CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. KONTRAK PERNIKAHAN
"Wah,,, Nona sangat cantik," Harni memuji Anggun ketika Anggun selesai berganti pakaian dan kini mengenakan setelan kantoran yang modern dan profesional.
"Hm,, terima kasih," ucap Anggun mengambil tas yang berisi proposal untuk dibawa bertemu dengan Alvin.
"Aku mendoakan urusan Nona hari ini berjalan dengan lancar, aku sudah tidak sabar melihat kehancuran dua perempuan itu," kata Harni mendukung Anggun.
"Jangan khawatir, aku tidak akan mengecewakanmu," ucap Anggun sambil mengedipkan sebelah matanya pada Harni lalu melangkah keluar dari villa.
Harni mengikuti Anggun, "Nona akan menyetir sendiri?" Tanya Harni.
"Ya," jawab Anggun dengan santai membuka pintu mobil dan kemudian menyalakan mesin lalu melaju meninggalkan villa.
Harni diam, bingung di tempatnya, "sejak kapan Nona belajar menyetir?" Ucap Harni merasa aneh.
Sementara Anggun yang menyetir, dia yang berada dalam mobil tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari hotel.
"Kenapa pihak hotel menghubungiku?" Anggun merasa bingung sebab setahunya Agatha dan putrinya telah memerintahkan pihak hotel untuk memutus hubungan dengannya dan sekarang dia hanya bisa menghubungi seorang paman yang merupakan orang kepercayaan ibunya di hotel, tapi tidak mungkin Paman itu menggunakan telepon hotel menghubunginya.
Meski bingung, Anggun tetap mengangkat panggilan telepon, "halo," kata Anggun.
"Ini aku asisten Nyonya Agatha Baraya, Nyonya memintamu untuk lewat di hotel terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Tuan Alvin, Nyonya telah menyiapkan proposal untuk kau bawa. Ini berjaga-jaga supaya kau tidak mempermalukan hotel dan menghancurkan kerjasamanya," kata pria dari seberang telepon membuat Anggun menahan tawanya.
Sungguh murah hati sekali Agatha mau membuatkan proposal untuknya?
"Baiklah, aku akan lewat," ucap Anggun kemudian menutup panggilan telepon itu lalu melajukan mobil menuju hotel.
Setelah tiba di hotel, Anggun telah disambut oleh seorang manajer hotel yang kemudian menyerahkan sebuah proposal pada Anggun.
"Nyonya berpesan agar anda melakukannya dengan baik karena kerjasama ini sangat penting untuk masa depan hotel," kata Sang manager menyampaikan pesan dari Agatha.
"Jangan khawatir," ucap Anggun mengambil proposal itu lalu memasuki mobilnya.
Anggun kemudian menyetir meninggalkan hotel disaksikan oleh Agatha dan Berlin yang berada di lobby hotel memperhatikan keadaan di luar.
"Sejak kapan perempuan itu bisa membawa mobil?" Berlin merasa begitu heran pada Anggun yang selama ini terkurung tiba-tiba saja bisa mengendarai mobil.
Agatha tidak berkata apapun, tetapi dia juga merasakan hal aneh pada Anggun yang entah bagaimana perempuan itu tiba-tiba ahli dalam segala hal.
Melihat ibunya tidak merespon, Berlin kemudian berkata, "ibu, kalau sampai Anggun membuat marah Alvin, apakah kita akan baik-baik saja? Aku mendengar keluarga dari orang yang membuat masalah dengan Alvin selalu saja mendapat musibah. Bagaimana kalau Alvin murka pada Anggun dan kemudian membalasnya pada kita, apalagi pada bisnis keluarga Baraya, bisa-bisa nanti kita jatuh miskin," kata Berlin yang cemas memikirkan nasibnya jika Anggun sampai menyinggung Alvin.
"Jangan pikirkan itu, kita hanya perlu dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak berhubungan dengannya," ucap Agatha lalu berbalik meninggalkan lobby hotel untuk melanjutkan pekerjaannya di hotel.
