Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Pertemuan Pertama
Malam pun tiba....
Bagas dan Delon masuk ke sebuah bar tempat Moza perform. Bagas dan Delon kagum akan isi bar itu, begitu mewah dan terlihat mewah banget. Bar itu memang legal, maka dari itu Bagas tidak akan bisa mengganggu tempat hiburan itu.
Bahkan pada saat keduanya masuk, foto Moza sudah terpampang nyata di depan pintu itu. Moza bagaikan penglaris bagi bar milik Laras dan Rico.
"Kamu mau minum apa?" tanya Delon.
"Minuman biasa saja, gak usah pakai yang mengandung alkohol," sahut Bagas.
Akhirnya Delon pun memesan minuman soda dan cemilan juga. Mereka berdua memang tidak pernah minum minuman beralkohol. Bahkan masuk bar saja baru pertama kali malam itu dan alasannya karena Bagas penasaran dengan Moza.
Musik menggema membuat telinga budeg, tapi bagi yang sudah terbiasa mereka malah menikmati musik itu. "Moza....Moza....Moza...!"
Teriakan pengunjung menggema memanggil nama Moza. "Gila, Moza seterkenal itu sampai-sampai banyak yang menunggu penampilan Moza," bisik Delon.
Bagas tidak menjawab, dia hanya penasaran saja ingin melihat Moza secara langsung. Hingga tidak lama kemudian, lampu pun mati dan hanya menyorot ke arah pintu masuk. Pengunjung berteriak happy, sepertinya mereka sudah tahu jika itu adalah kedatangan Moza.
Semuanya mulai berdiri dan berkumpul di hadapan panggung. Bagas dan Delon ikut berdiri, mereka semakin penasaran. Hingga akhirnya Una dan beberapa bodyguard berbadan besar-besar datang diikuti seorang wanita cantik berpakaian seksi di belakangnya.
"Itu Moza," seru Delon.
Teriak pengunjung mulai ramai, Moza langsung naik ke atas panggung dan menyapa para pengunjung di sana. Lampu kembali dinyalakan, dan Bagas bisa melihat Moza semakin jelas lagi. Bagas sampai melongo melihat penampilan Moza yang sangat berubah drastis itu.
Moza langsung berdiri di belakang alat-alat DJ-nya. Musik mulai dinyalakan kembali dan Moza mulai nge-DJ dengan lihainya. Semua pengunjung mulai jingkrak-jingkrak, dan tatapan Moza tidak sengaja melihat ke arah Bagas dan Delon.
Moza membelalakkan matanya. "Bagas, Delon, ngapain dia ada di sini?" batin Moza kaget.
Untuk sesaat mata Moza dan Bagas bertemu, tapi sekelebat bayangan dulu muncul di benak Moza membuat Moza memalingkan wajahnya. Dia memutuskan untuk tidak memperdulikan Bagas walaupun tiba-tiba dadanya sesak karena ingat akan masa lalu dan perlakuan Bagas kepadanya. Moza kembali tersenyum dan joged mengikuti musik DJ yang dia mainkan.
"Anjir, Moza seksi banget pantas saja banyak yang datang ke sini," seru Delon.
Ada perasaan kesal dalam hati Bagas, kenapa Moza sampai menjadi seperti ini bahkan dengan santainya dia memamerkan keindahan tubuhnya ke para pria hidung belang yang ada di sana. Seorang pria kira-kira berusia 40 tahunan naik ke panggung, tapi dia tidak bisa dekat-dekat dengan Moza. Dia mengeluarkan segepok uang, lalu nyawer Moza dengan uang itu.
Bahkan setelah pria itu naik, satu persatu pria lainnya naik dan ikut nyawer juga membuat alat DJ dia penuh dengan uang. Moza semakin semangat, dia tidak memperdulikan kehadiran teman SMAnya dulu. Bagas kembali duduk dan meneguk minuman soda yang Delon pesan tadi.
"Kamu kenapa? kok kaya yang emosi?" tanya Delon.
"Gak ada apa-apa," ketus Bagas.
