KEPSEK JATUH CINTA

Andra memukul kepalanya pelan, sepertinya otaknya sedang tidak waras. Sejak tiba di sekolah, melihat siswi berjalan bergerombol dan bercengkrama, tiba-tiba cerita tentang Mazaya terbersit. Mendadak hatinya melow, gadis semuda itu mendapatkan cobaan yang luar biasa, bahkan harus banting tulang untuk kelangsungan hidupnya. Sangat tidak adil memang tapi, pasti di balik peristiwa ini semua akan ada pelangi yang membahagiakan Macha. Dan apakah dirinya termasuk salah satu pelangi untuk Macha? Entahlah. Sampai saat ini, ia belum ada greget untuk menjalin komunikasi dengan Macha. Ia malas sebenarnya terlihat mengejar perempuan dengan kata-kata menggelikan, atau sok romantis. Bukan Andra sekali, saat bersama faza dulu diawali frindzone berujung kenyamanan hingga berubah status, tidak ada tembak menembak yang romantis atau alay.

Dan untuk Macha, Andra ingin seperti itu juga. Eh tapi kenapa dirinya mau menyamakan peristiwa awal kisah dengan Faza. Karena sejatinya vibes menjalin hubungan dengan pasangan baru tuh akan berbeda dengan mantan pasangan, justru harus berbeda agar dirinya tidak terbelenggu dengan kenangan masa lalu.

"Gue lama-lama gila nih," ujar Andra semakin kelimpungan bila mengingat Macha. "Beneran jodoh gue kali ya, kok hati ini semakin kepo sama dia," gumamnya dalam hati.

Oke, setelah mengambil wudhu ia kembali fokus pada laptopnya, iseng membuka ponsel dan pesan teratas adalah WA gengnya. Sialan.

Andra bagaimana dengan Macha? Komen Yudhistira pemicu ramainya grup.

Sumpah, Ndra. Terpaksa kita harus menjadi saingan penarik cinta Macha. Gue terpesona sangat. Sepertinya Aldo sudah bertindak hingga punya kesimpulan seperti itu.

Kenapa emang? Pesona apa yang lo maksud? Ah Yudhistira juga kepo dengan tindakan apa yang telah dilakukan playboy Aldo di belakang para sahabat. Khawatir Macha sudah terjebak pesonanya. Gawat dong. Kalau sampai itu terjadi, Yudhistira akan menjadi garda terdepan melindunginya dari playboy satu ini.

Kan, kan. Gue tuh curiga kalau lo menaruh hati pada Macha. Tebak Aldo untuk kesekian kalinya. Karena sikap Yudhistira terlalu berlebihan bila menyangkut Macha.

**Sini, Do. Gibengan gue kayaknya kangen sama lo.

Oke aku akan datang membawa Macha ya!

Serius? Dua pria matang lainnya pun kaget dengan langkah Aldo.

Santai, brothers masih dalam mimpi. Hah, kalian pikir gue mulus gitu mendekati Macha, jawabannya adalah zonk. Bertemu dengannya mendadak gugup, senyumnya bikin gue lemas, sapaannya membuat gue ingin peluk eratnya. Gak nyangka aja ada anak SMA semenarik itu.

Udah cantik, baik hati, ramah dan yang paling penting tidak tergoda dengan uang.

Maksudnya**?

Hari itu Amina tidak masuk, sedangkan hasil penjualan Macha diberikan secara cash sekaligus mengembalikan beberapa barang yang sudah tengik. Aldo mengambil alih tugas Amina, ia pun bisa duduk semeja dengan Macha. Semakin gugup saja hatinya namun ia bisa menguasai. Berpura-pura bersikap cuek dengan kehadiran Macha. Awalnya serius membahas alur kas kerja sama mereka, namun Aldo semakin tak tahan ia pun memulai bicara dengan Macha.

Diawali latar belakang usaha ini, pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Macha pun menjelaskan dengan sederhana namun mengena, bahkan Aldo pun sering mengajukan beberapa pertanyaan terkait bisnis Macha, dan dijawab oleh Macha dengan sabar. Kang modus beraksi.

Macha pun mulai bercerita kondisi keluarga hingga alasannya berjualan di usia muda ini. Bahkan Mazaya pun menjelaskan alur keuntungan yang ia dapat, pokoknya

Mazaya menjawab dengan apik padahal ia hanya menjadi korban modus kang playboy Aldo, tapi gadis itu tak sadar. Apalagi wajah Aldo sangat meyakinkan bahwa ia tertarik dengan perjuangan Macha.