Sementara Anggun yang menyetir mobil, dia pergi menuju kediaman keluarga Johar yang terletak di perumahan elit.
Begitu memasuki gerbang, mata Anggun menyapu seluruh tempat di rumah tersebut dan mendapati taman-taman yang terawat dengan sangat baik serta tanaman-tanaman dengan harga selangit bertengger di sana.
Jelas-jelas segala sesuatu yang menyambutnya ini sudah menandakan bagaimana kekayaan keluarga Johar.
"Tidak menyangka akan mengadakan pertemuan bisnis di kediaman keluarga Johar," ucap Anggun sembari terus menyetir, dia masih tidak mengerti mengapa dirinya bisa begitu mudah datang kediaman keluarga Johar yang sebelumnya sangat sulit untuk dimasuki oleh orang luar.
"Berlin pasti akan mengamuk besar jika dia mengetahui ini," ucap Anggun dalam hati sambil terus menyetir hingga akhirnya dia memarkirkan mobilnya.
Anggun mengambil proposal yang dibuat oleh Agatha dan melihat isinya sangat amburadul.
"Heh,, mereka pikir aku bodoh apa," ucap Anggun melempar proposal itu ke belakang dan mengambil proposal yang ia buat sendiri.
Anggun lalu turun dari mobil dan diantar oleh seorang petugas menuju lantai 3 kediaman tersebut.
Di lantai 3 ada sebuah rumah kaca yang sepenuhnya dihiasi oleh tanaman anggrek, di tengah-tengah rumah kaca tersebut diletakkan meja bergaya Eropa.
"Silakan menunggu di sini," ucap sang petugas yang mengantar Anggun sebelum berlalu pergi.
Anggun kemudian duduk, dia memperhatikan sekitarnya dan melihat koleksi anggrek yang ada di sana sepertinya ada ratusan jenis.
Anggrek anggrek yang langka dan mahal itu beberapa telah berbunga hingga menebar aroma yang menenangkan di rumah kaca itu.
Anggun menikmati semuanya, sebab di kehidupan sebelumnya dia memang suka mengoleksi tanaman-tanaman yang bernilai tinggi.
Tap tap tap...
Suara langkah kaki dari belakang membuat Anggun kemudian berdiri dan mendapati seorang pria tampan memakai kaos putih dan celana pendek berjalan menghampirinya.
Pria itu sama sekali tidak terlihat akan membahas sebuah kerjasama secara profesional.
"Selamat datang di rumahku, duduklah," ucap Alvin dengan suara maskulin yang khas.
"Sebelumnya, terima kasih telah mengizinkan saya untuk bertemu dengan anda," ucap Anggun dengan sopan seraya duduk kembali di kursinya.
Dua orang pelayan kemudian datang, menyajikan teh herbal untuk mereka membuat Anggun terkejut bahwa teh yang disajikan adalah teh yang sangat langka, sulit untuk didapatkan bahkan dengan koneksi yang kuat.
Teh ini disajikan hanya untuk membahas sebuah proposal kerjasama yang tentunya bagi Alvin tidaklah seberapa? Sungguh niat atau ada alasan lainnya?
"Nikmatilah," ucap Alvin dengan santai dijawab anggukan pelan Anggun lalu mencicipi minuman yang telah disajikan di hadapannya.
Keduanya pun menikmati minuman mereka sebelum akhirnya Anggun berkata, "saya akan menunjukkan proposal--"
"Tidak perlu, aku percaya padamu," ucap Alvin dengan santai membuat Anggun semakin bingung dengan tingkah pria di hadapannya.
Apa maksudnya?
"Ini,, saya akan meletakkannya di sini untuk Anda periksa jika ada waktu luang," ucap Anggun dengan hati-hati kemudian meletakkan proposalnya di atas meja.
Alvin melirik proposal itu, dia tahu bahwa perempuan di hadapannya ini benar-benar datang hanya untuk kerjasama yang hendak mereka jalani, sama sekali tidak ada maksud lain dalam hati Anggun.