Bagas tidak pernah melepaskan pandangannya dari Moza, membuat Moza merasa risih ditatap seperti itu. "Gila, ngapain dia lihatin aku sampai segitunya?" batin Moza kesal.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, tidak terasa waktu sudah menunjukan tengah malam dan penampilan Moza pun selesai. Biasanya Moza akan tampil sampai pukul 02.00 dini hari tapi malam ini ada DJ lain yang akan perfom, sehingga Moza selesai lebih awal.
"Terima kasih untuk semuanya yang sudah datang, semoga rezekinya semakin mengalir. Aku pamit, besok kita lanjut lagi," ucap Moza.
Sementara itu beberapa orang membereskan uang saweran yang berserakan. Moza turun dari panggung didampingi Una dan juga para bodyguard. Entah kenapa Bagas mengejar Moza dan Delon pun ikut mengejar.
"Tunggu, Moza!" teriak Bagas.
Moza mendengar teriakan Bagas, tapi dia tidak memperdulikannya. Hingga Bagas pun berlari dan menghadang langkah Moza membuat Una dan bodyguard menahan Bagas. "Moza, bisa kita bicara sebentar?" seru Bagas.
Moza diam, tapi dia sama sekali tidak mau menatap Bagas. "Moza, kamu kenal sama orang ini?" tanya Una.
"Tidak, aku sama sekali tidak mengenal dia jadi tolong singkirkan orang itu karena aku capek ingin pulang," sahut Moza dingin.
"Singkirkan mereka!" titah Una.
Para bodyguard itu menahan tubuh Bagas dan Delon. "Moza, aku Delon dan Bagas masa kamu lupa sama kita? kita teman SMA kamu!" teriak Delon.
Moza tersenyum sinis, lalu dia masuk ke dalam mobil. "Teman? sejak kapan kalian teman aku? aku sama sekali tidak punya teman," batin Moza.
Una pun segera melajukan mobilnya meninggalkan bar itu. Bagas dan Delon mendorong para bodyguard. "Lepaskan!" seru Bagas.
"Jangan buat gaduh di bar ini, apalagi sampai mengganggu kenyamanan Moza," tegas salah satu bodyguard.
Setelah bicara seperti itu, para bodyguard pun kembali masuk ke dalam bar. Sedangkan Bagas dan Delon hanya bisa diam. "Kok, Moza bilang gak kenal sama kita? masa iya, dia lupa sama kita?" seru Delon.
"Sudahlah, kita pulang sudah larut malam," ucap Bagas.
Bagas mengantar Delon pulang terlebih dahulu karena tadi Delon tidak bawa mobil. Setelah itu, Bagas pun langsung pulang ke rumahnya. Selama dalam perjalanan, dia terbayang-bayang dengan wajah Moza tadi yang dingin dan tanpa ekspresi sama sekali.
"Apa Moza masih dendam sama aku atas kejadian di masa lalu?" gumam Bagas.
Sesampainya di rumah Laras, Moza langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ujung kasur. "Kenapa dia muncul lagi? ngapain dia datang ke bar?" gumam Moza.
Ada perasaan emosi dalam diri Moza, bayangan masa lalu membuat Moza menjadi emosi. Bagas adalah pria pertama yang membuatnya patah hati disusul oleh Papanya yang membuat hati Moza semakin hancur. "Kali ini aku tidak akan mengalah, sekarang aku bukan wanita lemah Bagas jadi kamu tidak akan semudah itu menyakiti aku lagi," gumam Moza dengan mengepalkan kedua tangannya.
Entah kenapa, walaupun kejadian itu sudah berlalu beberapa tahun ke belakang tapi hati Moza masih sakit dengan perlakuan Bagas terhadap dirinya. Hati Moza belum sepenuhnya sembuh, dia masih sakit hati tapi pada saat Moza ingin menyembuhkan hatinya secara penuh kenapa Bagas harus muncul lagi di hadapannya.
"Aku berharap, barusan adalah pertemuan terakhir aku dengan Bagas karena aku tidak mau bertemu lagi dengan dia meskipun itu cuma kebetulan," gumam Moza penuh amarah.
