Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYESAL
Besok ia akan checkout dari hotel dan menemani Gavin di rumah sakit.
Semua pakaian ganti milikku dan Gavin sudah dibawa oleh mbak Yuni berikut mainan mobil-mobilan dan robot yang menjadi favorit Gavin. Hanya permintaan Cake Tiramisu dan Muffin yang aku janjikan kepada Gavin tidak sempat dibeli tadi sore. Yah akhirnya hari semakin larut, Gavin sudah tertidur lelap dengan tangan terinfus. Aku baru selesai mandi dan berganti dengan piyama tidur berbahan satin. Selanjutnya Ghavi juga mandi dan saat keluar kamar mandi ia hanya memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan. Body Ghavi yang terlihat seksi di mataku membuat pikiran ini sempat melayang ke masa-masa kami masih bersama. Lengan yang kokoh itu hampir setiap malam selalu memelukku saat tidur. Akh ... rupanya otakku sedang gak baik-baik aja hari ini. Mungkin banyaknya masalah yang terjadi dihari ini membuat pikiranku sedang mencari hiburan sendiri. Sedangkan Ghavi saat melihat Catelyn memakai piyama tiba-tiba tersenyum. Bagaimana tidak ... Catelyn terlihat cantik dan seksi dengan piyama satin yang membungkus tubuhnya. Dan Ghavi bisa memastikan bahwa saat ini Catelyn tidak memakai bra dan celana dalam. Itu adalah kebiasaan Catelyn yang selama 5 tahun diketahui Ghavi. Bahkan seingat ku lebih sering Catelyn tidak memakai lembar kain apapun yang membalut tubuhnya dibanding memakai piyama atau lingerie saat berada berada dalam pelukanku ... batin Ghavi sambil mengingat seluruh lekuk tubuh Catelyn yang mempesona dibenaknya. Sejak berpisah dengan Catelyn ... 1 tahun setelahnya Ghavi menjadi laki-laki brengsek di muka bumi. Ia banyak bermain dengan wanita dan tak jarang ada yang diajak menjadi partner one night stand. Namun untuk cinta tidak pernah sekalipun Ghavi bermain hati. Cintanya sudah ia habiskan untuk Catelyn. Selama 5 tahun mereka merajut cinta ... Ghavi sangat setia dan memuja Catelyn. Namun semua berubah sejak Mama Renatta memporak-porandakan semuanya. Ghavi sudah membalas apa yang sudah dilakukan Mama Renatta kepada Catelyn bersih tanpa sisa. Bahkan Mama Renatta saat ini tidak banyak memiliki harta dan uang, karena semua sudah diambil alih secara permanen oleh kakek Atmadja dan Ghavi.
"Catie ... kenapa kamu harus menyembunyikan keberadaan Gavin dari aku ?" tanya Ghavi tiba-tiba dengan datar. Aku yang sibuk menata pakaian di lemari perlahan menghentikan kegiatan. Hal ini yang selalu aku takutkan. Pertanyaan yang terlontar dari mulut Ghavi tentang Gavin. "Aku tidak pernah menyembunyikan keberadaan Gavin dari kamu Vi. Lagian kita lost contact. Kamu juga gak cari aku. Jadi kupikir kamu juga sudah punya kehidupan sendiri dan bahagia" ucapku sedikit berbohong kepada Ghavi. Entah bagaimana perasaanku malam ini antara takut, marah, geram, sedih, terluka ... Akh entahlah gak tau lagi aku. Selama ini aku telah berjuang mati-matian untuk menyembunyikan diriku sendiri dan Gavin. Hampir 2 tahun aku tidak pernah bermain media sosial dan mengekspose kehidupan pribadi. Semua media sosial, no telepon dan email sudah ku ganti yang baru. Baru 1 tahun terakhir ini aku mulai aktif di media sosial tapi lebih banyak memposting tentang kesibukan dengan merancang gaun, fashion show dan aktifitas traveling ke berbagai negara. Tapi tanpa sekalipun memposting wajah baik wajahku maupun Gavin.
