi padahal itu ciuman pertamanya tuh cewe. Bener-bener aneh!
“Udah deh sekarang kita tidur aja.. dan lupain kejadian tadi okey!?” sahut Caca dengan entengnya.
“Klo aku ga mau gimana?” sanggah Barra.
“Trus kamu maunya apa?” Caca kembali sewot.
“Kita.. pacaran!” jawab Barra dengan wajah penuh senyuman.
...****************...
Readerss… bantu jawab yuks! Kira-kira jadian aja ato ngga nih…?!
Mohon dukungannya slalu yaa..
Komen dong.. jangan lupa likenya, tekan tombol favoritnya, vote dan bintangnya…
Terimakasih semuanyaa…💙
Ikutin terus kisahnya ya…
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