Tidak ada yang lebih menyakitkan dari penghianatan oleh orang-orang yang kita cintai. Namun hal ini harus dirasakan oleh Amira Febriana Tridigara, Seorang istri yang harus menerima penghianatan besar dari suami dan gadis muda yang telah di rawatnya sejak masih Bayi.
Akankah Amira memaafkan penghianatan itu, Atau justru membalas penghianatan mereka dengan sangat kejam?
Add FB : I'tsmenoor
Follow Instagram : @_itsmenoor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Sofyan
Sofyan mendorong tubuh Sherly masuk ke mobilnya. Kali ini ia benar-benar sangat marah karena lagi-lagi Sherly membuat Amira kembali mendapati dirinya beduaan bersama Sherly.
"Gara-gara kamu Amira semakin mantap untuk menceraikan ku!" hardik Sofyan mencengkeram kuat lengan Sherly.
"Mas..." Sherly masih mencoba membelai wajah Sofyan namun langsung di tepis olehnya.
"Berhenti memanggilku Mas dan jangan lagi coba merayuku!"
Sofyan kembali ke kursi kemudi mengantarkan Sherly kembali ke rumah orang tua kandungnya.
"Turunlah, Dan jangan pernah lagi menganggu ku karena Aku tidak mau kehilangan Amira."
Mendengar itu Sherly tersenyum smirk sembari membuka sabuk pengamannya. "Seharusnya Ayah memikirkan ini sebelum menghianati ibu Amira," ucap Sherly yang kemudian turun membanting pintu dengan begitu kesalnya.
"Anak sia*lan...!!!" umpat Sofyan yang tak kalah kesalnya.
•••
Sesampainya di rumah, Sofyan mendapati kamar yang ia tempati bersama Amira telah di kunci. Meskipun sudah berkali-kali ia mengetuknya. Namun Amira tak juga mau membukakan pintu untuknya. Tidak mau menyerah begitu saja, Sofyan duduk di depan pintu menunggu Amira membukakan pintu untuknya. Hingga tanpa di sadari, Sofyan pun tertidur hingga pagi.
Akhirnya pintu kamar pun terbuka dimana Sofyan yang bersandar di pintu hampir terjungkal karena kaget. Sofyan yang menyadari dirinya tertidur semalaman segera bangkit berdiri tepat di hadapan Amira.
"Amira..." ucapnya lembut.
Melihat itu, Hati Amira sedikit tersentuh karena semalaman Sofyan rela menunggu dirinya hingga pagi. Namun kembali terlintas dalam ingatannya bagaimana Sofyan dan Sherly menghianatinya sehingga Amira menepis jauh-jauh perasaan itu.
"Kamu sudah tanda tangani perceraian kita?" tanya Amira dengan nada bicaranya yang tegas.
"Amira, Kita bisa bicarakan ini baik-baik? Aku tidak ingin bercerai dari mu, Beri Aku kesempatan sekali ini saja, Aku janji tidak akan lagi mengulangi kesalahan ku."
"Terlalu sakit untuk Aku memaafkan apa yang sudah kamu lakukan. Mungkin jika kamu berselingkuh dengan wanita lain Aku bisa memaafkannya tapi ini dengan Sherly, Anak yang kita rawat bersama."
"Itulah kesalahan terbesar ku Amira. Tapi bukankah selama pernikahan Aku tidak pernah berbuat kesalahan apa lagi menghianati mu, Jadi kenapa kamu tidak bisa memaafkan dan memberi kesempatan untuk ku sekali saja, Kenapa kamu tidak mendukung suamimu untuk memperbaiki diri?"
"Aku sudah pernah mengatakan, Bagaimana jika kamu yang berada di posisi ku dan kamu juga mengatakan belum tentu bisa memaafkan ku kan, Jadi ya sudah berhenti membahas ini karena keputusan ku sudah tidak dapat di ganggu gugat. Segera tanda tangani atau kita bertemu di pengadilan!"
Amira meninggalkan Sofyan yang tidak bisa lagi berkata-kata.
Ia pergi ke butiknya untuk menyibukkan diri dan melupakan permasalahan yang tengah ia hadapi.
Begitu sampai di butik, Amira lagi-lagi di kejutkan oleh kedatangan pria yang kemarin mengembalikan gaun pengantinnya.
"Ammar, Kamu kesini lagi?" tanya Amira pada pria yang bernama Ammar itu.
"Hehehe... Iya mbak, Kemarin Mbak Amira kan bilang jika gaun yang telah di pesan secara khusus tidak bisa di kembalikan, Tapi setelah Aku pikir-pikir untuk apa Aku simpan gaun ini di rumah, Aku juga tidak tahu apakah nanti Aku akan menikah atau tidak, Jadi daripada nganggur di rumah mending di taruh di butik Mbak aja biar bisa di sewakan jadi bermanfaat."
"Kenapa bilang begitu, Kamu masih muda, Baru juga 30th..."
"31th Mbak..." saut Ammar memotong ucapan Amira.
"Ya, Baru juga 31th masih banyak wanita baik di luaran sana, Tetap semangat, Jangan menyiksa dirimu karena sesuatu yang tidak baik untuk mu." Amira mencoba memberi semangat meskipun hatinya juga tengah terluka.
"Terimakasih ya Mbak, Ntah kenapa kalau sudah denger nasehat dari Mbak, Rasanya adem banget ini hati."
Amira tersenyum menggelengkan kepalanya mendengar apa yang Ammar katakan hingga membuat Ammar terpaku sejenak menatap Amira yang terlihat semakin cantik.
Sementara dari kejauhan terlihat Sofyan melihat moment itu dari dalam mobilnya.
Bersambung...
