Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpartner dengan kemoceng
Ada kali dua puluh menitan, Lintang berada di tangga lantai dua sambil dlosor. Dia kok nggak malu banget ya dilihatin orang dengan pandangan aneh begitu? Dia anteng aja sambil main game di ponselnya. Game cacing kremi yang bisa jadi gede kalau makan temennya itu lho.
Sesekali dia menoleh ke atas, banyak anak tangga yang harus dia naiki sebenarnya tapi dia ogah! Capek kok dicari! Dia emang punya niat cari kerja tapi ya nggak segetol itu kok. Misal nggak diterima pun, nggak apa-apa. Dia masih bisa menyalurkan kegabutannya dengan bikin patung anomali cap kaki tiga.
Dia membuka aplikasi chat miliknya dengan sang pacar. Lintang kirim chat ke sana karena tak kunjung menemukan sesuatu yang menarik di kantor milik temen bapaknya ini.
Bintang212 : Sayang, ai kangen.
Belum ada jawaban. Mungkin bener kata pacarnya tadi, jika yang bersangkutan lagi kerja, mau rapat katanya. Huuuft kok menyedihkan gini ya jadi Lintang. Punya pacar tapi cuma bisa chatan. Mau jalan bareng tapi cuma bisa berharap di angan-angan. Dia nggak jelek lho padahal, dia tuh cuakeeep! Bukan dari kaum mendang-mending, nggak berpotensi jadi pelakor, bukan tipe gadis menggatal juga, tapi nasib percintaannya kok tragis begini ya.
Zyan609 : Iya tau. Aku juga kangen kamu, yank.
Ketika ponselnya bergetar, menandakan ada notifikasi chat masuk di sana, Lintang langsung sumringah kembali.
Bintang212 : Ai nggak percaya! Kangen apa yang selama setahun nggak mau ketemuan?
Zyan609 : Kamu yang diajakin ketemu nggak pernah mau kok, aku sih hayu aja yank.
Lintang berpikir sebentar, kemudian membenarkan apa yang diketik sama pacarnya. Dia yang keukeuh belum mau bertemu dengan si pacar. Ada keraguan di hati anaknya pak Den Pangestu ini. Meski udah menjalani hubungan selama dua belas bulan, dia masih takut jika yang dipacari selama ini adalah garangan berbulu polkadot.
Bintang212 : Ai sibuk, sayang. Dan you juga kan sibuk kerja, buat masa depan kita, right?
Nggak dijawab. Gadis itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang dia bawa. Alih-alih membulatkan tekad untuk menaiki tangga kembali, Lintang justru memilih turun ke lantai satu saja. Dia melenggang bagai seorang model di lobi kantor itu. Memposisikan diri duduk dengan menyilangkan kaki di sofa yang memang tersedia di sana. Vibes nya bukan kayak orang yang lagi mau interview kerja, tapi malah kayak nona muda pemilik perusahaan tersebut.
Zyan609: Mau nunggu sampai kapan sih, yank? Aku lho nggak bakal gigit kamu kalo nanti kita ketemu.
Itu pesan dari sang pacar kala dia kembali membuka aplikasi chat nya.
"Apa ai ajak dia ketemuan aja ya? Ai harus bawa bodyguard buat jagain ai, siapa tahu my boyfriend itu seorang rafia! Ah iya.. Ai ajak bapak aja lah buat ketemuan sama my boyfriend. Ahaaa ide brilian! You emang smart, Lintang!"
Mafia oeee mafiaaa! Napa pula jadi rapia?!
Bintang212 : Oke my boyfriend. Kita ketemuan. Ai setuju, kapan you ada waktu? Ai siap pokoknya!
Di bagian ujung aplikasi nan jauh di sana, ada seorang lelaki yang matanya nyaris keluar saking terkejutnya karena pesan yang barusan dia baca. Dia sampai nggak konek dengan apa yang sekarang lagi dibahas di meja rapat. Dia tersenyum nggak jelas, bahkan nggak ragu menyugar rambutnya seperti orang salting sambil mengigit bibir.
"Baga, kamu mendengar penjelasan saya?"
Suara bariton, tegas, dan berwibawa itu seketika membanting kehaluan si lelaki, yang tadi cengar-cengir ceria jadi berdehem saking terkejutnya.
"Ya. Saya akan melakukan peninjauan di TKP bersama... Bersama Lintang? Lintang siapa, pa?" tanya lelaki itu membaca informasi di laptop sambil menaikkan satu alisnya.
