NovelToon NovelToon
The Final Entity Never Regrets In Reality

The Final Entity Never Regrets In Reality

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: RiesSa

"Namaku ya..."

Siapa nama dari tubuh gadis yang Kumasuki ini? Apa maksud dari semua mimpi buruk sebelum aku masuk ke tubuh ini? Lalu suara yang memanggilku Himena sebelumnya itu, apakah ada hubungannya denganku atau tubuh ini?

"Vıra...panggil saja aku Vıra." Jawabku tersenyum sedih karena membayangkan harus menerima kenyataan yang ada bahwa aku di sini. Benar, inilah Kenyataanku sekarang.

Semua tentangku, dia, dan tragedi pengkhianatan itu, akan terkuak satu-persatu. PASTI....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiesSa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyusuri Jalan Pulang

Melewati jarak ratusan kilometer, naik-turun gunung hingga lembah, dan itu semua masih tiada kata berhenti baginya sama sekali. Surtr menggendong tubuhku untuk pulang ke kediaman Wooseman, sedangkan aku yang dalam bentuk ruh menempelkan diri ke AURAnya.

Meski aku sudah selama seminggu dan Surtr sendiri sebulan lebih di dimensi djinn, nyatanya waktu di dimensi kami sendiri hanya masih berlalu sehari saja.

“Sebenarnya kita ini termasuk beruntung, Vira. Kebanyakan malah ada yang sebulan atau bahkan setahun.” Ungkap Surtr mengawali pembicaraan.

Beruntung ya… aku membayangkan lagi momen kedatangannya yang memberiku harapan baru. Roda keburuntungan yang berputar benar-benar memainkan perannya dengan sempurna saat itu.

Ya, aku memang beruntung.

Langit malam penuh bintang dan bulan purnama menjadi latar belakang perjalanan kami. Tubuhku yang kaku itu dibawa layaknya seorang putri oleh Si rambut merah dengan sangat hati-ha-

Siiiing!

Pecahan ingatan baru lagi?

[Ada sebuah rumah tua sederhana dengan obor kecil sebagai satu-satunya penerangan. Berhiaskan air terjun kecil yang sangat jernih nan merdu di sampingnya, tempat yang tenang ini terasa nyaman. Mataku tertegun penasaran.

Seorang pria dewasa menggandeng tanganku erat. “Di sini rumah kenalan Ayah.”

Aku menoleh dan menatap dengan sudut pandang seorang anak kecil. Tinggiku hanya mencapai sepertiga dari tinggi pria di sampingku. Pria dewasa ini memakai hakama merah sederhana dengan sebuah pedang katana di pinggul.

“Apakah dia teman Ayah?” Tanyaku polos.

Dia tersenyum tidak menjawab sambil mengelus lembut kepalaku. Kami segera masuk ke halaman rumah yang dikelilingi pagar bambu tua.

Kreeek…

Seorang pria dengan rambut perak membuka pintu rumah dan menyambut kedatangan kami. Ia mengajak masuk.Tangannya mahir menyeduhkan tiga cangkir teh hangat di atas meja dengan ekstrak bunga melati. Meski rambutnya perak, tapi dia terlihat sangat muda. Mata birunya yang lebih jernih dari air menatapku seakan bisa melihat semua yang kusembunyikan.

“Apakah dia yang kamu maksud, Izana?” Si pria berambut perak mengalihkan matanya dan bertanya.

“Benar, dia juga mengalami tanda-tanda seperti yang dialami oleh Ibunya. Apakah kamu bisa melakukan sesuatu?” Tanya pria di sampingku sedikit khawatir.

“Tidak ada yang berubah Izana. Mungkin untuk sekarang dia bisa bertahan dan beraktivitas normal, tapi suatu nanti dia pasti mengalami kondisi yang sama seperti Ibunya atau bahkan lebih. Apabila telah sampai ke fase itu, kalian hanya punya satu pilihan.”

“Dia masih sangat kecil, aku tidak tega bila membiarkannya pergi seorang diri.” Kata pria di sampingku.

