NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Misteri Kencan?

[Picho]

Kicauan merdu dari kelompok paduan suara burung melantun indah di telingaku. Secerah cahaya sang surya menyelinap dari sela-sela tirai jendela kamar mencoba mengetuk retinaku, hingga membuat kedua kelopak mataku terbuka secara perlahan. Untuk pertama kalinya pagi hariku terasa ringan dan nikmat tanpa pening yang membuat kepala penat. Sebab, para arwah nakal itu sudah jenuh menghantui malamku.

Senang rasanya, kini yang harus ku fikirkan tinggalah kasus hilangnya si pembunuh berantai. Aku tak perlu repot-repot lagi berusaha mengendalikan diriku saat para arwah berusaha mempengaruhinya. Atau mungkin aku memang sudah terbiasa menghiraukan bisikan mereka hingga tak menyadari bahwa mereka selama ini masih berbisik? Entahlah, yang manapun alasannya tetap membuatku bahagia.

Hari ini, kedai yang aku dan Leo bangun di rumah Leo tutup untuk sementara. Leo mengatakan bahwa berbincang dengan pelanggan baru yang betah pada kedai kami semalam cukup melelahkan, dan dia ingin mengambil libur satu hari untuk beristirahat. Kebetulan juga semalam aku bertemu lagi dengan Taira dan aku menjanjikan padanya ingin membelikan ponsel hari ini. Itu artinya, aku akan kembali bertemu dengan Taira hari ini. Uuuhh… Senangnya! Aku menjadi semakin bersemangat!

Ku sambut pagi ini dengan rasa gembira. Melompat riang layaknya anak kecil sambil bergegas ke kamar mandi untuk merapikan diri setampan mungkin, mengenakan pakaian terbaik yang aku miliki, dan untuk pertama kalinya aku mengikat keseluruhan rambutku— bukan hanya poni seperti biasanya, agar keseluruhan wajahku yang tampan bisa terlihat jelas oleh Taira. Tak lupa juga aku semprotkan parfum terwangi pada tubuh dan pakaianku agar membuat wanita itu nyaman berada didekatku.

Setelah merasa puas memandangi pantulan diriku sendiri yang teramat tampan di cermin, aku memutuskan bergegas ke dapur dan membuatkan menu sarapan spesial untuk Taira sebelum kami berangkat ke toko ponsel nanti. Pagi ini aku memasak nasi goreng tanpa kecap, ditambah potongan aneka sayur yang warna warni dan indah. Tak lupa juga aku menyiapkan secangkir susu cokelat panas untuk Taira dan secangkir susu putih murni segar untukku.

Sesaat setelah semua hidangan sarapan ku sajikan di meja makan kayu kecil sederhana, aku dikejutkan oleh kedatangan Taira secara tiba-tiba pada dapurku. Seingat ku, aku selalu mengunci pintu rumah setiap malam dan belum membukanya pagi ini. Taira masuk lewat mana? Mengapa ia bisa berada di dapurku tanpa kubukan pintu? Sungguh wanita yang misterius dan unik! Aku jadi sedikit tertarik padanya.

Sebenarnya aku merasa penasaran dengan cara Taira memasuki rumahku yang masih terkunci, namun ku rasa tak perlu ditanyakan padanya. Biar aku sendiri saja yang mencari tahu jawabannya langsung! Tanpa mempedulikan rasa terkejutku tadi, aku memutuskan untuk memberinya senyuman termanisku sambil menyapa dengan penuh semangat.

“Pas sekali! Sarapannya baru siap. Ayo makan bersama sebelum dingin!” Sambut ku riang.

Taira melihatku heran lalu berkata “Kau Picho kan? Beda sekali tampilanmu hari ini. Ada apa juga dengan aroma tubuhmu itu?”

“Apa kau merasa terganggu?” Tanyaku cemas.

“Tidak, cuma belum terbiasa saja dengan dirimu yang seperti ini. Ada apa?” Jawabnya dan disusul oleh pertanyaan lagi.

“Kok ‘ada apa’ sih!? Hari ini kan kita mau pergi bersama!” Jawabku, berharap ia akan mengerti mengapa aku berpenampilan seperti ini. Namun wanita tak peka ini malah memiringkan kepalanya sambil menatapku polos.

