NovelToon NovelToon
Jejak Sang Killer

Jejak Sang Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ari Wulandari

Ketika sebuah video mengerikan yang menampilkan mayat manusia yang disiksa dan dibunuh diunggah di internet, polisi tidak memiliki petunjuk apapun mengenai siapa sebenarnya sang pelaku. Mereka meminta bantuan Agam, seorang profiler jenius yang juga seorang profesor termuda di salah satu universitas terkemuka.
Agam menerima tantangan itu. Namun ia tidak menyangka bahwa kasus ini akan membawanya ke masa lalunya yang kelam. Adiknya, Fahmi, menghilang secara misterius beberapa tahun yang lalu, dan sampai detik ini Agam tidak pernah tahu bagaimana nasib adiknya itu.
Apakah ada kaitan antara pembunuh berdarah dingin yang mengunggah video-video maut itu dengan hilangnya Fahmi?
Demi bisa mengungkap segalanya, Agam harus berhadapan dengan kebenaran yang mengejutkan dan menakutkan, sebelum nyawanya sendiri menjadi taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ari Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh | Another Body Was Found

New Post!

[Pembunuhan Belum Berakhir]

Agam tersentak saat melihat sebuah thread yang baru saja diposting oleh Killer. Kebingungan yang hebat otomatis melanda dirinya. Timbul pertanyaan dalam benaknya, bagaimana itu bisa terjadi? Jo Yosef, yang Agam yakini sebagai Killer sesungguhnya telah berhasil ditangkap. Seharusnya akun yang biasa digunakan oleh Jo Yosef untuk mengunggah hasil perbuatannya, tidak aktif lagi. Lalu kenapa bisa muncul notifikasi seperti ini dari akun yang sama yang digunakan oleh Jo Yosef?

“Oppa?” Yeon Woo menyentuh lengan Agam, “ada masalah apa? Wajahmu terlihat begitu pucat. Apa kau sakit?”

Yeon Woo terlihat begitu cemas akan perubahan yang begitu drastis pada Agam.

“Eh, ini … tunggu sebentar, ya?” Ijin Agam pada Yeon Woo, untuk memeriksa sebentar isi postingan tersebut. Jari jempolnya menyentuh layar, dan sama seperti sebelumnya, postingannya berisi sebuah foto tanpa teks, berukuran hampir memenuhi layar ponsel.

“Astaga, ini ….”

Itu adalah foto tubuh seorang pria. Dalam keadaan tergantung, dengan kedua kakinya terpotong di bagian lutut. Sementara sisa potongannya diletakkan cukup rapi, tepat di bawah tubuh pria yang tergantung itu.

Lalu detik itu juga tampilan layar ponsel Agam berubah menjadi sebuah panggilan telepon, dengan nama Detektif Han yang tertera di sana.

“Ya, Detektif Han?” Jawab Agam, cepat-cepat mengangkat teleponnya.

“Seonbae!” Suara Detektif terdengar panik, “Ada mayat lainnya lagi yang berhasil ditemukan! Aku pikir kau harus datang dan melihatnya sendiri!”

Agam menduga bahwa mayat yang dimaksud Detektif Han pastilah pria yang ada dipostingan itu. “Baiklah, aku akan segera ke sana.” Ucapnya, lalu mengakhiri panggilan teleponnya.

“Kasus baru lagi?” Tanya Yeon Woo, menebak.

Agam mengangguk. Ada gurat letih yang tergambar di wajahnya. “Maaf lagi tentang ini, Yeon Woo-ya. Tapi aku harus pergi.” Sesal Agam, karena harus membiarkannya pulang sendirian.

“Oppa … kau yakin baik-baik saja?” Yeon Woo menatap Agam dengan perasaan cemas, dan dibalas dengan satu anggukan dari Agam. “Ya sudah kalau begitu, pergilah. Aku tidak masalah harus pulang sendiri. Jaraknya cukup dekat dari kafe. Jadi, tidak usah cemas.”

“Terima kasih. Nanti aku akan meneleponmu, begitu semuanya selesai.”

Giliran Yeon Woo yang mengangguk, dan tersenyum. “Hati-hati.”

***

Mobil pajero sport warna putih milik Agam akhirnya tiba di lokasi yang telah dikirimkan oleh Detektif Han. Gedung bekas kantor anggota Majelis Nasional, yang berada di pinggiran Kota Metro. Dan seperti biasa, beberapa mobil patroli milik polisi setempat, ambulans dan juga petugas forensik telah tiba lebih dulu. Tak lupa juga para wartawan yang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

Kali ini Agam bisa melewati kerumunan wartawan dan beberapa anggota masyarakat yang hadir dengan cukup mudah. Mungkin karena telah belajar dari kejadian sebelumnya, pihak kepolisian mengerahkan lebih banyak personilnya untuk menjaga dan mengamankan area sekitar gedung.

Agam lalu mendekat ke arah pintu masuk gedung. Tapi dua orang polisi yang berjaga sempat menahan Agam dan melarangnya masuk. Mau tidak mau ia memperlihatkan kartu identitasnya bahwa dirinya adalah anggota khusus dari kepolisian pusat Seoul. Barulah dirinya diijinkan masuk.

Hidung Agam sontak mengernyit tatkala mendapat serangan tiba-tiba dari aroma logam yang menguar begitu kuat, saat dirinya melangkah masuk lebih dalam melewati koridor perkantoran.

Besar dugaan bahwa aroma logam yang tercium oleh Agam adalah bau darah.

“Detektif Han!” Panggil Agam, begitu melihat Detektif Han saat sedang berbicara dengan salah satu rekannya.

