Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.
Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.
Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.
Victoria masuk dalam obsesi Julius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. AYAH, JULIUS, DAN KEKACAUAN BARU
"Menjauh dari putriku."
Suara itu bukan hanya terdengar, tapi menghantam seluruh ruangan seperti palu godam. Menggema hingga membuat seorang Julius sekali pun terdiam menelan ludah.
Victoria terhenyak kaku. Dadanya langsung naik-turun cepat, matanya melebar melihat sosok yang paling tak disangkanya muncul di ambang pintu, berdiri dengan aura marah yang begitu kuat sampai udara rasanya menegang.
"Dad?" ucap Victoria pelan, nyaris tak percaya.
Julius yang tadinya masih setengah menunduk di samping ranjang Victoria langsung menatap pintu dan wajahnya berubah drastis, kombinasi antara kaget, takut, dan ... mencari perlindungan?
Pria itu bahkan menoleh pada Victoria sambil memegang lengan gadis itu dan berbisik lirih seperti anak kecil yang ketahuan mencuri kue:
"Baby, tolong aku," ucap Julius.
"Hah?" Victoria makin bingung. "Kau kenapa minta tolong padaku?"
Tapi ayah Victoria, Jonathan Thompson tidak memberi mereka kesempatan untuk bicara.
Dengan langkah selebar bahu dan tatapan segarang singa yang menemukan penyusup, tubuh yang tinggi besar bagai beruang, ia melangkah maju.
Selangkah.
Dua langkah.
Tiga langkah.
Sebelum Julius sempat mundur, tangan besar Jonathan langsung menangkap kerah kemeja Julius.
"Akh." Julius bahkan tidak sempat mengelak ketika tubuhnya ditarik kasar mendekati pria yang tingginya jauh lebih besar darinya.
"Apa aku tidak jelas waktu kubilang tadi?" Jonathan mendesis dekat wajah Julius. "Aku bilang MENJAUH. DARI. PUTRIKU!"
"Dad?!" Victoria langsung berusaha bangkit, tetapi tubuhnya yang penuh perban membuatnya meringis.
"Mr. Jonathan ... tunggu dulu," Julius mengangkat kedua tangan, mencoba tampak damai. "Kita bisa bicara baik-baik-"
"Bicarakan kepalamu!" Jonathan menarik kerah itu makin tinggi hingga ujung kaki Julius hampir terangkat. "Kau pikir aku tidak tahu apa saja yang terjadi?! Putriku hampir mati! Dan semua jejak kekacauan selalu mengarah ke LEMINGTON! Kau bahkan sejak dulu selalu berurusan dengan hal berbahaya!"
"Itu bukan salahku!" Julius membalas frustasi. "Aku bahkan-"
"Jangan berani membantahku!" suara Jonathan meninggi, cengkeramannya semakin kuat.
"Dad?!" Victoria hampir turun dari ranjang tapi langsung mengerang ketika kakinya menolak bergerak. "Berhenti! Tolong dengarkan aku dulu!"
Namun Jonathan sama sekali tidak mengindahkan. Darah panasnya menguasai wajah, matanya seolah menyala.
"Kau!" Jonathan menekan Julius pada dinding rumah sakit. "Kau membawa Victoria ke lingkaran Lemington saat konflik keluarga kalian sedang kacau balau! Kau seret dia ke tengah pertarungan! Kau biarkan pria gila itu ... si brengsek Sean menyentuh dan melukai putriku lagi!"
Napas Victoria tercekat. "Dad, itu bukan salah Julius!"
"Tapi lihat dia!" Jonathan menunjuk tubuh Victoria tanpa melepaskan Julius. "Kepalanya diperban! Tangannya diperban! Kakinya diperban! WAJAHNYA MEMAR! Anak siapa ini menurutmu?! PUTRIKU?!"
"Astaga, Dad," Victoria memprotes, hampir menangis karena emosi tidak didengarkan sejak tadi oleh sang ayah. "Kalau Dad mau marah, marahi aku! Aku yang memutuskan rencana itu! Julius tidak memaksa apa pun!"
