Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Tiba-tiba Dafa memegang perutnya, Hanna merasa heran dengan tingkah Dafa.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Perutku sakit, Tante." Hanna bingung entah kenapa Dafa tiba-tiba perutnya sakit.
"Sini biar Tante periksa dulu," Dafa membuka bajunya, kemudian Hanna memeriksanya dengan menekan perut Dafa.
"Sakit, Tante."
"Ya sudah, Dafa tidur dulu ya. Tante mau beli obat dulu, tunggu sebentar, ya."
Hanna segera turun ke bawah untuk mencari bi Serly.
"bibi, bibi dimana?" bi Serly yang mendengar namanya di panggil langsung menghampiri Hanna.
"Ada apa hanna?"
"Aku minta obat sakit perut untuk Dafa, apa ada?"
"Ada, bentar bibi ambilkan dulu,"
Tak lama kemudian bi Serly kembali membawa obatnya, lalu diberikan pada Hanna.
Hanna segera kembali ke atas, ia masih melihat Dafa tertidur dengan memegang perutnya.
"Sayang, ini obatnya diminum dulu, ya."
Setelah beberapa menit meminum obat, perut Dafa masih terasa sakit, Hanna semakin panik. Ia tak tahu kenapa tiba-tiba Dafa seperti itu.
"Aku hubungi Mas Bram saja," ucapnya dengan rasa panik yang semakin menghantuinya.
Bram yang sedang meeting di kantornya, ia menghentikan meetingnya sebentar saat melihat telepon masuk dari Hanna. Kemudian ia menerima teleponnya.
"hallo, Hanna ada apa?"
"Mas, tolong Dafa. Dafa sakit,"
"Sakit apa? Kenapa?"
"Perutnya sakit, tolong Mas!"
Bram segera menyelesaikan meetingnya, ia pergi meninggalkan ruang meeting dengan terburu-buru.
"Tolong handle pekerjaanku, aku ada penting sebentar!" ucapnya pada asisten.
Bram mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia juga ikut panik setelah mendengar bahwa Dafa sakit.
Setengah jam perjalanan akhirnya Bram telah sampai, ia langsung masuk ke dalam menuju kamar Dafa. Ia melihat Dafa yang sedang menangis dan ditemani Hanna.
"Kenapa kau diam saja! kenapa gak langsung dibawa ke rumah sakit?" ucapnya dengan tegas.
"Maaf, Mas. Aku menunggu persetujuanmu." Bram langsung menggendong Dafa menuju mobilnya, begitu juga dengan Hanna ia ikut bersamanya.
"Kenapa Dafa bisa seperti ini?"
"Aku tidak tahu, Mas?"
"Kau sudah membelikan dia es krim?"
"Iya, Mas." Bram langsung memukul setirnya lantaran ia kesal.
"Kenapa kau membelikannya, dia tak boleh makan sembarangan,"
"Dafa yang menginginkannya, Mas. Aku tak tega melihat dia merengek menginginkan es krim,"
Mereka telah sampai di rumah sakit, Dafa langsung di bawa oleh perawat dan segera diperiksa.
"Kalau anakku kenapa-kenapa, aku tak akan memaafkanmu, Hanna." ucap Bram dengan nada penekanan. Seketika air mata Hanna menetes, ia takut terjadi sesuatu pada Dafa. Ia sangat menyesal telah menuruti keinginan Dafa.
Dokter telah selesai memeriksanya, Bram langsung mendekati dokter untuk bertanya tentang keadaannya.
"Bagaimana dok? Apa anak saya tidak apa-apa,"
"Tidak apa-apa, dia hanya sembelit karena mungkin dia makan makanan yang tak pernah ia makan," Hanna langsung memegang dadanya setelah dokter menjelaskan. Lalu mereka berdua pun masuk ke ruang rawat Dafa.
Bram dan Hanna melihat Dafa yang sedang tidur dengan wajah pucatnya. Hanna merasa menyesal telah membuat Dafa sakit, ia merasa bodoh dalam mengurus anak kecil.
"Sayang, maafkan ayah kerena lalai dalam menjagamu," ucapnya, tiba-tiba air mata Hanna kembali menetes.
