Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10: Handphone?
"Kelihatannya tidak ada apa-apa di sini. Aku rasa usaha kita datang jauh-jauh ke sini hanya sia-sia." Mei Lin sudah menyerah dan putus asa. Tidak ada apapun ditempat itu kecuali bambu.
Melihat Mei Lin yang telah putus asa, Rong Sheng berusaha untuk menghiburnya. Memberikan kata-kata positif agar Mei Lin kembali bersemangat.
"Kita sudah jauh-jauh datang ke sini, jadi sebaiknya kita mencari sesuatu di sini. Aku yakin, pasti ada petunjuk. Tidak mungkin tidak ada petunjuk di sini. Tidak mungkin kau langsung tiba di tempat ini tanpa proses. Pasti ada sesuatu!" Rong Sheng optimis, berpikir positif, membuat Mei Lin kembali bersemangat dan berusaha untuk mencari sesuatu di dekat tempat itu.
"Satu hal yang harus kau tahu... kita hanya bisa mencari di bagian sini saja. Kita bisa mencari ke bagian depan sana, karena di sana adalah wilayah musuh. Jika sampai melewati wilayah musuh, itu akan sangat berbahaya bagi kita. Jadi, ingatlah! Ingat batasan kita." Rong Sheng memberikan peringatan kepada Mei Lin.
Mei Lin mengangguk. "Baiklah. Aku tidak akan melewati batas. Aku akan ingat itu." Mei Lin sedikit tegang setelah mendengar peringatan dari Rong Sheng. Dia mulai berhati-hati, melihat ke arah batasan yang membatasi Dinasti Xianhua dan Dinasti Jinxi.
Mei Lin memulai pencariannya. Mulai melihat bentuk-bentuk bambu di tempat itu, mencari kemungkinan jika mungkin ada sebuah portal di sana—seperti di film-flim yang selama ini ia tonton. Tetapi, kenyataan berkata lain. Tidak ada portal di sana. Hanya apa pohon bambu!
Tepat disaat Mei Lin sudah benar-benar menyerah dan kelelahan, matanya tiba-tiba diserang oleh pantulan cahaya. Mei Lin melihat, tepat didekat perbatasan antara Dinasti Xianhua dan Dinasti Jinxi, sesuatu yang tampak familiar di mata Mei Lin.
"Itu...." Mei Lin berjalan mendekati garis perbatasan, memperjelas benda yang dilihatnya dari kejauhan.
"Mei Lin!" teriak Rong Sheng. "Kau menemukan sesuatu? Jangan ke sana!" Rong Sheng berlari mengejar Mei Lin yang sedang berdiri diambang perbatasan dua negara.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sudah kubilang, jangan mendekati garis perbatasan ini!" Rong Sheng tampak khawatir.
Mei Lin tak mendengarkan. Ia langsung berjongkok dan kemudian menyapu tumpukan daun-daun kering, memastikan benda yang ia lihat adalah sesuatu yang ada dalam pikirannya.
Dengan hati dan pikiran yang bertanya-tanya, Mei Lin mengambil benda itu... sebuah benda yang sangat familiar baginya. Itu sebuah handphone!
"Bagaimana bisa handphone ini ada di sini...?" Handphone itu adalah handphone keluaran tahun 2020. Mei Lin sangat mengenali merk handphone itu. Tetapi yang jadi pertanyaan saat ini adalah... bagaimana mungkin handphone itu ada di zaman ini?!
"Benda apa itu?" tanya Rong Sheng.
Mei Lin mengambil handphone itu. Handphone yang jelas-jelas bukan miliknya. Handphone itu terlihat berkarat, menujukkan jika handphone itu sudah terlantar di tempat itu cukup lama.
"Ini handphone," jawab Mei Lin dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
"Handphone? Apa itu?" Rong Sheng tampak bingung. Tak mengerti dengan kata-kata Mei Lin.
"Benda ini seharusnya tidak ada di sini. Harusnya tidak ada. Dan yang lebih penting lagi... benda ini bukan milikku." Tatapan Mei Lin tampak kosong. Satu hal yang kini membayangi pikirannya adalah... mungkin saja, mungkin... sebelum dirinya, ada orang lain yang pernah datang juga ke zaman ini!
