Kisah Cinta Ketua OSIS Dingin Dan Si Gadis Bar-bar'
Cerita ini adalah sequel dari 'Rahasia suami lumpuhku'. Yakni kisah anak-anak dari Aozora dan Arsen. Bagi yang belum baca, dipersilakan untuk membacanya lebih dulu. Terima kasih 🙏
.
.
.
"Tunggu, Pak, tunggu!" Senja Mentari Chairani, berlari secepat yang dia bisa ketika melihat pagar sekolah hendak ditutup.
"Cepat, Neng!" seorang pria berseragam satpam memutuskan untuk menunggu gadis remaja yang biasa dipanggil Senja itu.
"Aduh, terima kasih, Pak." Senja berbicara dengan napas yang tersengal- sengal.
"Iya, sama-sama. Lain kali jangan telat lagi ya! Kali ini, bapak kasih kamu kesempatan karena masih hari pertama sekolah. Besok-besok bapak akan langsung tutup pagar, dan tidak akan bapak bukakan, sekalipun kamu memohon," ucap satpam itu tegas.
"Aduh, tolong jangan begitu, Pak. Please jangan pernah tutup pintu hati Bapak pada gadis cantik sepertiku!" Senja memasang wajah imutnya, membuat Security itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu murid baru ya?"
"Lho, Bapak kok tahu? Bapak cenayang ya?" sudut alis Senja sedikit terangkat ke atas.
Security itu mengembuskan napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siapapun bisa lihat dari dandanan neng sekarang,"
"Oh iya ya, aku lupa," Senja cengengesan sembari memainkan kunciran rambutnya yang dikuncir dua menggunakan tali serta menyandang tas yang terbuat dari kantongan plastik.
Ya, hari ini memang tahun ajaran baru dan Senja merupakan murid baru di sekolah SMA Angkasa, yang merupakan sekolah berstandar internasional dan diisi kebanyakan anak-anak orang kaya. Kemungkinan di antara murid di SMA itu, hanya Senja lah yang datang dari keluarga kalangan biasa, karena memang, ia bisa di sekolah bonafit itu hanya mengandalkan bea siswa.
"Sudahlah, neng. Kamu ngapain lagi di sini? sana cepat. Nanti kamu bisa kena hukum panitia MOS nya!" titah Security itu membuat Senja tersadar.
"Oh, iya. Aku lupa! Bapak sih, tampan. Kan aku jadi betah ngobrol sama Bapak," Sebelum beranjak pergi, sempat-sempatnya Senja menggoda Security itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Senja mengendap-endap masuk ke barisan para siswi yang berdandan serupa seperti dirinya. Kalau kondisi seperti ini, tidak terlihat adanya kesenjangan di antara para siswa-siswi baru itu. Semuanya tampak sama.
"Hei, udah lama ya mulainya?" tanya Senja pada seorang gadis yang berdiri tepat di sampingnya. Senja terlihat biasa saja bertanya seakan sudah akrab. Padahal, dia sama sekali tidak mengenal gadis itu.
"Belum terlalu lama sih. Cuma masih tahap perkenalan," sahut gadis itu, seraya tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
"Oh, yang itu siapa?" bisik Senja seraya menunjuk ke arah seorang laki-laki yang memiliki postur tubuh cukup tinggi, tampan dan berekspresi datar.
"Oh, itu ketua OSIS kita. Namanya Arkana," gadis tadi masih ramah membalas setiap pertanyaan Senja.
"Emm, tampan ya?" Senja berdecak kagum.
"Iya, tampan sih, tapi nyebelin!"
Senja sontak melirik gadis di sebelahnya dengan sudut alis yang terangkat ke atas.
"Nyebelin? emangnya kamu kenal dia?" tanya Senja, menyelidik.
"Emm ... ya ...."
"Tapi, iya juga sih. Bisa dilihat dari mukanya yang datar tanpa ekspresi," belum selesai gadis yang memiliki lesung pipi itu bicara, Senja sudah menyambar lebih dulu.
Gadis berlesung pipi itu terkekeh, merasa kalau ucapan Senja tadi cukup lucu.
"Kenapa kamu tertawa? Lucu ya? Kan yang aku katakan tadi benar kan?" Senja masih tetap dalam posisi berbisik.
"Iya, iya kamu benar!" gadis itu menganggukkan kepala, mengiyakan.
"Oh ya, kamu punya nomornya nggak? Tadi waktu perkenalan gitu, pasti di nyebutin nomor kan? Bagi dong!" bisik Senja lagi. Gadis itu sama sekali tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh panitia di depan sana.
"Lho, tadi kamu setuju kalau dia menyebalkan, sekarang kenapa malah minta nomornya? Lagian, mana ada perkenalan sampai nyebutin nomor segala," gadis berlesung pipi itu mengernyitkan keningnya.