Julius berkali-kali mencoba bicara, "Mr. Jonathan, tolong-"
Tapi Jonathan tidak peduli.
"Kalau saja terjadi sesuatu pada Victoria ... kalau saja ..." Jonathan menggigit bibir bawahnya sampai rahangnya tampak keras sekali. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Julius Lemington."
Victoria tahu ayahnya benar-benar marah.
Marah yang bukan sekadar meledak, tapi marah penuh rasa takut.
Dan Jonathan tidak pernah bisa mengontrol mulutnya ketika putrinya terluka.
Julius akhirnya membalas, suaranya berat tapi berusaha tenang. "Percayalah, Sir ... aku tidak akan biarkan apa pun menyakiti Victoria. Aku ada di sana untuk melindunginya."
"Lindungi?!" Jonathan mendengus keras. "Kalau itu namanya melindungi, bagaimana kalau kau berhenti melindungi? Anak perempuanku bisa tinggal nama!"
Victoria menutup wajah. Ini kacau.
"DAD?!" teriak Victoria akhirnya.
Jonathan dan Julius sama-sama menoleh.
Dalam sepersekian detik, Victoria menggigit bibir dan tiba-tiba mengangkat tangannya menuju perut, memelintir wajah, dan ....
"Aakh ...," Victoria merintih seperti kesakitan parah. "Akhk ... Dad ...."
Jonathan panik seketika.
"Vivi! Vivi?! Apa yang sakit?!" Jonathan dengan refleks langsung melepaskan Julius sampai pria itu nyaris terjatuh. "Sweetheart! Di mana? Jantungmu? Lukamu? Kakimu? Kau pusing? Kau mau pingsan?! Oh Tuhan-"
Julius berdiri sambil mengibaskan kerah bajunya yang kusut. "Me. Jonathan, saya rasa Victoria hanya-"
"JULIUS! PANGGILKAN DOKTER!" Jonathan hampir berteriak.
"Tapi-"
"SEKARANG!"
Julius mengangkat tangan. "Oke! Ya! Saya pergi!" Julius langsung kabur keluar ruangan.
Victoria menahan tawa kecil, tapi cepat-cepat menyembunyikannya ketika Jonathan kembali menatapnya cemas.
"Sweetheart, bilang pada Daddy. Di mana yang sakit?" tanya Jonathan khawatir.
Victoria menghela napas panjang. "Dad ...."
"Ya? Ya? Apa yang Ayah bisa lakukan? Mau minum? Mau panggil dokter spesialis? Mau dipindah ke rumah sakit lebih besar? Mau Ayah panggilkan helikopter dan—-"
"Dad?!"
Jonathan terdiam.
Victoria menatap ayahnya sambil menghela napas. "Aku hanya mau tanya ... kenapa Ayah marah sekali pada Julius?"
Jonathan berdiri tegak. Bahunya naik turun menahan emosi.
"Karena dia tidak cocok untukmu. Kau berhak mendapat seseorang yang kehidupan keluarganya tidak sekacau miliknya. Kau berhak mendapat pria yang tidak berbahaya," jabar Jonathan.
Victoria mengerjap, menatap ayahnya dengan tidak percaya. "Dad ... apa Ayah baru saja menghakimi seseorang berdasarkan nama keluarganya?"
Jonathan mendengus. "Aku realistis. Kau lihat sendiri apa yang terjadi pada Lemington tahun ini! Konflik internal! Perdagangan manusia! Penangkapan pemimpin keluarga! Korban! Mayat! Polisi! Media!"
Jonathan menunjuk Julius, yang sayangnya sudah pergi. "Termasuk cucu Gerald sekalipun ... tidak ada yang aman untukmu."
Victoria menatap ayahnya lama. Lalu ia tertawa kecil.
"Kenapa kau tertawa?" Jonathan mengerutkan kening.
"Karena Dad tetap Dad," Victoria mengusap matanya. "Overprotective dari dulu sampai sekarang. Ayah selalu seperti ini ke aku dan Violetta."
Jonathan mengangkat dagunya. "Ya memang, apa salahnya jadi ayah yang perhatian? Kalian berdua dan Aiden adalah harta karunku."