Aku duduk diam sambil menyeruput teh hangat dengan kedua tangan ini, karena hawa di daerah pegunungan sedikit terasa dingin mengingat waktu sudah beranjak malam. Lagian apa sih yang mereka bicarakan?

“Kalau kamu sudah membuat keputusan nanti jangan sungkan-sungkan menemuiku.” Ujar pria berambut perak.

“Tentu, terima kasih.” Sahut pria di sampingku.

“Sama-sama Izana.”

Pria berambut perak itu jongkok di depanku dengan membuat sebuah senyum hangat di wajahnya. Dia mengelus kepalaku dan memberikan setangkai bunga putih kecil.

“Salam kenal ya, Himena.”]

“Himena? Apa itu namaku?” Gumamku sendiri.

“Kenapa Vira?”

“Ah tidak, tidak apa-apa. Tadi aku hanya mengingat… sesuatu.” Jawabku langsung.

Pria yang berada di dalam ingatan tadi mirip dengan suara pria Kaisar, tapi kenapa wajahnya buram? Lalu, siapa pria berambut perak tadi…?

Masih banyak bagian pecahan yang perlu diingat untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

Ngomong-ngomong…

Jarak yang harus kami tempuh masih ratusan kilometer untuk sampai ke wilayah Wooseman. Apa dia, Surtr tidak berniat berhenti dan istirahat? Terlebih setelah sebulan berkeliling di dimensi lain.

“Surtr.” Panggilku pelan.

“Iya?”

“Berhentilah sebentar di sungai kecil di depan sana nanti.” Pintaku.

“Kenapa? Nanti-”

“Aku mohon?” Pintaku lagi.

Meski terlihat keberatan, dia tetap meng-iyakan permintaanku. “Baiklah."

“Terima kasih.”

Kami tiba di sebuah sungai kecil yang pernah aku datangi, yaitu tempat pertama aku tiba di dunia ini. Ah! Bahkan pusara kecil dari tulang hiu yang kubuat dua tahun lalu masih ada. Pusara itu tidak banyak berubah kecuali telah ditumbuhi rerumputan lebat.

“Aku dulu pernah ke sini dua tahun lalu.” Ucapku memulai pembicaraan.

“Di sini? Apa yang kamu lakukan di tengah hutan?”

“Bukankah aku pernah cerita kepadamu dulu kalau aku berasal dari hutan?”

“Oh! Cerita yang kamu katakan dua tahun lalu? Hahahaa…! Aku ingat, aku ingat! Jadi di sini rupanya tempat kamu bertemu dengan Pak Looqe.” Kata Surtr sambil tertawa mengingat pertemuan pertama kami.

“Kalau tentang Pak Looqe tempatnya masih ada di sebelah barat sana. Ngomong-ngomong Surtr, bisakah kamu taruh tubuhku dengan posisi duduk kaki melentang di pohon itu.” Tunjukku ke arah pohon kecil di depan kami.

“Kenapa?”

“Aku ingin bernostalgia sebentar. Meski aku sekarang begini, aku yakin nanti akan mengingatnya saat kembali ke tubuhku.” Ucapku membuat alasan.

Dia, Surtr tidak langsung meng-iyakan dan diam sebentar memikirkan sesuatu.

“Aku mohon?” Pintaku membuat wajah memelas.

Akhirnya pria itu memilih mengalah dan menuruti kemauanku. “Baiklah, tapi hanya sebentar.”

Ia berjalan mendekat ke arah pohon dan segera menaruhku pelan-pelan. Sekaligus melemahkan ikatan AURAnya ke ruhku secara tidak sadar.

Dak!

“Ti-tidak mungkin, Vira… kenapa?” Responnya kaget.

Aku membuat ledakan AURA kecil yang berefek gelombang kejut di belakang kepala Surtr. Akibatnya dia langsung terjatuh di atas kakiku yang duduk lurus di bawah pohon dan pingsan dengan AURA yang tetap keluar untuk menjaga ruhku.

Sungguh pria yang sangat protektif sekali.

“Tidurlah sebentar Surtr, kamu terlalu memaksakan diri.”