“Dari kemarin juga kita pergi bersama, tapi kau tidak berpenampilan seperti ini?” Tanyanya yang sepertinya masih tidak mengerti dengan jawabanku. Membuatku menghela nafas kasar sambil menepuk keningku sendiri.

“Sudahlah, mana penampilan yang lebih kau suka? Yang kemarin, atau yang sekarang?”

“Tak perlu menjadi yang aku suka! Jadi dirimu apa adanya saja,” tuturnya memberiku sedikit petuah.

Aku sedikit cemberut tak puas dengan jawabannya, memegang dagu sambil merangkai kata yang akan aku ucapkan, lalu bersuara “Mau yang kemarin ataupun yang sekarang adalah diriku apa adanya. Apa kau menyukai diriku yang apa adanya?”

Taira sempat terdiam, merenung sambil menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya lalu berkata “Enak, aku suka semua masakan Picho yang unik dan tak pernah gagal!”

Senyumanku kembang kempis, bingung mau senang atau sebal mendengar jawabannya. Di satu sisi aku senang masakanku dipuji olehnya, namun disisi lain bukan itu jawaban yang ingin aku dengar. Terkadang aku sendiri merasa heran, mengapa aku begitu ingin mendengarnya mengakui bahwa ia menyukai penampilanku? Apa karena aku ingin memastikannya bahagia bersamaku? Sama seperti aku yang terus berusaha tersenyum manis agar orang di sekitarku ikut tersenyum? Ku rasa begitu.

Sudahlah! Setidaknya melihat dia senang memakan masakanku, sudah membuatku bahagia. Itulah yang membuatku akhirnya memutuskan untuk tersenyum manis dengan tulus juga. Aku pun mulai menyuapkan nasi goreng buatanku pada mulutku sendiri dan merasakannya. Hmmm! Ini sih lebih enak dari yang biasa aku buat! Aku memang berbakat! Biasanya aku berbakat sih, tapi hari ini bakatku bertambah 80.000% dari bakatku sebelumnya.

Aku menikmati santapan makan pagi yang terasa indah dan menyenangkan sebab ditemani Taira. Entah wanita itu menikmatinya juga atau tidak, tapi aku sangat bahagia bisa melihatnya makan dengan lahap. Usai sarapan kami sepakat untuk bergegas menuju toko ponsel bersama. Karena sepedaku sudah lama menghilang, kami pergi kemanapun dengan berjalan kaki. Untung saja Taira juga kuat berjalan jauh, sepertinya dia adalah wanita yang sangat tangguh. Atau mungkin karena asupan sarapan dariku yang cukup menambah energinya?

...***...

Sepanjang perjalanan, aku merasakan ada emosi orang lain yang tumpang tindih. Ini jelas bukan emosiku, bukan juga emosi Taira. Jika dibilang emosi orang selewat di sekitar jalan, emosi ini terasa sangat stabil mengikuti kemanapun langkahku pergi. Sebenarnya, emosi ini sudah kurasakan sedari malam, namun aku hiraukan. Aku sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal selain pekerjaan dan kasus pembunuhan berantai. Hal itulah yang membuatku tak terlalu ambil pusing dengan emosi orang lain ini.

Tapi semakin ku biarkan emosi tersebut kian mengganggu fikiranku. Yah, sebuah emosi negatif penuh kecurigaan dan kewaspadaan terhadap sesuatu yang aku tak mengerti apa itu.

Menyebalkan! Mengapa aku harus merasakan emosi orang lain yang mungkin tak ku kenal? Mengapa pula perasaan orang ini selalu mengikutiku sepanjang hari? Apa ada orang yang sedang membuntuti ku? Untuk apa? Mata-mata!? Dia curiga bahwa aku adalah pembunuh berantai? Yang benar saja! Aku juga sedang mencari pembunuh itu, dasar bodoh! Kau salah target!

