NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:531
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. bertemu kembali, Mahesa

Anak kecil yang dulu hanya bisa merangkak dan mengeluarkan kata yang belum bisa di mengerti orang, kini kakinya sudah lancar berjalan, sudah mulai belajar berbicara.

   "Ema.. ma.." ucap Aiden dengan comelnya, ketika ditemani Nara bermain.

   Sorot kamera perekam Nara arahkan ke wajah Aiden, ia rekam agar bisa menjadi momen penting suatu saat nanti jika sudah tumbuh besar.

   Raut bahagia begitu terpancar dari wajah Nara, dirinya tak menyangka, bayi kecil yang ia bersamai dari kecil kini sudah mulai tumbuh menjadi anak kecil yang aktif.

*

*

*

   “Aku kirim ke Mas Rama deh, siapa tau lagi santai.”

Lekas Nara mengirim vidio hasil rekamannya, berharap Rama segera merespon.

   Ada rasa rindu yang teramat dalam, kini sudah hampir satu bulan mereka berjauhan. Komunikasi semakin berkurang, sebab sibuk selalu menjadi alasan. 

   Setiap malam hanya bertukar pesan, yang berisi kata-kata penyemangat atau hanya sekedar bertukar vidio apa yang tengah dilakukan. 

   Sifat Rama yang terbiasa dingin, terasa semakin membeku. Nara yang selalu terbiasa hangat dan berusaha membangun obrolan kini merasa sunyi, sepi dan hambar.

   Nara selalu memahami sifat suaminya yang seperti itu, bukan berubah, kata-katanya manis tapi selalu singkat.

   Nara juga yakin setiap pasangan akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan ya mungkin ini yang harus Nara tutupi kekurangan suaminya. 

*

*

*

   Lama pesan tersebut tak kunjung dibalas, dan akhirnya, >”lucu dan semakin pinter, Aiden.” Notifikasi dilayar atas menunjukkan isi pesan dan pengirimnya. 

   Hanya sekedar seperti itu, dan setiap hari pasti hanya menanyakan bagaimana Aiden dan sedang apa? 

   Nara kembali menulis balasan, >”iya Mas”.

   Terlihat centang dua biru, itu artinya si penerima sudah melihat dan membaca isi pesan tersebut. Tapi ternyata, nihil tak ada balasan dari Rama.

   Nara menggigit kukunya, merasa ada yang mengganjal dalam hatinya.

   “Mas Rama memang seperti itu, kenapa aku terlalu bawa perasaan sih. Mungkin lagi capek atau sibuk ngurusin proyeknya.”

*

*

*

    Minggu pagi, segala aktivitas Nara lalukan dengan santai. Memasak, menyapu, mencuci pakaian dan peralatan dapur, dan tak lupa menyiram bunga yang mulai tumbuh mekar dihalaman depan rumahnya. 

   Nara membiarkan Aiden bermain dihalaman, beralaskan dengan tikar kecil dan mainan yang mengelilinginya. 

   Baju berdaster motif batik, rambut yang dicepol keatas dan untaian anak rambut yang sedikit bergoyang karna terpaan angin sepoy-sepoy. 

   Pagi itu cerah, matahari bergerak memperlihatkan kecantikannya. Sinarnya menyinari Nara yang memegang alat penyiram tanaman ditangan kanannya. 

*

*

*

    Suara mobil masuk ke gendang pendengaran Nara, “siapa itu, biasanya nggak ada yang masuk kesini.” Ucapnya sambil berjalan kearah pagar rumah yang tingginya hanya setengah badan. 

   Mobil pick up dan beberapa perabotan rumah di bak mobilnya. Satu buah mobil berwarna putih dan juga tiga orang lelaki disana. 

   Rumah disamping Nara memang sudah kosong. Menurut cerita dari Rama, baru beberapa bulan yang lalu sang pemilik rumah ingin menjualnya, karna beralaskan ingin pindah kerumah yang lebih luas dan dekat dengan tempat pekerjaannya. 

   Dan itu mungkin orang yang membeli dan akan menempati rumah tersebut, terlihat dari bawaannya yang banyak seperti orang mau pindahan. 

   Nara merasa senang, karna kini punya tetangga dan tak begitu sepi, sudah ada yang menempati rumah disebalahnya.

   Jarak beberapa rumah disebelahnya memang tidak terlalu jauh, tapi pemilik rumahnya semua bekerja dan akan kembali ke rumah di malam hari.

   Tiap siang komplek terasa sunyi, seperti tidak ada kehidupan. Dan kebanyakan anak-anaknya bermain didalam rumah dengan pengasuhnya.

*

*

*

   

     Setelah cukup lelah dengan hari minggu yang lumayan banyak aktivitas yang Nara lakukan, kini dirinya duduk sendiri diruang tengah, ditemani suara televisi dan camilan yang diwadahi toples dipangkuannya. 

   Aiden sudah istirahat tidur siang, Nara tak pernah melewatkan hal itu. Bagaimanapun harus punya waktu istirahat yang cukup untuk pertumbuhan anaknya.

   Terdengar pintu depan diketuk, “siapa ya?” Nara bertanya-tanya. Lekas ia beranjak dan membuka pintu ruang tamunya.

   “Deg..” Jantung Nara tiba-tiba saja berdetak lumayan kencang, ada raut keterkejutan diwajahnya, begitu pintu depan dibuka dan siapa yang ada dihadapannya kini. 

   Laki-laki berprawakan tinggi, berkulit lumayan putih, dan ada raut keterkejutan juga di wajahnya, sama dengan yang Nara kini rasakan. 