Aku melakukan hal ini agar dia mengistirahatkan tubuhnya meski sebentar. Meski itu Surtr, aku rasa terlalu memaksakan diri bukanlah hal uang baik. Tentu saja aku senang dengan semua yang telah Ia lakukan, namun aku jauh lebih senang lagi jika dia juga memperhatikan dirinya. Karena bagiku, dia…. Surtr sudah termasuk keluarga sendiri. Aku tidak bisa menutup mata saat ada orang terdekatku seperti ini.

“Surtr…”

Di sini adalah tempat yang cocok untuk kami beristirahat sejenak. Aku mencoba mengelus rambut merah miliknya yang tertidur di atas kakiku, tetapi…

“Hahahaa… ternyata memang tidak bisa ya.”

Tanganku menembus tubuhnya tanpa halangan. Kalau AURA kami tidak saling bertemu, aku tidak akan bisa menyentuhnya.

“…”

Daripada sia-sia membuang waktu, aku rasa lebih baik melakukan sesuatu. Seperti…

“Himena… Himena… namaku Himena? Himena…”

Sunyinya suasana malam yang menyisakan suara air sungai mengalir membantuku untuk lebih konsentrasi.

Suara gemericik air…

Hawa dingin malam hari…

Kunang-kunang dan katak sebagai penambah latar belakang…

[“Ayo Himena! Cepatlah, atau nanti kutinggal!” Kata anak laki-laki gempal dari kejauhan.

Aku mengulurkan tanganku melihatnya telah menyebrangi jembatan kecil di antara kami. Hari yang telah gelap sedikit membuatku takut dan ragu-ragu untuk lewat.

“Tunggu Kak Rai!” Panggilku.]

Aku terdiam menatap kumpulan bintang-bintang di atas yang bertengger membentuk sungai permata cahaya.

“Ingatan baru lagi…”

Ada cara untukku agar kembali! Yaitu dengan warisan dari wanita yang pernah kupanggil Ibunda di salah satu pecahan ingatan. Tehnik memanggil kembali jiwa sendiri yang pergi keluar tubuh. Beliau pernah mengajariku sekali cara agar aku bisa menjaga diri. Aku di dalam ingatan tersebut dulu tidak mengerti apa manfaat dari latihan pemberiannya, tapi siapa sangka sekarang aku membutuhkan tehnik itu agar lepas dari keadaan mati suri.

“Dengarlah seruanku, ukirkan lantunan jiwa yang bebas tidak terikat.”

Aku menyelimuti tangan jiwaku dengan sedikit AURA lalu menusukkannya tepat di tengah dada tubuhku. Lalu menunggu respon apa kira-kira yang akan diberi-

Dap!

“Ukh…!!!” AURA jiwaku serasa ditarik.

Sesuatu berniat mengambil semua AURA yang tersisa dari jiwa ini, sesuatu yang terasa panas. Ini… AURA?

“Jadi begitu ya, dari kawan menjadi lawan.”

AURA dari jantung garuda berniat menguras habis AURA jiwaku sendiri.

AURA perak kebiruanku membantu untuk mengontrol setiap gejolak perlawanan dari AURA jantung garuda.

Seperti yang pernah dilakukannya saat aku melawan Ragnar. Aku dan AURA perak kebiruan berhasil menekan AURA itu lebih dalam. Tinggal sedikit lagi!

“Ukh…!!!”

Hah!? Jantungku berniat meledakkan AURAnya sendiri yang terkompres sangat padat! Kali ini kami berganti posisi dan menarik setiap AURA yang ada. Kalau sampai jantung tersebut berhasil meledakkan AURA sebanyak dan sepadat itu, bisa-bisa nanti jantungku dan organ dalam lainnya pecah dan Surtr juga dalam bahaya.

“Terlalu banyak, jiwaku tidak akan kuat menampung sebanyak ini. Ukh…!!! Harus di buang ke mana?!” Gumamku kebingungan.

…Surtr?

Benar juga! Dia adalah tempat kosong yang cocok buat semua AURA ini. Apalagi dia juga telah menggunakan banyak AURAnya di dimensi djinn dan butuh suplai baru.