"Mas, maafkan aku atas kesalahanku. Aku tak tahu apa yang tidak boleh di makan oleh Dafa,"
Bram menatap Hanna dengan serius. "Lain kali jangan berikan dia es krim, dia tak cocok dengan makanan pinggir jalan. Dia bukan orang sepertimu, ingat itu!"
Tiba-tiba hati Hanna sakit mendengar ucapan Bram yang menusuk.
"Maaf, Mas. Lain kali aku tidak akan melakukannya lagi,"
"Ya, kau jangan samakan kehidupan anakku denganmu!" Bram kesal karena Hanna melakukan kesalahan yang fatal, untung saja Dafa tidak kenapa-kenapa. Sehingga Bram mengatakan kekesalannya pada Hanna dan membuat hati Hanna sakit.
"Maaf, Mas. Mungkin aku tak cocok jadi pengasuh Dafa. Lebih baik Mas cari pengganti saja," ucapnya. Bram langsung menatap ke arah Hanna, ia tak bermaksud menyalahkan Hanna. Dirinya hanya sedikit kesal.
"Maaf bukan seperti itu, aku hanya mengingatkanmu saja. Kau tetap jadi pengasuh anakku." Bram tak mungkin membiarkan Hanna pergi, karena ia melihat Dafa yang sudah nyaman dengannya. Ini bukan pertama kali Dafa sakit, selama di jaga dengan bi Serly, Dafa juga sering sakit.
"Aku sudah membuat Dafa seperti ini, Mas. Kehidupanku berbeda dengannya. Aku dari keluarga sederhana yang sering beli makan di pinggir jalan, sedangkan Dafa anak yang dijaga dengan hati-hati." Bram langsung menghampiri Hanna, lalu ia menggenggam tangan Hanna.
"Maafkan aku jika ucapanku menyinggungmu, aku tak bermaksud begitu. Aku hanya kesal, maafkan aku. Kau tetap jadi pengasuh anakku, karena dia sudah nyaman denganmu," Hanna mengangguk mengerti dengan ucapan Bram.
"Aku minta maaf atas kesalahanku, Mas."
"Aku sudah memaafkanmu, Hanna."
Tak lama kemudian Dafa bangun dari tidurnya, ia melihat Bram dan juga Hanna ada di depannya.
"Ayah, jangan salahkan Tante. Tante cantik gak salah," celotehnya, Dafa memegang tangan Hanna. Ia takut jika Hanna jadi kemarahan ayahnya.
"Enggak sayang, Tante Hanna gak salah. Kamu jangan makan sembarang lagi ya," kata Bram, Dafa langsung menatap Hanna lalu tersenyum padanya.
"Terima kasih, ayah. Tante Hanna gak salah, aku yang nakal ayah,"
"Lain kali jangan nakal ya, harus kasihan pada ayah dan Tante,"
Dafa pun mengangguk dan tersenyum, lalu Hanna mengecup keningnya. Ia sangat menyayangi anak itu walaupun bukan anaknya sendiri.
Revan dan Sarah, sudah mempersiapkan pesta pernikahannya. Revan menginginkan pernikahan itu dibuat semewah mungkin. Bahkan ia menghabiskan dana milyaran untuk pesta pernikahan mereka.
Sarah sangat bahagia, karena dirinya merasa diratukan oleh Revan. Sarah masih ingat dengan pernikahan kakaknya dulu yang dibuat sederhana oleh Revan, Sarah merasa jadi wanita yang di spesialkan oleh calon suaminya.
Sedangkan Revan sengaja pesta pernikahannya dibuat semewah mungkin untuk membuktikan pada Hanna bahwa dirinya bisa bahagia tanpa Hanna. Ia sama sekali tidak berniat untuk membahagiakan Sarah.
"Mas, aku tak menyangka kau sangat meratukan aku seperti ini. Terima kasih ya Mas. Aku mencintaimu," ujar Sarah, lalu ia memeluk Revan.
"Hem," Revan menjawabnya dengan berdehem, bahkan ia tak membalas pelukan Sarah.
...----------------...