"Berapa tahun usia Gavin sekarang ?" kalimat singkat dan penuh gejolak emosi keluar dari mulut Ghavi. "Sekarang Gavin usianya sudah 2 tahun 2 bulan. Dan dia juga sudah sekolah di preschool" ucap ku sesingkat yang bisa ku sampaikan. Ghavi masih terdiam dan membaringkan tubuhnya di sofa dengan mata menerawang. "Sudah 3 tahun ini aku seperti orang gila mencari keberadaan mu. Semua rekan kerjamu di Paris dan Milan aku temui. Bahkan rumah lamamu juga sudah aku datangi. Bahkan di media sosial mu pun aku lihat sudah tidak aktif lagi. Aku benar-benar kehilangan kamu Catie. Kamu bilang aku bahagia dengan hidupku ? Kamu yakin mempertanyakan hal itu ?" tanya Ghavi tiba-tiba duduk dan menatapku. "Kenapa aku gak yakin dengan mempertanyakan hal itu Vi ? Kamu sadar kan yang membuat aku pergi apa. Bersyukur waktu pertama kali aku ketemu kamu ... aku masih bisa menahan amarahku dan berbicara sopan ke kamu. Mau kita bahas sekarang ?" ujarku penuh emosi dan menantang Ghavi. Oh shit ... Ghavi mengacak rambutnya dan sambil menahan amarahnya ia langsung berdiri menuju ke balkon kamar. Ia marah dengan dirinya sendiri ... marah dengan mama Renatta yang telah memporak-porandakan hubungannya ... marah dengan keadaan yang saat itu tidak mendukungnya ... marah dengan tokoh-tokoh pemeran pembantu yang tampil disaat hidupnya galau dan kacau. Ghavi menangis sesenggukan ... mengeluarkan semua beban yang ia simpan selama ini. Dan sekarang ia baru mengetahui bahwa saat ini dirinya ternyata telah memiliki putra yang sehat dan tampan dari wanita yang sangat dicintainya. Perasaannya berkecamuk antara bahagia dan merasa tidak pantas disebut dengan panggilan Daddy. Karena kesalahannya dimasa lalu ia tidak bisa mendampingi Catelyn saat hamil hingga menunggu kelahiran buah hatinya. Apakah masih pantas ia disebut sebagai seorang ayah ?
Aku melihat emosi yang bergejolak dalam diri Ghavi jadi merasa sedikit bersalah mungkin saja tadi ada kalimat ku yang menyakitinya. Tapi tetap tidak sebanding dengan rasa sakit yang telah ku lalui bertahun-tahun lalu. Sejujurnya hanya demi Gavin aku bersedia untuk berbicara dengan Ghavi. Bahkan bersedia ditemani di kamar rumah sakit ini. Ku tekan ego ku agar kami bisa mengurus Gavin bersama-sama.
Bunyi dering Love The Answer terdengar dari handphone ku cukup mengganggu keheningan yang ada diantara kami. Dilayar telepon muncul nama "Andrean" dan segera kuangkat telepon ku. "Halo ... Cat gimana kabar Gavin ? Tadi aku mampir ke rumah tapi kata orang rumah kalau Gavin sakit dan opname di BIMC. Gimana kondisinya sekarang ?" tanya Andrean kepadaku. Sepertinya ia panik dengan kondisi Gavin. Yah ... Andrean adalah laki-laki yang beberapa waktu lalu telah melamar ku. Tapi jujur aku katakan padanya bahwa saat ini aku tidak memiliki keinginan untuk memiliki hubungan percintaan dengan siapapun. Dan baiknya Andrean ... iya tidak memaksakan perasaannya dan cukup menghormati apa yang menjadi keputusanku. "Hai Mas Andre ... iya Gavin di opname ini. Kondisinya masih di observasi dokter. Tadi katanya Dr. Surya kalau Gavin sakit Flu Singapura. Virusnya banyak menyerang anak-anak saat ini. Sementara sih anaknya sudah tidur" ucapku mencoba menjelaskan kondisi Gavin. Kami bahkan sempat membahas sedikit masalah pekerjaan di restoran.
Kondisi balkon jaraknya tidak jauh dari sofa. Ghavi mencoba menyimak pembicaraan yang dilakukan Catelyn dengan seseorang. Entahlah siapa yang menelepon wanita yang dicintainya tengah malam begini. Apalagi sampai menanyakan tentang kondisi putranya Gavin. Pasti orang yang menelepon Catelyn adalah orang terdekat dengan mereka. Dan sepintas tadi ia mendengar Catelyn menyebutnya dengan panggilan mas. What ? Semakin ketakutan melanda Ghavi. Jangan sampai nanti ada laki-laki lain yang dipanggil dengan sebutan Daddy oleh Gavin. Ia tidak akan terima hal itu. Cukup dirinya yang dipanggil sebagai Daddy oleh Gavin. Ia sudah menyesal kehilangan Catelyn selama ini dan ia tidak ingin menyesal kembali untuk kedua kalinya jika kehilangan Catelyn dan Gavin.
***