“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33.
Yayuk dan Respati masih terus menatap wajahnya Bapaknya Tarno. Mereka berdua masih penasaran dengan kelanjutan cerita pengakuan dari Tarno.
Akan tetapi Bapaknya Tarno malah menoleh ke arah Tami anak perempuannya.
“Mi, buatkan minuman untuk tamu Bapak dan Ibu ini.” Ucap Bapak nya Tarno pelan.
Tami tanpa bicara langsung bangkit dari dari tempat duduknya. Namum sebelum Tami berdiri sempurna. Yayuk cepat cepat melarang Tami untuk pergi.
“Tidak usah repot repot kami sedang puasa. Mbak Tami tetap duduk saja di sini.” Ucap Yayuk dengan nada serius sambil menatap wajah ayu alami Tami.
“Yang benar Bu, kalau hanya dua gelas air teh kami punya kok.” Ucap Bapaknya Tarno yang tidak enak hati jika tidak memberikan suguhan pada tamunya, minimal air minum.
“Benar Pak, kami puasa untuk laku batin minta perlindungan dan pertolongan dari Allah.” Ucap Yayuk lagi.
“ Iya Pak, kami benar benar puasa. Terus bagaimana Pak, setelah Mas Tarno dan Mbak Yatmi sampai proyek.” Ucap Respati yang sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita dari versi Tarno.
Bapaknya Tarno tampak mengambil nafas dalam dalam.. dan sesaat kemudian..
“Sesampai di proyek ternyata tidak ada material datang. Tarno menelepon Pak Mandor, dan dia disuruh mengecek di gudang.” Ucap Bapaknya Tarno.
Setelah mengucapkan kalimat itu, ekspresi wajah Bapaknya Tarno langsung terlihat sedih. Kedua matanya pun tampak sudah mulai memerah.
“Mas Tarno juga langsung ke gudang Pak?” tanya Yayuk dan Respati secara bersamaan.
Bapaknya Tarno menganggukkan kepalanya. Bibirnya masih terkatup rapat. Air bening mulai menitik dari kedua ujung matanya. Tangan kekar Bapaknya Tarno pun menghapus air bening itu.
Laki laki paruh baya itu mengambil lagi nafas dalam dalam. Yayuk dan Respati dengan sabar menunggu kelanjutan ceritanya.
“Nah saat membuka pintu gudang. Tarno dan Yatmi langsung disekaap. Dibiuus. Ya habis itu Tarno tidak ingat apa apa.” Ucap Bapaknya Tarno terdengar nada nya begitu sedih.
Mulut Bapaknya Tarno kembali terdiam. Butiran air bening kembali mengalir dari matanya. Telapak tangan Bapaknya Tarno langsung mengusap wajahnya. Agar air bening di bawah matanya ikut terhapus.
Yayuk dan Respati pun ikut terbawa suasana sedih dan bisa menebak, di gudang proyek itulah awal petaka hilangnya nyawa Yatmi di mulai.
Sesaat kemudian..
“Pagi jam sepuluh, Tarno masih belum sadar sudah digerebek polisi di dalam gudang itu dan langsung menjadi tahanan sementara. Dan berita yang beredar Tarno sembunyi di proyek dan tidak sadar karena mabook kebanyakan minum alkohool.” Ucap Bapaknya Tarno lagi.
Dan selanjutnya tampak dia kembali terdiam. Nafasnya tampak berat. Hingga tampak daadanya naik turun. Ada sesuatu yang dia tahan. Sesuatu yang begitu menganjal di hatinya namun dia tidak bisa berbuat apa apa.
“Dan di gudang itu memang juga ada botol botol alkohool.” Saut Tami yang ekspresi wajahnya juga tampak ikut sedih
“Apa tidak dilakukan test urine Mas Tarno?” Tanya Yayuk sambil menatap wajah Tami dan Bapak nya Tarno.
Dua orang, anak Bapak itu hanya menggelengkan kepalanya.
“Mas Tarno saat tahu Mbak Yatmi meninggal langsung macam orang linglung, bingung. Malah dikira pura pura tidak tahu.” Ucap Tami lagi.
“Astagfirullahaladzim.. jadi saat di gudang itu Tarno dan Yatmi langsung dalam kondisi tidak sadar ya. Apa Mas Tarno tidak ingat orang orang yang menyekapnya?” tanya Yayuk lagi masih menatap Tami dan Bapaknya Tarno.
“Iya Bu, Tarno dan Yatmi dibius. Kata Tarno, saat masuk gudang ada beberapa orang memakai penutup kepala. Mereka langsung menutup hidung Tarno dan Yatmi dengan sapu tangan yang sudah dberi obat bius.” Jawab Bapaknya Tarno dengan serius.