"Ya, gimana ya? Cuma mau nambahin kontak di handphoneku saja. Kontak di handphoneku hanya sedikit soalnya," Senja, kembali cengengesan.
Gadis remaja berlesung pipi itu berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jadi, kamu tidak punya ya?" bisik Senja lagi. "Oh iya, kamu mana mungkin punya. Kan tadi kamu sudah bilang kalau dia tidak ada menyebut nomornya. Aku kok jadi bodoh begini sih?" Senja yang bertanya, tapi dia yang jawab sendiri.
"Tapi, aku punya nomornya kok," celetuk gadis lawan bicara Senja itu.
"Serius?" Gadis itu menganggukkan kepala mengiyakan.
"Wah, kok bisa? Jangan-jangan tadi dia memang ada nyebutin nomornya. Kamu sengaja bilang tidak ada, biar aku nggak minta lagi kan?" tukas Senja.
Gadis berlesung pipi itu berdecak, lalu menggelengkan kepalanya. "Dia memang tidak menyebutkan nomornya. Aku punya nomornya karena ...." Gadis itu tiba-tiba menggantung ucapannya, tersadar akan sesuatu.
"Karena apa?" tanya Senja dengan wajah yang sudah berada sangat dekat dengan gadis berlesung pipi itu.
"Ya, karena dia tampan, aku jadi cari sendiri," sahut gadis itu asal.
Senja mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali melihat ke depan.
Diamnya gadis itu membuat gadis berlesung pipi itu menghela napas lega. Namun, tenyata ketenangan yang didapatkan oleh gadis itu hanya bertahan sebentar. Karena Senja kini kembali mendekatkan bibirnya ke telinga gadis yang belum dia tahu namanya itu.
"Minta nomornya dong!" bisik Senja.
"Heh? Untuk apa nomornya? Kamu mau gangguin dia? Aku sarankan jangan. Soalnya dia itu kalau bicara suka nyakitin," bisik gadis itu balik.
"Tidak apa-apa! Nanti kalau dia bicara pedas, aku akan balas dengan tidak kalah pedas," sahut Senja.
"Lagian untuk apa sih nomor itu? Penting banget ya?" gadis berlesung pipi itu sepertinya masih berat untuk memberikan nomor Arkana, si ketua OSIS.
"Emm, nggak penting-penting amat sih. Cuma aku hanya ingin terlihat keren aja, bisa dapat nomor ketua OSIS. Aku hanya mau pamer ke teman-teman SMP ku yang songong. Mereka suka merendahkanku dan bilang kalau aku akan dikucilkan di sekolah ini. Oh iya, aku lupa ... For your information, aku sekolah di sini karena bea siswa. Aku bukan orang kaya seperti kalian. Tapi, aku tetap harus percaya diri kan?"
Gadis berlesung pipi itu sedikit kaget dan langsung melihat ke arah Senja dari atas sampai ke bawah.
"Kenapa? Kamu kaget ya? Alergi bicara denganku ya? Ya udah tidak apa-apa. Aku sudah biasa!" ucap Senja, cuek.
"Bu-bukan seperti itu. Aku tidak masalah kok! Kita semua itu sama kan? Sama-sama manusia," ucap gadis berlesung pipi itu sembari kembali tersenyum.
"Iya, sama-sama manusia, hanya derajat yang berbeda. Aku derajat Reamur dan kamu derajat Celcius atau boleh jadi derajat Kelvin," Senja menyamakan derajatnya dengan ukuran satuan suhu terendah, sementara gadis berlesung pipi itu satuan suhu tertinggi yakni Celcius atau Kelvin.
"Nggak, derajat Fahrenheit aja sekalian?" balas lawan bicara Senja itu, mulai cekikikan.
"Boleh juga tuh!" sahut Senja.
"Oh ya, kamu jadi nggak kasih nomornya tuh ketua OSIS? Biar handphoneku bisa terlihat keren. Walaupun butut, tapi isinya ada nomor orang keren," Senja merogoh sakunya, memperlihatkan handphonenya yang memang sudah terlihat buruk. Bagaimana tidak, layar handphone itu saja sudah penuh dengan garis-garis yang malang melintang tidak jelas.
Melihat kondisi handphone Senja, gadis berlesung pipi itu tiba-tiba tidak bisa menahan tawanya. Gadis itu tertawa kencang, hingga membuat perhatian semua orang mengarah ke mereka berdua.
"Hei, kalian berdua! Apa yang kalian tertawakan? Maju ke depan!" bentak Arkana, sosok yang Senja bicarakan dari tadi dengan teman baru yang sampai sekarang belum dia tahu namanya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Wagiyem Ibune Wilda
seru koyok'e.. semangat thor
2024-11-05
0
Intan Tahlisah
pagiii thor.
2024-11-02
0
Yana Kolo
hadir Thor
2024-10-25
0