NovelToon NovelToon
Misteri Kampung Ibu

Misteri Kampung Ibu

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / Iblis / Kumpulan Cerita Horror / Roh Supernatural / Tumbal
Popularitas:73k
Nilai: 4.8
Nama Author: Byiaaps

Peraturan aneh yang ada di kampung halaman mendiang ibunya, membuat Maya dan Dika harus mengungkapnya.

Mereka seakan diminta oleh para tak kasat mata itu untuk membuka tabir kebenaran, akan adanya peraturan tak boleh keluar masuk desa saat hari mulai gelap.

Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kisah pasutri ini saat mendapat gangguan para tak kasat mata?

Baca secara runtun tanpa lompat bab agar dapat memahami dengan baik ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Malam ini, Dika meminta Pak Bahar untuk menginap di rumahnya, agar ia bisa mengawasi seandainya ada sesuatu yang terjadi pada suami Bu Siti itu.

Meski awalnya ia menolak, tapi Dika berusaha membujuknya. “Pak, kami sudah menganggap Bapak dan Ibu seperti orang tua kami. Jadi, Dika mohon, izinkan Dika menjaga Bapak ya, Dika takut Pak Kades akan menyerang Bapak malam ini.”

Menjawabnya santai, Pak Bahar mengaku ia memang sudah siap dengan takdirnya. Itu juga alasan yang membuatnya berani menceritakan semuanya yang telah ia ketahui. Baginya, jikalau memang sudah waktunya, ia akan menerimanya.

“Yang penting kalian selamat, ingat selalu pesan Bapak. Jaga sembahyangnya, jangan lupa selalu meminta doa pada ayah ibumu jika masih ada. Bentengi dirimu dan keluarga kecilmu dengan selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa,” tuturnya.

Pak Bahar lalu izin ke kamar untuk sholat Isya dan lanjut beristirahat, Dika pun mempersilakannya di kamar yang kosong.

Tak lama, ponsel Dika berbunyi, ibunya memanggil.

“Ibu, sudah lama Dika tidak menelepon ibu,” batin Dika lalu mengangkat panggilan itu.

“Le, apa kabar? Kok sudah lama tidak telepon Ibu? Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana kabar Maya dan calon anakmu? Kapan lahirannya?” tanya sang ibu dalam panggilan teleponnya.

"Dika baik-baik saja kok, Bu. Maya dan kandungannya juga sehat. Apa ibu, adik, dan mas, baik-baik saja? Bu, doakan kami ya,” pinta Dika pada ibunya.

“Alhamdulillah baik, Le. Le, beberapa minggu ini Ibu tidak tenang dan kepikiran kamu terus. Semoga kamu benar tidak apa-apa. Le, Ibu selalu mendoakanmu juga istri dan calon anakmu,” tutur sang Ibu, sebelum kemudian menutup panggilannya, setelah mereka mengobrol sesaat.

Begitu telepon ditutup, Dika mengajak Maya untuk sholat, karena suara adzan sudah berakhir sedari tadi.

Selesai salam dan berdoa, Dika membalikkan badannya menghadap Maya yang duduk di belakangnya. “May, doakan aku ya.”

“Maksudnya bagaimana, Mas?” tanya Maya kebingungan.

Belum sempat Dika menjawab, terdengar suara erangan dari dalam kamar Pak Bahar. Sontak Dika dan Maya berlari menghampirinya. Di sana, terlihat Pak Bahar terbujur kaku, meski mulutnya masih berdzikir, matanya menatap ke atas dengan telunjuk tangan kirinya menunjuk ke atap.

“Pergi kamu!” titahnya masih menunjuk ke atas.

Dika yang seolah paham dengan apa yang terjadi pada Pak Bahar adalah ulah Pak Kades, segera meminta Maya untuk menjaga diri, juga menemani Pak Bahar.

“Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Maya kebingungan.

"Mas, kamu mau pergi dengan keadaan seperti ini, meninggalkanku? Aku takut,” ucap Maya panik.

Meski berada dalam situasi dilema, tapi Dika harus mampu menyelesaikannya, bisa tak bisa, ia harus tega meninggalkan istrinya untuk sesaat, sebelum semuanya terlambat.

Tak menjawabnya, Dika hanya berpesan pada sang istri untuk tak berhenti melafalkan doa-doa yang dihafalnya, apapun keadaannya, sampai suaminya itu kembali ke rumah.

Dika bergegas keluar rumah, setelah mengambil wadah berisi bensin dan korek api yang sudah ia siapkan tadi siang.