"Apa benda itu berasal dari tempatmu?" tanya Rong Sheng.
Mei Lin mengangguk. "Handphone ini jelas bukan milikku. Dan handphone ini juga sudah sangat berkarat, menandakan jika handphone ini sudah ada di sini bertahun-tahun yang lalu. Dan itu artinya, sudah pernah ada orang lain yang datang ke sini sebelum aku." Kesimpulan itulah yang dapat Mei Lin simpulkan pada saat ini.
"Jadi maksudmu, sudah ada tabib lain yang datang ke sini? Tabib lain selain dirimu? Pernah datang ke sini? Benarkah seperti itu?" Rong Sheng menanyakan banyak pertanyaan kepada Mei Lin.
"Kurasa memang seperti itu. Tapi, aku tidak tahu pasti siapa dia. Aku tidak tahu apakah dia masih ada di sini atau sudah kembali." Mei Lin menggenggam erat handphone itu. "Jika dia masih ada di sini, mungkin kami bisa saling membantu. Jadi, sekarang... aku harus mencari siapa pemilik handphone ini!" Mei Lin bertekad.
"Mencarinya? Bagaimana bisa kau mencari seseorang yang bahkan kau sendiri tidak tahu wujudnya seperti apa. Kau hanya punya benda kotak ini. Itu tidak akan membantu sama sekali. Mencari pemiliknya, sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami!" Rong Sheng mengatakan fakta yang tak bisa dibantah oleh Mei Lin.
"Memang sulit... tapi, aku yakin aku bisa. Aku hanya tinggal mencari seseorang yang aneh, seperti diriku!" Untuk pertama kalinya Mei Lin tidak merasa sakit hati ketika dirinya sendiri ia bilang aneh.
"Seseorang yang aneh?" Rong Sheng menggaruk kepalanya walaupun tidak merasa gatal.
"Iya! Seseorang ya---...." Belum sempat selesai berbicara, tiba-tiba Rong Sheng menarik dirinya kepelukan Rong Sheng. Bukan tanpa alasan. Hal itu ia lakukan untuk menghindarkan Mei Lin dari anak panah yang ditujukan untuknya.
Mei Lin merasa jantungnya berdebar kencang, tangannya gemetar, seluruh tubuhnya pun juga terasa gemetar. Ini adalah pengalaman pertama Mei Lin diserang dengan anak panah.
"Apa-apaan itu barusan?" Mei Lin takut, tak berani melepaskan pelukan Rong Sheng.
Rong Sheng membawa Mei Lin menjauh dari garis perbatasan itu. Kemudian melepaskan pelukannya, berusaha menenangkan Mei Lin yang tampaknya sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"Itu sinyal peringatan dari Dinasti Jinxi. Mereka tidak suka kita berada dekat dengan garis perbatasan. Itu hal yang biasa. Karena itulah aku melarangmu untuk dekat-dekat dengan garis perbatasan itu. Itu bisa sangat berbahaya!" kata Rong Sheng.
"Benarkah? Kalau begitu, maafkan aku. Aku sudah membuat kita berdua dalam bahaya." Mei Lin masih terlihat sangat kaget dan takut.
"Sudahlah. Itu tidak masalah lagi sekarang. Lebih baik, kita kembali ke istana. Para prajurit Dinasti Jinxi mungkin akan segera ke sini untuk memeriksa. Hal itu akan jauh lebih merepotkan lagi. Kita harus segera pergi. Ayo!" Rong Sheng naik ke kuda, kemudian tangannya membantu Mei Lin naik ke atas kuda yang sama.
Rong Sheng dan Mei Lin langsung pergi, menjauh dari garis perbatasan itu. Dan tepat setelah mereka pergi, beberapa prajurit dari Dinasti Jinxi datang, melihat kepergian Rong Sheng dan Mei Lin.
"Bukankah itu Pangeran Rong Sheng?" Salah seorang prajurit bertanya kepada prajurit lain.
"Kurasa seperti itu. Tapi, siapa wanita yang bersama dengannya? Jelas sekali itu bukan Putri Rui Xi."
"Haruskah kita melaporkan hal ini kepada Kaisar Longwei? Kurasa dia harus tahu tentang ini," kata salah seorang prajurit, dibalas anggukan tanda setuju dari temannya.
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu