Cewek Tengil Itu Istriku

"Awww.....sakit..Pelan pelan."

"Ini sudah pelan Anna."

"Tapi masih sakit Kak. Awww...sakit." Anna kembali memekik untuk kesekian kalinya.

"Diam! Kalau enggak, malah aku tekan makin kuat lagi."

Anna meringis menahan sakit. Saat ini Saga sedang mengompres memar dikeningnya menggunakan air es. Padahal Saga sudah melakukannya pelan pelan, tapi tetap saja Anna mengeluh kesakitan. Tapi memar dikeningnya memang terlihat sangat parah, merah kebiru biruan.

"Kamu benar benar membuatku pusing," gerutu Saga.

"Yang ada, aku yang pusing. Nih kepala rasanya nyut nyutan. Kenapa pula kakak ikutan pusing?" omel Anna.

"Heh bocah." Seru Saga sambil melotot. "Nyadar gak kamu, memar itu bisa bikin orang salah paham. Gimana kalau orang mikirnya aku melakukan kdrt? Masa habis malam pertama, keluar kamar tiba tiba bonyok. Bayangkan apa yang dipikirkan orang orang?"

"Gitu aja dibuat pusing. Entar aku yang jelasin ke mama dan papa." Sahut Anna cepat. Gadis tengil itu mana mikir panjang. Dia selalu menganggap semua hal enteng.

"Bodoh!" Saga menjitak kepala Anna sampai gadis itu meringis. "Bukan hanya masalah papa mama kamu. Kamu tahukan kalau hotel ini milik SE Corp? Semua pekerja disini kenal aku. Gimana tanggapan mereka saat melihat istri yang baru aku nikahi semalam keningnya bonyok. Yang ada aku dianggap melakukan kdrt." Saga mengacak acak rambutnya frustasi.

Sementara Anna, dia malah garuk garuk kepala sambil nyengir. Tak kepikiran sama sekali sampai kesana.

Saga membereskan wadah tempat kompres. Diletakkannya wadah itu di mini kitchen lalu kembali menuju ranjang. Tubuh yang lelah membuatnya mengantuk dan langsung naik keatas ranjang. Dia ingin segera terlelap. Hari ini, tak hanya fisiknya yang terasa lelah, hati dan pikirannya ikutan lelah gara gara Anna.

"Kakak mau ngapain?" Anna gugup melihat Saga rebahan disampingnya.

"Mandi." Jawab Saga random. Heran dengan istri tengilnya itu, sudah tahu dia rebahan diatas ranjang, masih nanya mau ngapain.

Anna mengambil guling lalu meletakkan ditengah tengah antara dia dan Saga.

"Jangan ngambil kesempatan saat aku tidur." Anna memperingatkan. "Tangan, mata, kaki, dijaga, gak usah nyentuh nyentuh disaat aku sudah dialam mimpi. Terutama otaknya, jangan sampai mikir yang enggak enggak. Jangan dikira aku gak kerasa ya kalau disentuh? Aku_"

"DIAM." Desis Saga dengan mata tertutup. "Sekali lagi bersuara, aku akan langsung menerkammu."

Mendengar ancaman itu, gegas Anna menarik selimut, menutupi seluruh tubuhnya sebatas leher hingga hanya terlihat kepalanya saja.

"Ja_"

"Aku sudah tidur." Seru Anna cepat saat Saga hendak bersuara. Dia menutup matanya rapat rapat agar Saga mengiranya tidur.

Saga menoleh kesamping, bibirnya mengulum senyum melihat tingkah lucu Anna. Padahal barusan dia mau menyuruh gadis itu berdoa, tapi Anna lebih dulu memotong saking takutnya.

.

.

.

Pagi hari, Anna dan Saga dipusingkan dengan memar dikening Anna yang terlihat semakin jelas saat bangun tidur.

Saga mondar mandir didekat ranjang, memikirkan cara untuk menutupi memar itu. Dia tak mau pegawai hotel mengiranya punya kelainan seksual. Menyiksa pasangan untuk mendapatkan kepuasan.

Sebentar lagi mereka akan check out, tapi sebelum itu, mereka akan makan siang bersama keluarga.

"Kak Saga, aku pusing lihat kakak mondar mandir." Ujar Anna yang lelah melihat tingkah suaminya.

"Makanya ikut mikir, jangan bengong doang." Saga malah menyemprotnya.

Anna meletakkan telunjuknya dipelipis. Bergaya seperti orang yang sedang berpikir keras.

"Aku punya ide." Seru Anna dengan mata berbinar. "Aku pakai topi aja, biar gak kelihatan."

"Nyesel aku nyuruh kamu ikutan mikir kalau hasilnya seperti itu," cibir Saga.

Anna mengerutkan kening. Emang ada apa dengan idenya? Bukankah itu bagus?

"Emang ke_"

"Yakin memar itu tak sakit saat tertekan topi?" potong Saga cepat.

Anna garuk garuk kepala sambil tersenyum absurd. Benar juga apa yang dikatakan Saga, kenapa juga dia tak kepikiran sampai kesana.

Saga tiba tiba tersenyum sambil memperhatikan wajah Anna.

"Ke_napa?" Mendadak perasaan Anna tidak enak.

"Ditutupin pakai poni aja." Jawab Saga sambil menopang dagu. Membayangkan penampilan Anna dengan poni barunya.

"Dih, tadi ngehina ideku. Eh....idenya malah lebih ngawur." Cibir Anna sambil tersenyum mengejek.

"Ngawur gimana?"

"Kalau mau rambutku ada poninya, itu artinya aku harus ke salon, dan itu artinya, aku arus keluar."

"Siapa bilang." Saga berjalan menuju mini kicthen, mengambil gunting yang ada disana lalu kembali menghampiri Anna. "Aku yang akan memotong rambutmu."

Anna langsung berteriak histeris sambil menutupi rambut bagian depannya dengan kedua telapak tangan.

"Enggak, aku gak mau. Aku hanya mau dipotong disalon."

Saga mendekati Anna, membuat gadis itu segera turun dari ranjang dan kabur menuju kamar mandi. "Enggak, aku gak mau." teriaknya sambil membanting pintu kamar mandi lalu menguncinya dari dalam. Dia bergidik ngeri membayangkan rambutnya dipotong asal oleh Saga, yang notabene tak punya keahlian dibidang itu. "Ini namanya pemaksaan, kdrt." Seru Anna dari dalam.

Saga berdecak sebal. Kesal sekali pada cewek tengil yang tak bisa diajak kerja sama itu. Berkali kali dia mengetuk pintu tapi Anna kekeh tak mau membuka. Hingga akhirnya, Saga mengeluarkan jurus terakhirnya.

"Baiklah kalau tak mau keluar. Kita tak jadi pulang hari ini. Kita akan tetap disini hingga tiga hari tiga malam. Dan kupastikan, kamu akan langsung hamil begitu kita keluar kamar."

Anna menelan salivanya susah payah. Ancaman Saga terdengar sangat menakutkan. Dia yakin meski Saga mengurungnya 3 hari dikamar, orang tuanya pun tak mungkin mau menolong karena status mereka suami istri sekarang.

Demi Evan, sepertinya aku harus merelakan rambutku jadi korban.

Kres kres kres

Anna memejamkan mata erat. Terdengar ditelinganya suara rambut bagian depannya yang dipotong Saga. Entahlah akan seperti apa modelnya jika yang melakukannya seseorang tanpa keahlian khusus.

"Hwwaaa..." Teriak Anna melihat penampilan barunya didepan cermin. Tampak aneh dan sangat menggelikan. "Jahat sekali, kakak sudah membuatku jadi jelek." Protes Anna sambil menangis, tapi tanpa mengeluarkan air mata.

"Kamu justru kelihatan makin cantik sekarang, mirip Lisa blackpink." Jawab Saga sambil menahan tawa. Jujur, diapun merasa aneh dengan penampilan baru Anna.

Anna menatap Saga dengan bibir mengerucut panjang kedepan. "Lisa blackpink? Yang ada aku mirip Dora." Teriak Anna sambil mencak mancak.