Sudahlah! Tak perlu terlalu dihiraukan! Beraktivitas saja seperti biasa dan nikmati hari. Toh memang bukan aku pelakunya. Tanpa mempedulikan emosi orang yang mengikutiku, aku berusaha untuk terus tersenyum manis dan memikirkan hal yang membuatku bahagia. Namun tetap saja hal yang membingungkan terjadi hari ini. Kali ini dari Taira.

Memang sih Taira itu wanita yang misterius, seharusnya aku sudah tidak asing lagi dengan hal aneh yang ia lakukan hari ini. Hanya saja, keanehan yang kali ini cukup menarik untuk difikirkan. Taira, wanita yang cukup tinggi namun bertubuh mungil itu seharian ini tidak ingin bertemu dan berbincang dengan orang selain aku. Ia bahkan menyuruh ku memilih dan membelikan sendiri ponsel untuknya. Dia bilang tak nyaman dengan keramaian dan lebih ingin menunggu di luar toko ponsel.

Saat makan siang juga Taira menolak keras ajakanku makan di resto atau mampir ke rumah Leo. Ia mengatakan bahwa dia jauh lebih menyukai masakanku ketimbang masakan resto atau orang manapun. Sudah jelas aku menyadari setiap kebohongannya, kemampuan menyebalkan ini membuatku mampu merasakan setiap rasa takut didalam hatinya. Entah apa yang sedang ia takutkan namun instingku mengira bahwa Taira hanya tipe wanita pendiam dan pemalu.

Baiklah, kuakui bahwa dia manis dan imut jika memang benar alasannya adalah malu. Tapi jika sampai se-anti ini pada keramaian, kurasa sudah menjadi hal yang menyebalkan dan merepotkan untuk mencarikan tempat sepi jika ingin menjalani hari bersamanya. Aku hanya bisa mengajaknya bermain di taman bunga yang sepi dengan air mancur berbentuk kura-kura ditengahnya. Duduk di bangku taman sambil mengajarinya mengenakan ponsel, ditemani oleh permen kapas yang menghiasi langit jingga bercampur merah muda pada sore hari.

Tak pernah aku bertanya dalam hati, ada apa sebenarnya dengan Taira? Dia tak ingin mengakui bahwa ia menyukai penampilanku, tapi ia hanya ingin berbicara dan bertemu denganku. Tak mungkin kan karena dia menyukaiku? Atau mungkin karena aku adalah tim yang ia butuhkan untuk mencari pembunuh berantai? Hanya ada jawaban yang semakin tak masuk akal jika aku terus memikirkannya.

Ingin rasanya aku tak peduli dengan segala keanehan Taira dan hanya menikmati tingkah manisnya saja. Namun semakin aku mengenalnya, semakin banyak juga misteri yang bertambah darinya. Sudahlah, fikirkan nanti saja! Walau dipenuhi rasa heran dan misteri tentang berbagai hal yang terjadi hari ini, jika ditimbang aku lebih merasa bahagia bisa menjalani hari bersama Taira.

Setelah seharian bermain bersama wanita misterius yang semakin hari semakin unik saja perilakunya ini, aku memutuskan untuk segera berbaring dan istirahat karena rasa lelah yang melekat. Namun rasa lelah ini sungguh sudah terbayar dengan kebahagiaan, hingga senyuman manisku tak pernah luntur sedari bangun tidur bahkan sampai terbawa ke alam mimpi saat tertidur lagi di malam harinya.

Aku jadi sedikit bertanya dalam relung kepala, apakah seharian ini aku bisa disebut berkencan dengan Taira? Kami sepanjang hari hanya bepergian berdua saja kan? Bukankah itu adalah kencan? Tapi saat diinterogasi oleh Rika tentang Cika yang wafat, aku juga hanya makan siang berdua dengannya kan? Apakah itu juga kencan?

Tunggu, sebenarnya kencan itu apa sih? Mengapa aku jadi bingung sendiri? Sepertinya yang kupahami hanyalah cara memasak, aku tak mengerti apapun tentang hubungan dengan wanita. Mungkin aku juga tidak mengerti dengan perasaanku sendiri? Tapi memang itu penting!? Mengapa aku jadi memikirkan hal yang tak bermanfaat seperti ini? Tugasku hanyalah fokus pada pembunuh berantai itu!

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!