Dia adalah Baga, lelaki berusia dua puluh dua tahun, dia mewarisi gen bapaknya, tampan, tinggi, kalem dan introvert. Tapi kadang sifat random dari emaknya juga muncul sewaktu-waktu, kayak tadi.
"Lintang, anak temen lama papa. Dia mau belajar tentang hukum di sini." Jelas bapak Abhi.
"Eh, belajar tentang hukum di sini? Di kantor sebesar ini? Mana bisa begitu, pa! Saya nggak mau kerja sama orang minim pengalaman. Saya-"
"Kamu juga amatir. Jangan banyak protes."
Secara otomatis Baga diem. Kicep dia diulti sama bapaknya kayak gitu di depan beberapa orang. Ruang rapat berubah jadi horor. Kalau bapak Abhi udah serius, semua yang di sana nggak bakal berani ngapa-ngapain. Bahkan buat garukin ketek yang panunya menebal pun nggak bisa mereka lakukan.
Bapak Abhi siapa sih? Kok vibesnya kayak klan Otsutsuki, trah ninja tertinggi di dunia Shinobi? Lha emang iya, bapak Abhi ini yang punya perusahaan pencakar langit, yang sekarang menaungi banyak lawyer terkenal. Kisahnya udah dibukuin di novel Emergency 31+, buat yang kepo boleh gas ke sana. Tapi, kali ini nggak bahas tentang bapak Abhi, noooh ada anak tunggalnya si Baga Zyan Abhista yang prengat-prengut. Bibirnya udah mirip kayak pantat ayam aja.
"Harusnya dia sudah sampai sini jam delapan tadi, tapi sampai sekarang kenapa belum datang juga?" Abhi baru saja bertanya pada siapapun di ruangan itu, tapi tak ada satupun yang menjawab dan berani bersuara.
"Mungkin perjalanan dari rumahnya sampai kantor ini memerlukan waktu seumur hidup." ceplos Baga sesukanya.
Tatapan sedingin salju Abhi layangkan pada anaknya, Baga justru membalas dengan tatapan mata elang yang dia punya. Orang lain di ruangan itu seakan ingin menghilang saja, perdebatan antara ayah dan anak ini nggak baik buat kesehatan jantung mereka.
Dengan gerakan jemari lincahnya, Abhi bisa mengetahui di mana keberadaan Lintang sekarang. Dia memeriksa seluruh cctv di kantornya dan menemukan sosok yang dia cari ada di lobi lantai dasar kantornya. Kemudian dia memutar laptop ke arah Baga yang duduk di sampingnya. Menunjukkan rekaman cctv yang memperlihatkan seorang gadis berambut kemoceng sedang duduk sambil main hp di sofa.
"Apa?" tanya Baga dengan kerutan di keningnya.
"Dia Lintang. Partner kerja mu, bawa dia ke sini dalam waktu sepuluh menit. Kita lanjutkan rapat setelah dia sampai sini agar saya tidak mengulang penjelasan berkali-kali." tegas Abhi tanpa menoleh sedikitpun.
"Lah, dia?? Kok dia sih, pa? Nggak ada spesies lain yang lebih aneh dari cewek itu ya?" Baga nggak terima punya partner kerja seaneh Lintang, secara visual Lintang ini nggak banget menurut Baga.
Mana ada cewek waras berpenampilan kayak Lintang pas mau berangkat kerja? Nggak ada! Makanya Baga langsung ilfeel pas pertama liat Lintang.
"Kamu bisa duduk di sini karena saya. Jadi saya yang menentukan semuanya."
Bapak Abhi melirik malas ke arah anaknya. Yang langsung masang muka dongkol pada bapaknya.
'Pak tua satu ini benar-benar bikin aku nggak punya harga diri di depan banyak orang, untung bapak sendiri, bapak orang lain tak suruh jalan sendiri ke panti jompo! Lagian kenapa juga aku harus kerja bareng sama anomali kayak cewek aneh itu sih? Ujian ini terlalu berat untuk ku, Ya Rabb..'
Baga tetap menjalankan perintah bapaknya meski dengan ngedumel dalam hati. Iya mau gimana lagi, ngomel di depan bapaknya juga bukan solusi yang baik. Bapaknya ini bukan seseorang yang mudah diintimidasi. Susah ngelawan suhu kalau dia aja masih secupu itu.
aku malah mikirnya dia kasih Paramex tadi🤦🏻♀️ taunya feminax😐
bisa kali Tang ungkap akun² anonim disini yg kurang kerjaan mampir² di trending org 😌