Baru juga Dika menginjakkan kakinya ke luar rumah, kini wajah Maya yang tiba-tiba pucat dengan pandangan mata tertuju pada 1 titik di hadapannya. Sebisa mungkin ia berdoa, meski tubuhnya menggigil, sedangkan suhu tubuhnya sangat tinggi. Satu tangannya memegangi perunya yang kembali terasa sakit seperti dicengkeram.

“Mas!!!” panggilnya sekuat tenaga menahan rasa sakit, berharap Dika masih bisa mendengarnya.

Dika yang sejujurnya masih bisa mendengar panggilan Maya, hanya bisa menangis dan tetap melanjutkan langkahnya, hingga berlari.

Air matanya tak berhenti mengalir, sampai ia tiba di rumah Pak Kades. Di sana ia melihat ritual pemujaan itu kembali terjadi. Benar seperti apa yang Pak Kyai ucapkan, bahwa malam ini Pak Kades akan menjalankan kemusyrikannya.

Mengusap air matanya dan menguatkan tekad, Dika segera menyirami semua bagian luar ruangan yang menjadi tempat pemujaan Pak Kades. Setelahnya, ia menyalakan korek apik dan melemparnya ke bagian yang terkena bensin. Seketika api menyambar begitu cepat ke seluruh bangunan rumah Pak Kades.

Melihat api melahap rumah Pak Kades, Dika berharap semuanya akan segera usai.

Sementara itu di rumah Maya, ia yang masih mengerang kesakitan hingga posisi badannya bersujud ke lantai, tiba-tiba tergeletak jatuh.

***

Dika yang sudah tiba di rumahnya, panik melihat Maya pingsan tersungkur di lantai.

“May, bangun, May,” ujar Dika menggoyang-goyangkan tubuh sang istri.

Dilihatnya juga Pak Bahar yang tengah terbaring di kasur, wajahnya pucat dan tubuhnya membeku.

Tak dapat menahan tangisnya, Dika melepaskan air matanya karena tak dapat menyelamatkan Pak Bahar dari iblis terkutuk itu.

“May, bangun, May.” Dika terus terisak membangunkan sang istri, ia takut jika Maya juga tak dapat terselamatkan.

Suasana sendu masih menyelimutinya, kala di luar rumah begitu ramai teriakan orang-orang akibat kebakaran di rumah Pak Kades.

Hingga tak lama, Maya membuka matanya, membuat Dika melega seketika.

“May,” panggilnya tersenyum.

Dika pun memeluknya dan menumpahkan tangis syukurnya.

“Semuanya sudah selesai,” ucap Dika tetap memeluk sang istri.

Sementara itu, warga masih berbondong-bondong mengambil air dan menyiramkannya untuk memadamkan api yang melahap rumah Pak Kades begitu cepat. Entah bagaimana kondisi keluarga Pak Kades saat itu. Anehnya, api itu tak ikut menyambar rumah warga yang berdekatan dengan rumahnya dan hanya 1 rumah besar milik Pak Kades saja yang terbakar.

...****************...

1
Nur Bahagia
🤣
Nur Bahagia
walahh kok mati nya gampang banget si roni.. aturan di teror dulu sampe kejang2 😅
Nur Bahagia
Alhamdulillah dibantuin pak kyai 🤩
Nur Bahagia
jangan2 arwah nya keluarga pak slamet yg bantuin Dika untuk neror dio
Nur Bahagia
jangan2 mereka yg meninggal kaku di jadiin tumbal sama pak kades 😱
Nur Bahagia
😱😭
Nur Bahagia
kasian banget.. sendirian, bu siti juga udah ga ada 🥺
LILIANI LATIF
Luar biasa
LILIANI LATIF
Biasa
Nur Bahagia
tuh kan jahat
Nur Bahagia
sadis banget 😱
Nur Bahagia
Dika apes bener.. diliatin penampakan 2 langsung 😅
Nur Bahagia
jiaakhh pak spv ganggu orang lagi ngegosip aja 😁
Nur Bahagia
jangan2 pak kades nya jahat ini
Nur Bahagia
bagus nih cara berfikir nya Dika.. 👍
Nur Bahagia
wuahh ngagetin 😱
Cahaya
Luar biasa
Lina Suwanti
kasihan Agung.....
Lina Suwanti
mampir,, penasaran sm ceritanya setelah baca prolog..... saya suka cerita genre horor/misteri walau bacanya agak ngeri² sedap😃
yani prihastuti
/Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!