Detektif Han menoleh. “Kau sudah di sini, Seonbae,” sambutnya.

“Aku sudah mendengarnya saat di perjalanan ke sini,” kata Agam, “korbannya adalah anggota dari Majelis Nasional. Ahn Seok Yeol, ya?”

Detektif Han mengangguk. “Dia tidak begitu terkenal di masyarakat, tapi lumayan punya kuasa yang tinggi. Padahal kabarnya dia baru saja terpilih menjadi anggota dewan. Bisa dibayangkan bagaimana hebohnya pemberitaan tentang kematiannya saat ini.”

“Pantas saja di luar sudah banyak wartawan yang berkerumun,” timpal Agam. “Jadi, apa saja yang sudah kau temukan?”

Detektif Han membuka buku catatan kecilnya. “Seperti yang sudah Seonbae ketahui, korbannya adalah Ahn Seok Yeol. Anggota Majelis Nasional, berusia empat puluh lima tahun. Diperkirakan korban meninggal pada jam sembilan malam, yaitu sekitar waktu penangkapan Jo Yosef.”

“Itu artinya bukan Jo Yosef yang membunuh orang ini,” simpul Agam.

Detektif Han mengangguk. “Dan, kupikir kita perlu melakukan otopsi untuk mengetahui lebih banyak apa yang telah terjadi pada anggota dewan kita. Petugas koroner beranggapan bahwa gigi-giginya telah di cabut dan kedua kakinya dipotong sesaat sebelum korban meninggal, lalu menggantungnya.”

“Maksudmu, pelaku melakukan keduanya sebelum kematian Ahn Seok Yeol?” Agam keheranan. Prosesnya jelas sangat berbeda dengan cara yang dilakukan oleh Jo Yosef. “Lalu, siapa yang menemukan korban pertama kali?”

“Polisi.” Jawab Detektif Han. “Mereka mendapatkan laporan dari petugas kebersihan gedung bahwa mereka mencium sesuatu yang sangat aneh dari dalam gedung.”

“Jadi polisi yang menjadi saksi pertama dari kasus ini.”

“Dan Seonbae, kami menemukan sesuatu yang tidak biasa di dinding. Kurasa kau harus masuk ke dalam dan melihatnya sendiri.”

“Tidak biasa?” Ulang Agam, yang kemudian mengiyakan perkataan Detektif Han. “Baiklah, ayo masuk.”

Detektif Han memimpin jalan, Agam mengikuti dari belakang, menuju salah satu ruangan yang di depan pintunya sudah berdiri empat orang polisi. Pita garis kuning pun sudah dipasang di sepanjang koridor yang mencakup area dari ruangan tersebut. Hal yang dilihat pertama kali oleh Agam adalah kondisi pintu dari ruangan itu dalam keadaan tertutup. Itu adalah sesuatu hal yang tidak biasa. Kenapa mesti ditutup?

Dan jawabannya adalah saat Detektif Han membuka pintu tersebut, aroma anyir darah yang sangat menyengat langsung memenuhi rongga hidung Agam. Saking menyengatnya, Agam sampai merasakan lidahnya terasa pahit dan juga amis. Tak bisa dibayangkan bagaimana kondisi petugas kebersihan saat melihat hal ini. Aroma darahnya yang sangat pekat dan menusuk hidung, wajar jika ada yang muntah.

“Ugh!” Agam spontan menutup hidungnya.

Detektif Han bahkan harus mengenakan masker, demi menjaga penciumannya tetap sehat. “Parah sekali, bukan? Sampai membuat hidungmu sakit karena baunya yang sangat menyengat.”

Kondisi tempat kejadian perkara di ruangan itu tampak sangat mengerikan. Agam merasa seperti masuk ke dalam dimensi yang menakutkan. Semuanya begitu kacau. Ada percikan darah di mana-mana. Bahkan genangan darah di lantai, terlihat seperti kolam darah yang menyeramkan. Di atasnya ada sebuah tubuh yang tergantung lemas di langit-langit ruangan, dalam keadaan kedua kakinya telah terpotong mulai dari lutut ke bawah. Dan potongan kakinya, tergeletak rapi tepat di bawah tubuh korban, layaknya sepasang sepatu.

“Kaki itu ….”

“Itu bukan milik Ahn Seok Yeol,” ungkap Detektif Han. “Sepertinya itu adalah kaki Cha Hyun Sik yang hilang.”

***

1
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
haku gaming
reccomended bnget buat yang suka novel detektif dgn jln cerita yang beda!
love it!
haku gaming
kasian agam, kyk kena panik attack gitu gak sih?
Adam zaheer
dududu...lnjut bosq! jgn bkin penasaran sma klnjutan crtanya...
Adam zaheer
menyala professor Agam!
Adam zaheer
aku datang lagi! wah Makin seriously aja nich critanya...
haku gaming
wah jadi mkin gak sabar ma masa lalunya fahmi. cepetan lanjut thor!
haku gaming
jangan2 fahmi ini bkn sodaranya agam
haku gaming
next,next, next!
haku gaming
Rese' juga nih pak polnya./Speechless//Speechless/
Adam zaheer
seorang Agam dilawan 😂😂
Adam zaheer
Agam ma yeon woo pacaran ya?
Adam zaheer
kereen Thor! lanjut!
Adam zaheer
hahaha🤣🤣
Adam zaheer
yayyaya...ggogoo Agam!
Adam zaheer
lanjutkan Thor!
Adam zaheer
wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?
haku gaming
kali ini agak2 merinding disko bacanya. kereen! next...
haku gaming
ngeriii!! the redroom vibes
haku gaming
sy pun tak kuasa membayangkan /Puke//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!