Namun setelah percakapan serius berlangsung, Aldo melancarkan aksinya, "Boleh nih, kita lanjutkan kerja sama. Snack kamu juga diminati pelanggan. Aku punya beberapa cabang, besok aku jemput ya buat ke cabang cafe lain," modus mulai berjalan dan sialnya Macha tersadar ada niat terselubung. Gadis itu hanya tersenyum.

"Kirim alamat saja, Pak. Saya akan berangkat sendiri."

"Kenapa?"

"Pak Aldo, maaf sebelumnya saya ingin kerja sama kita lancar dan saya tidak mau terlibat hal-hal yanh kurang mengenakan saat kita kerja sama."

"Maksudnya?"

"Saya tidak mau orang lain menganggap kita kerja sama karena saya yang dianggap punya hubungan khusus dengan Pak Aldo sehingga saya dengan lancar bisa bekerja sama."

Aldo terdiam, kaget. Dirinya ditolak?

"Hem saya bukannya gimana-gimana, Ge-er atau bagaimana gitu, Pak. Cuma kalau kita terlalu dekat khawatir ada pandangan negatif tentang kita, apalagi saya perempuan, saya orang gak punya, khawatir mereka menganggap saya menggoda Pak Aldo atau yang lain. Jadi sebelum ada kejadian itu lebih baik antisipasi."

"Kamu kok tahu modus saya? Udah sering terjadi kah?"

Macha menggeleng sembari tersenyum, "Ingat pesan ibu saya dulu, membatasi hubungan dengan lawan jenis. Tidak boleh pergi berduaan dengan lawan jenis."

"Dan masih kamu pegang?"

Macha kembali mengangguk, "Amazing," lanjut Aldo. "Kamu tahu baru kali ini ada perempuan muda yang gak mau aku ajak pergi."

"Maaf!"

"Tapi kamu bisa dekat dengan Mika?"

Macha kaget, kok bisa tahu Mika?

"Mika siapa?" hanya memastikan siapa tahu, Mika yang dimaksud berbeda.

"Mika kembarannya Mikayla, adik Yudhistira."

"Loh, Pak Aldo kenal?"

Aldo hanya mengangguk. "Jangan bilang Pak Aldo tahu jualan aku dari mereka."

Aldo menggeleng, "Enggak sama sekali, dari Yudhistira."

"Ouh Kak Yudhis."

"Nah gimana kamu dengan Mika?"

"Ya gak gimana-gimana, kita berteman. Tapi aq lebih dekatnya sama Mikayla, dan memang kita bertiga sering hang out bersama."

"Jadi gak pernah kencan sama Mika?"

Macha menggeleng. "Kok bisa sih. Kamu beda sekali dengan gadis sekarang. Ya kamu tahu sendiri lah, gadis sekarang seperti apa."

"Lebih menjaga aja sih Pak. Saya anak yatim piatu, jangan sampai pandangan orang lain pada anak yatim piatu berubah karena sikap saya. Bagi anak yatim piatu mendapat kasih sayang dari orang lain itu sebuah anugerah. Jadi kita harus pandai menempatkan diri dan tidak membuat kecewa orang lain yang menyanyangi kita."

"Nikah aja, yuk!" sebuah penawaran ekstrim dilancarkan Aldo tanpa pikir panjang. Macha tertawa.

"Bercandanya Pak Aldo lucu banget, dadakan kayak tahu bulat."

Aldo tertawa, tak menyangka gadis cantik ini bisa melawak juga. "Diajak berduaan gak mau, giliran diajak nikah menolak. Perempuan mah gitu, main tarik ulur."

"Bukan tarik ulur, tapi aku realistis aja. Khawatir Pak Aldo hanya tertarik sama aku hanya sesaat, memutuskan dengan cepat tapi nanti menyesal yang didapat. Apalagi latar belakang kita sangat berbeda, sangat bisa menjadi pemicu ketidak cocokan kita. Mungkin di awal Pak Aldo bisa menerima perbedaan kita, tapi yakin sejalan dengan itu Pak Aldo akan terima. Memutuskan untuk menikah butuh pertimbangan kuat dengan orang yang tepat."

"Good girl."