Padahal jika kesempatan ini milik perempuan lain, maka perempuan itu pasti akan menggunakannya untuk merayunya, dan berusaha masuk ke keluarga mereka dengan berbagai cara.
Dengan pemikiran itu, Alvin semakin tertarik pada perempuan di hadapannya hingga akhirnya dia mengambil proposal di atas meja dan membacanya.
Tentu saja setelah sebelumnya dia menyelidiki latar belakang Anggun, dia tahu bahwa proposalnya tidak akan sebaik itu, tetapi ketika dia melihat isi proposal tersebut dengan betapa rapi dan epic-nya proposal itu.
Bahkan ide yang dituangkan di dalamnya pun membuat Alvin mau tak mau terpukau dan akhirnya tenggelam membaca proposal itu dengan seksama.
Anggun tersenyum melihat pria di hadapannya benar-benar menikmati proposal buatannya, 'tidak ada yang akan menolaknya, itu adalah proposal buatan seorang CEO yang telah berpengalaman selama puluhan tahun,' ucap Anggun dalam hati, merasa bangga pada dirinya sendiri.
Beberapa saat setelah keheningan, Alvin akhirnya meletakkan kembali proposal di tangannya dengan wajah yang puas.
"Tidak ada yang perlu diragukan, proposalnya luar biasa. Kalau begitu kita sepakat untuk bekerja sama," ucap Alvin membuat Anggun tersenyum dan segera berjabat tangan dengan pria di hadapannya.
"Kami pasti akan melakukan yang terbaik," kata Anggun.
"Baiklah, lalu kita akan makan siang bersama," ucap Alvin berdiri membuat Anggun bingung.
Kenapa pria yang sibuk ini membuang-buang waktunya hanya untuk meladeni seorang perwakilan dari hotel kecil?
Meski bingung, Anggun tidak bertanya lebih jauh dan hanya mengikuti pria itu masuk ke dalam rumah hingga akhirnya mereka tiba di meja makan yang membuat Anggun bingung bahwa meja makannya didesain romantis dengan lilin dan bunga di tengah meja itu.
"Bagaimana kabar ayahmu?" Tanya Alvin ketika mereka telah duduk dan para nelayan menyajikan makanan pembuka.
Anggun semakin bingung dengan pria dihadapannya yang bertanya tentang ayahnya, "ya, masih di rumah sakit," jawab Anggun seperti linglung.
"semoga lekas sembuh," kata Alvin.
"Terima kasih," jawab Anggun.
Keduanya pun makan bersama hingga selesai.
Anggun hendak berpamit untuk pulang ketika tiba-tiba saja Alvin memberi kode pada seorang pria yang tak jauh dari mereka.
Pria itu mengambil sebuah berkas di atas meja dan membawanya ke hadapan Alvin.
Alvin menatap sesaat dokumen tersebut sebelum akhirnya menyerahkan dokumen itu pada Anggun.
"Maaf, apa ini?" Anggun bertanya dengan bingung, karena setahunya tidak ada agenda lain yang hendak mereka lakukan selain tentang pembahasan proposal kerja sama hotel.
"Aku ingin kau mempertimbangkannya, keberadaan ayahmu akan kuselidiki jika kau setuju. Waktumu 1 minggu untuk berpikir," ucap Alvin.
Sebelah alis Anggun terangkat tinggi mendengar ucapan pria di hadapannya, terutama saat melihat Alvin terlihat begitu serius.
Dia tahu bahwa pria itu pasti telah menyelidiki latar belakangnya, termasuk tentang ketidaktahuannya tentang rumah sakit tempat ayahnya dirawat.
Tapi apa isi dokumen yang diberikan oleh pria itu?
Dengan bingung, Anggun tetap mengambil dokumen itu namun tidak membukanya dan segera berpamit untuk pulang.
Begitu memasuki mobil, Anggun meletakkan dokumen pemberian Alvin di samping kursi kemudi dan menatap dokumen itu selama beberapa saat.
Karena tidak tahan akan rasa penasarannya, Anggun kemudian membukanya dan begitu terkejut saat membaca judul surat pemberian Alvin.
KONTRAK PERNIKAHAN