"Sampai Ibu bercerai dari Ayah?" ujar Victoria.
Jonathan langsung batuk tiga kali berturut-turut. "Ahem ....itu bukan salahku."
"Itu jelas salah Dad," kata Victoria.
"Tidak!" Jonathan membantah cepat. "Itu ... salah situasi."
Victoria menahan tawa sampai pundaknya naik turun.
Setelah tawanya mereda, ia memberanikan diri bertanya, "Dad masih mencintai Mom?"
"Tentu saja. Tidak akan pernah berubah," jawab Jonathan langsung. Tanpa ragu. Tanpa jeda.
Victoria mematung. "Cepat sekali jawabnya."
"Lalu kenapa harus ragu?" Jonathan mengangkat alis. "Ayahmu ini mencintai ibumu sejak pertama kali bertemu. Dan sampai sekarang belum berhenti."
Victoria tersenyum lembut. "Kalau begitu ... rujuk saja, Dad. Kumohon. Aku ingin kalian kembali seperti dulu. Kami sudah besar, tidak lagi lemah. Aku bahkan bisa membantumu menghajar mereka yang berani menggangu keluarga kita."
Jonathan memandangnya sejenak.
Matanya melembut. Tahu seperti apa putrinya ini sekarang. Benar-benar menjadi mirip dengan Jonathan.
"Oke, Daddy setuju," ujar Jonathan.
Victoria memekik pelan bahagia, "Benarkah?!'
"Tapi-"
"Tapi apa?" tuntut Victoria.
"Kalau aku rujuk dengan ibumu," Jonathan melipat tangan. "Kau tidak boleh dekat lagi dengan Julius."
Victoria akhirnya memukul lengan ayahnya. "Dad!"
"Aduh!" Jonathan menggosok lengannya. "Kenapa kau memukul ayahmu sendiri?"
"Karena Dad menyebalkan!" Victoria memandang ayahnya kesal. "Julius itu baik! Dia menolongku berkali-kali!"
"Tuh, 'kan!" Jonathan langsung menunjuknya dramatis. "Dia sudah mencuci otakmu!"
Victoria memutar mata. "Ayah ini ketua mafia kota, tapi kenapa kelakuannya seperti anak lima tahun?"
"Aku hanya menjaga putri Ayah," gumam Jonathan sambil mendongakkan kepala.
Victoria tidak bisa menahan senyum. Lucu. Konyol. Hangat. Ayahnya selalu seperti itu.
Tapi kemudian Jonathan menatap Victoria dengan cara berbeda, lebih serius, lebih berat.
"Sweetheart, aku ada sesuatu yang belum aku beri tahu," ucap Jonathan berubah lebih serius.
Victoria mengerutkan kening. "Apa?"
Jonathan menghela napas dalam ... sangat dalam, sampai dadanya naik tinggi.
"Kau harus siap mendengar ini," ucap Jonathan.
Victoria meremas selimut. "Dad, jangan buat aku tegang. Katakan saja."
Jonathan menatap mata putrinya.
"Violetta sudah siuman." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Sejak seminggu yang lalu saat kau diculik oleh si brengsek itu."
Kabar itu seperti mimpi yang menjadi nyata untuk Victoria. Kabar yang ia tunggu sejak untuk di dengar.
happy ending 👏👍
terimakasih thor, sukses dgn karya-karyanya di novel 💪
S
E
H
A
T
SELALUUU YAAAA💪💪💪💪❤️☕️
Hanya kamu yang tau thoorrr...
q suka....q suka...q suka
tarik siiiiiiisssss💃💃💃💃
Violetta Henry
wkwkwk
bener² kejutan yang amat sangat besaaarr...
kusangka hanya PION dr SEAN...nyata oh ternyata...daebaaaakkkk👏👏👏👏👏👏👏
kebuuut sampai 400 episode thooorrr...
bagis banget alur cerita ini...☕️☕️☕️
lanjutin Thor semangat 💪 trimakasih salam 🙏
eh, ngomong² gmn tuh dgn Sean skrg
Sean dah dipenjara, semoga aja gak bikin ulah lagi, tapi kayaknya gak bisa diem deh Sean