    Ingatannya kemudian berputar, pada masa-masa yang sulit dihilangkan. Ada perasaan bahagia melihatnya, ada luka yang belum bisa ia jelaskan sepenuhnya.

   Mereka sama-sama diam dari rasa kaget dan momen yang ada dikepala mereka masing-masing.

   Kesadaran mereka balik sepenuhnya karna dering telepon dari hadapan Nara, disaku laki-laki yang berdiri didepannya. 

   Laki-laki itu Mahesa, mantan kekasih Nara dulu dari semasa SMA, dan harus berakhir kandas karna perjodohan yang Ayah Nara lakukan untuk Nara. 

   “Dia berubah, dia lebih tinggi, kulitnya tetap putih, wajahnya yang dulu memang tampan kini bertambah berkharisma, yang ditambah dengan pesona baju rapi khas pekerja kantoran.” Isi hati Nara menilai Esa kini berubah. 

   Ada kata rindu yang masih terselip disela hati Nara, ada rasa salah dan banyak sesal yang tak mampu ia ucapkan. 

   “Kamu Nara?” Ucapnya, wajahnya seperti menelisik antara yakin dan tidaknya. 

   Nara mengangguk, “Iya Esa.” Jawabnya terbata. 

   Ada manik mata yang berkaca-kaca, Nara berusaha sekuat tenaga agar bulir air matanya tak jatuh.

   Mahesa memegang kedua bahu Naru, “apa kamu sehat dan baik-baik saja Ra?” pandangannya naik turun dari atas kebawah, menelisik keadaan Nara. 

   “Ba.. Baik, kamu apa kabar?” Tanya Nara. 

   “Tidak ada yang baik-baik saja sejak kamu memilih meninggalkan ku tanpa penjelasan Ara.” Ucapnya yakin, wajahnya tak lepas memandang wajah cantik, orang yang dulu menemani masa-masa sulitnya. 

   “Silahkan masuk.” Suruh Nara sambil memberi jalan kedalam. 

   Nara berlalu ke dalam, dan Mahesa membuntuti dibelakangnya.

   “Duduk dulu.” Suruhnya lagi.

   Nara berlalu dari hadapan Mahesa kearah dapur, bukan lekas membuatkan secangkir kopi atau teh hangat, tapi Nara masih berdiam diri tak habis pikir kenapa dirinya kembali bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

*

*

*

   Segelas teh hangat sudah ditangan, Nara meletakkan dihadapan Mahesa, “silahkan diminum dulu.”

   Mahesa tetap diam memperhatikan Nara yang kini duduk disebelahnya. 

   Tanpa Nara sadari, Mahesa menarik dirinya ke dalam pelukannya. Setetes air mata Nara akhirnya jatuh, banyak rasa yang ia tahan selama ini.

   Sontak dalam pikiran Nara berputar tentang Rama, suaminya. Nara menarik badannya secepat kilat hingga Mahesa merasa kaget. 

   “Maaf..” Ucap Mahesa merasa dirinya terlalu lancang. 

   Nara menunduk tak berani menatap wajah Mahesa. 

   “Apa itu suami mu?” Pertanyaan ini akhirnya muncul dari mulut Mahesa. Ia menunjuk foto yang bergantung didinding.

   “He'em… apa kamu penghuni baru dirumah sebalah?” Kini Nara yang mengutarakan pertanyaan. 

   “Iya. Kemana suami mu?” Tanya Mahesa lagi, seperti ingin banyak mengorek informasi tentang Nara. 

   “Dia sedang menyelesaikan pekerjaannya diluar pulau.” Jawab Nara, kini mereka sudah saling memandang wajah satu sama lain. Ada rindu yang nampak, namun tak dapat diutarakan. 

   Dering telepon kembali bernyunyi dari saku Rama. Terlihat dia melihat kearah handphone dan melihat kearah wajah Nara, ada rasa yang masih banyak ingin diperbincangkan. 

   “Angkat dulu Sa gapapa.” Perintah Nara, karna melihat Mahesa hanya menatap layar yang tengah berbunyi itu. 

   Mahesa berpindah tempat keluar rumah Nara, entah siapa yang menelfonnya. 

   Selang beberapa menit Mahesa kembali kedalam dan, “Maaf aku harus pergi, nanti kita bisa bicara lagi dan aku masih merindukan mu.” Ucapnya penuh keyakinan. 

   “Dia.. Dia.. Istriku, aku harus cepat menemuinya.” Lanjutnya. 

   Bak ada pisau kecil yang melukai hati Nara, entah kenapa didalam dirinya ini, seperti tak mau cepat berlalu dan masih ingin berlama-lama dengan Mahesa.

   Nara berusaha menunjukkan rasa biasa di wajahnya, dan hanya mampu mengeluarkan anggukan. 

   Begitu Mahesa pergi dari rumahnya, air matanya kembali menetes. Masih terselip nama Mahesa dihati kecilnya, semua momen seakan berlalu lalang dalam benak Nara. Rasa sesal, rindu menjadi satu bercampur aduk dengan kebahagiaan yang bisa melihat wajahnya kembali. 

   “Rasanya masih tidak berubah..” Ucap Nara, dan kini terbangun lamunannya karna tangis dari Aiden.

   Bak dibangunkan dari kesalahan yang masih disimpan dihatinya, ada Rama yang seharusnya kini memenuhi hati Nara, tapi kenapa pertemuan itu menyulitkan perasannya. 

*

*

*

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!