“Tapi bagaimana aku bisa menyentuh AURAnya. Pikirkan Vira, pasti ada hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi situasi ini.” Ucapku sendiri.

Brzzgzkzzkz…

“Ng?”

AURA perak kebiruan keluar dari jiwaku dan seperti menarik sesuatu dari tengah dada Surtr. AURAnya membara hangat menyambut AURAku.

Baiklah.

Proses pengalihan AURA berjalan lancar dan tinggal tahap akhir saja. Aku langsung menyebarkan AURAku ke seluruh sisi tubuhku sendiri dan merasakan setiap perasaan yang tercipta di sana. Irama detak jantung, aliran nafas dan darah, kontraksi dan refleksi otot. Semua aman terkendali. Tidak kusangka tehnik ini bisa merasakan sampai hal sekecil dan sedetail itu. Wanita yang kupanggil Ibunda di ingatanku tersebut pasti bukan orang biasa. Aku berhasil.

Perlahan kesadaran dari jiwaku mulai luntur menghilang dan larut, lalu semua tempat di sekitarku mulai gelap. Hanya hitam dan sunyi.

Klip… Klip!

Huft…

“Haaah… syukurlah.”

Aku membuka mataku dan mendapatkan diriku bangun di tubuh sendiri. Cuma ada perasaan lemas dan lelah masih sangat terasa. Pasti karena efek sisa dari bertarung dengan Banaspati.

“Ups! Lebih baik aku jangan berisik sekarang.” Aku mengelus rambut merah Surtr pelan-pelan. Dia benar-benar tertidur nyenyak di pangkuanku dengan muka polos.

Hingga pagi hari tiba…

“Umh…”

Surtr mengedipkan matanya beberapa kali setelah terkena sinar matahari yang lewat melalui sela-sela daun. Mata hijau gelapnya membulat diam.

“Selamat pagi Surtr.” Sapaku tersenyum di atas wajahnya.

Diam.

Ia seperti komputer yang lemot karena menerima info yang berlebihan dan memegang wajahku dengan tangan kanannya, memastikan kalau semua ini bukan ilusi.

“V-vira?!” Katanya tidak percaya.

“Ya?”

“Ini betulan kamu?”

Aku memegang tangannya yang menyentuh wajahku, dan mengeluarkan sedikit AURA dari jantung garuda. “Apa ini cukup?” Tanyaku senang.

“AURA ini, kamu benar-benar bangun dari mati suri Vira?” Surtr langsung bangun dan memeluk erat aku seakan tidak ingin melepaskan selamanya. Dia berulang kali bilang bersyukur dan terlihat sangat bahagia. “Tapi bagaimana kamu bisa kembali bangun Vira!?”

“Entahlah, aku langsung berada di tubuhku saat mencoba menghubungkan AURA dengan tubuh ini. Apa menurutmu itu aneh?”

Aku merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi, mungkin… mungkin kalau semuanya sudah jelas akan kuceritakan. Di saat aku tahu apa alasan aku berada di dunia ini.

Ya, benar. Suatu saat nanti.

“Kamu kembali itu sudah lebih dari cukup, Vira.” Kata Surtr tidak mempermasalahkan.

Dia lagi-lagi mengelus kepalaku dan memasang wajah tersenyum lembut, panorama pagi ditambah sorotan redup sinar matahari membuatnya memiliki pesona tersendiri. Mukaku langsung memanas malu, aku alihkan pandanganku ke arah lain.

‘Tidak adil kalau bermain curang seperti itu…’ Batinku sesaat.

Senyum polosnya itu lho… yang membuat aku salah tingkah sendiri. Sangat menyebalkan.

“Oh ya Surtr! Karena aku sudah baikan, bagaimana kalau kita kembali ke kamp-”

“Tidak boleh.” Potongnya langsung.

“Eh?”

“Kamu harus pulang ke rumah, istirahat dan jangan berbuat ulah. Lagian aku yakin Looqe sekarang pasti telah mendengar misi rahasiamu. Kamu tahu orang seperti apa dia.” Ujar Surtr.

“Umh… betul juga.” Aku membayangkan reaksi Pak Looqe yang tahu aku pergi diam-diam. Dia pasti sangat khawatir, itulah Pak Looqe.