“Kata Mas Tarno, dia dan Mbak Yatmi sempat berusaha untuk teriak teriak minta tolong.. tapi Mas Tarno dihajar dan tidak lama kemudian obat bius pun sudah bereaksi penuh. Mas Tarno sudah tidak ingat apa apa.” Ucap Tami sambil menatap Bu Yayuk.
“Kan hand phone Tarno bisa untuk bukti kalau Pak Mandor menghubungi dia. Pak Mandor harus bertanggung jawab dengan kejadian itu dong.” Ucap Respati yang sangat kesal dengan polisi dan pengadilan yang mengusut kasus itu.
“Nah itu Pak, saat Mas Tarno melihat hand phone nya, semua data di dalam hand phone nya telah hilang. Semua data sudah dihapus.” Ucap Tami.
“Dalam sidang Pak Mandor juga jadi saksi Bu. Dia hanya jawab tidak dan tidak tahu. Dan saat kejadian itu Pak Mandor berada di rumahnya. Tetangga Pak Mandor juga saksi kalau Pak Mandor berada di rumah” Ucap Bapaknya Tarno.
“Intinya pengadilan dan polisi tidak percaya kalau Tarno dan Yatmi disekaap dan dibius.” Ucap Bapaknya Tarno lagi.
“Apa tidak ada CCTV Pak?” tanya Yayuk yang tampak sangat gemas.
“Ada Bu, tapi CCTV rusak malah Tarno yang dituduh merusak CCTV itu agar persembunyian nya aman.” Ucap Bapaknya Tarno, kini nadanya sudah terdengar putus asa.
Bapaknya Tarno kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Tami pun juga terdiam..
“Kami harus menerima semua tuduhan, dakwaan dan putusan itu Bu. Saat saya menjenguk Tarno di tahanan sementara. Tarno bilang demi Tami biar dia mengakui yang membunuh Yatmi.” Ucap Bapaknya Tarno pelan lalu menatap wajah ayu anak perempuannya. Dia tidak ingin anak perempuannya bernasib seperti Yatmi.
“Saya juga tidak tega melihat tubuh Tarno yang biru legam karena mendapat kekerasan.” Ucap Bapaknya Tarno lagi, ekspresi wajahnya terlihat sangat sedih.
“Maaf Pak. Apa saat Mas Tarno mau ke rumah sakit, Bapak tahu kalau Mas Tarno akan melakukan test DNA pada janin yang dikandung Mbak Yatmi?” tanya Yayuk selanjutnya.
“Iya Bu, kami tahu itu. Tarno memang mau menikahi Yatmi meskipun dia hamil bukan dari Tarno. Tetapi Tarno sangat penasaran dengan laki laki yang sudah merusak kesucian Yatmi. Apalagi berita yang tersebar Yatmi hamil karena Gendruwo. Kami pun juga sangat penasaran.” Jawab Bapaknya Tarno.
“Saat Tarno masih di rumah sakit, dia mengabari biaya enam jutaan. Ya sudah kami akan usahakan biaya itu. Pernikahan cukup sederhana saja, uang untuk biaya test itu.” Ucap Bapaknya Tarno lagi.
“Maaf apa keluarga Mas Tarno cerita cerita kalau mereka akan test DNA?” tanya Yayuk lagi.
“Tidak Bu, kami tidak cerita cerita.” Saut Tami
“Kenapa ada orang yang tahu? Dan perkiraan saya orang yang membunuh Yatmi karena terusik dengan test DNA yang dilakukan untuk janin yang dikandung Yatmi.” Ucap Yayuk dengan serius. Respati pun mengangguk anggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Sang istri.
“Menurut perkiraan saya dan Tarno, orang proyek Bu. Karena Tarno saat izin kan harus ada alasan ke mana. Tarno memang mengatakan kalau ke rumah sakit, periksa janin Yatmi.” Ucap Bapaknya Tarno.
“Terus kata Mas Tarno, dia juga sudah mengajukan pinjaman ke kasir proyek, setelah tahu biaya enam jutaan.” Sambung Tami.
“Jadi mereka memang sudah melakukan test Pak?” tanya Yayuk dan Respati secara bersamaan.
“Sudah Bu , baru janin Yatmi. Mereka sudah bayar 2 juta. Nah baru nanti kalau bisa mendapatkan rambut laki laki biaaaadaaap itu harus bayar tambah dua sampai empat juta an.” Jawab Bapaknya Tarno.
“Apa Mas Tarno sudah tahu laki laki biaaadaaaap itu Pak?” tanya Yayuk dan Respati lagi.
.....
nahh yooo ngompol2 ra kw.. syuuukurr kapok ben kapok kui drg sepiro karo leh mu gae
dan om wowo berkalborai ya biar pada kapok itu org yAaa