“Soal kamp pelatihan tersebut akan kuurus setelah aku mengantarkan kamu pulang.”

Sepertinya hanya itu saja pilihanku. Aku terima proposal bantuan dari Kaisar berwajah Eurasia itu dan segera berdiri untuk memulai perjalanan pulang. Aku segera berdi-

Braak…

“Eh?” Aku langsung terjatuh saat melangkahkan kaki, pandanganku sedikit buram dan… Terasa pening? Apa ini efek lain dari mati suri?

“Sini aku bantu.” Tawar Surtr memberikan tangannya.

“Kalau kamu membawaku seperti kemarin, aku tidak mau.” Tolakku langsung.

Kemarin bolehlah dia membawaku seperti menggendong seorang putri karena aku memang tidak di sana. Jadi aku tidak merasakan langsung bagaimana perasaan dibawa begitu. Sekarang setelah aku sadar memangnya aku masih mau? Jangan sampai, pokoknya jangan sampai hal itu terjadi. Tidak setelah dia bermain curang tadi…

“Kalau begitu bagaimana dengan gendong biasa.” Dia menawarkan punggungnya.

“Kalau itu… baiklah, tidak apa-apa kurasa?” Jawabku ragu-ragu. Tidak apa-apa ‘kan? Ini masih aman ‘kan?

Aku merayap menaiki punggungnya dan mengalungkan tanganku ke depan, punggung miliknya cukup lebar juga ternyata. Satu setengah kali ukuran punggungku.

“Satu lagi, jangan melakukan hal seperti sebelumnya, Vira.” Peringat Surtr sebelum memulai perjalanan.

“Hihihii… maaf kalau soal pingsan itu. Ok-ok! Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku berjanji.”

Kami melanjutkan perjalanan mengikuti hilir sungai dan beristirahat sebentar di gubuk tua yang dulu pernah kujumpai. Aku menyuruh Surtr untuk menangkap beberapa ikan dan mencari tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pelengkap. Sedangkan aku sendiri menyiapkan api dan bertugas untuk memasak.

“Ini.” Kataku memberikan ikan yang telah matang.

“Terima kasih.” Giginya menguyah lahap. “Mmh! Enak. Dari mana kamu belajar masak?”

“Hidup sendiri di hutan tentu saja harus punya kemampuan bertahan hidup dan memasak tahu. Uh… aku jadi teringat masakan Pak Looqe yang buruk dulu.” Jangan sampai aku muntah karena mengingat kembali rasa masakan Pak Looqe yang supernatural.

“Seburuk itukah?” Tanya Surtr.

“Kalau aku bisa memberi nilai masakan Pak Looqe dari angka 1-10, pasti akan kuberikan angka minus 10! Seburuk itulah masakannya.”

“Pfft! Hahahaa!”

Setelah beristirahat sekitar dua jam, kami melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai ke kota tempat kami pertama kali bertemu. Kami menyamarkan penampilan lalu masuk ke dalam kota, karena Surtr punya kartu identitas imitasi yang selalu digunakannya untuk menyelinap ke berbagai kota. Benar. Kami saat ini berada di kekaisaran Musplehein.

Daripada menerobos hutan dan bertemu dengan makhluk aneh ataupun hal-hal berbahaya lainnya, aku setuju dengan saran Surtr untuk pergi ke kota terdekat.

Perjalanan normal adalah yang terbaik.

1
RiesSa
Menyala gan
Hakim Zain
Menyala abangkuh!
Hakim Zain
Bagus thor
Hakim Zain
Nice
Linda Ika Widhiasrini
up gan
Linda Ika Widhiasrini
Doppelgangerkah? mirip banget
Linda Ika Widhiasrini
Up Thor
RiesSa: Siap, terima kasih
total 1 replies
Linda Ika Widhiasrini
lanjut thor
fayefae
penulisannya bagus thorr, aku mampir yaa, kalau berkenan boleh mampir balikk. semangat terusss
RiesSa
Terima kasih
👑Queen of tears👑
dalam bangettt ini thor /Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!