NovelToon NovelToon
Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Epik Petualangan
Popularitas:763
Nilai: 5
Nama Author: Space Celestial

Menara yang Misterius yang sudah berdiri dan berfungsi sejak sangat lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Space Celestial, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Hari Kelima, Kelas Posisi Mage

Sofia berada di kelas posisi seperti yang layar Holo tunjukkan kepada semua Regular 5 hari yang lalu, posisi Mage.

Semua Regular yang terpilih menjadi posisi Mage sudah berkumpul pada pagi hari termasuk salah tiga orang dari tim Shawn, Lena Whitfield, Karen Laine, dan Marco Vasquez.

Sofia berada di barisan belakang dan melihat mereka bertiga berbicara dan duduk bersama di barisan ketiga.

Lena tampak penuh semangat, tubuhnya condong ke depan seolah ingin segera belajar. Karen, dengan wajah datar dan mata tenang, duduk tegak seperti biasa. Marco terlihat santai, menyender sambil memutar bola energi kecil di telapak tangannya, sebuah trik kecil dari pengguna mana yang sudah terlatih.

Dia sudah melihat semua potensi Shawn dan Tim-nya di kelas posisi lain, hanya tinggal mereka bertiga, dia ingin melihat sejauh mana mereka telah berkembang.

Tiba-tiba pintu otomatis terbuka.

Langkah kaki kecil yang cepat terdengar.

Seorang anak laki-laki berusia sekitar lima belas tahun masuk dengan gaya yang sama sekali tidak sesuai dengan atmosfer serius ruang pelatihan. Rambut pirangnya terurai sedikit acak, matanya biru terang menyiratkan kelincahan dan rasa percaya diri yang tinggi. Di lehernya menggantung headset nirkabel, dan di tangannya ada... sekeranjang sayap ayam panas yang mengepul.

“Yo,” katanya ringan sambil mengunyah. “Nama gue Leo. Panggil aja Leo, gak usah pakai gelar. Gue yang bakal jadi pengajar kalian di kelas Mage.”

Para Regular saling pandang. Beberapa mengangkat alis. Seorang anak kecil? Guru? Apalagi dengan gaya santainya yang justru terlihat seperti siswa yang tersesat ke kelas orang dewasa.

Leo berjalan ke depan, menendang kursi holografik yang muncul otomatis di bawahnya, lalu duduk santai sambil meletakkan keranjang ayam di pangkuannya. Ia mengambil satu lagi, menggigit, lalu mulai berbicara.

“Dengar, gue tahu tampang gue kayak bocah. Tapi jangan tertipu. Gue Ranker. Gue udah sampai lantai 200 dan lolos 'Ujian Akhir' lalu menjadi Ranker, dan ke sini jadi pengajar. Jadi, kalau ada yang mikir ‘ini bocah apaan’, silakan angkat tangan, gue bakal langsung lempar sayap ayam ke muka lo.”

Leo mengunyah perlahan, lalu menepuk-nepuk tangannya untuk menghilangkan remah ayam. “Oke, pelajaran hari ini. Kelas Mage. Posisi yang paling penting... atau paling payah, tergantung siapa yang pake.”

Sofia tersenyum tipis. Kata-kata Leo tak berubah. Persis seperti dulu. Sofia dulu juga terpilih menjadi posisi mage and Leo adalah gurunya di posisi mage di Timeline sebelumnya di lantai 2.

“Pertama-tama, mari kita bahas dasar paling dasar mana. Mana itu apa?”

Dia menjentikkan jari, dan sebuah diagram besar muncul di udara. Gambar itu menunjukkan tubuh manusia dengan arus energi biru yang mengalir dari dada ke ujung-ujung jari, lalu melingkar ke kepala dan turun ke kaki.

“Mana adalah bentuk energi mentah yang berada di dalam diri kalian. Mana adalah energi dari dalam. Bukan semua orang bisa menggunakannya, tapi semua Mage wajib bisa. Kalau enggak, kalian cuma jadi tiang listrik dengan jubah cantik.”

Beberapa Regular tertawa kecil. Leo tampak puas dengan reaksi mereka.

Leo berjalan perlahan ke depan kelas, satu tangan masih menggenggam sayap ayam, sementara tangan lainnya menunjuk pada diagram holografik besar yang melayang di udara. Setiap kali ia bergerak, rambut pirangnya yang sedikit acak-acakan ikut bergoyang. Matanya yang biru tajam menatap satu per satu Regular di ruangan, memastikan mereka semua memperhatikan.

“Kalian, para pengguna sihir yang belum punya kendali, lebih bahaya buat teman sendiri daripada musuh,” katanya sambil menggigit ayam dengan santai. “Karena itu, gue bakal pastikan kalian bisa kontrol mana sebelum masuk ke hal gila kayak ‘mengendalikan api’, ‘membekukan ruangan’, atau ‘memanggil meteor dari langit’.”

Beberapa Regular tertawa kaku. Mereka tahu kalimat itu mungkin terdengar berlebihan, tapi mengingat ini adalah Menara Ilahi, tempat semua kemungkinan menjadi nyata, mereka tidak bisa menganggapnya bercanda sepenuhnya.

Leo menjentikkan jari lagi, dan diagram baru muncul, kali ini lebih spesifik: Mana Core. Sebuah bola biru terang muncul di tengah hologram tubuh manusia, tepat di dada.

“Ini pusatnya. Mana Core kalian. Ada yang kecil, ada yang besar. Ada yang rapuh kayak kaca, ada yang padat kayak besi. Kualitas mana core ditentukan dari lahir, tapi bisa diperkuat. Caranya? Dengan latihan, latihan, dan latihan.” Dia menatap langsung ke Lena, Karen, dan Marco.

Sofia memperhatikan dari belakang dengan tenang. Dia tidak perlu mencatat, semua ini sudah tertanam kuat di ingatannya dari timeline sebelumnya. Namun, dia tetap membuka buku catatan holografik sebagai bentuk formalitas. Sesekali matanya melirik ke Lena yang duduk di barisan ketiga bersama Karen dan Marco. Ketiganya tampak serius, meskipun dahi Lena sedikit mengerut, berusaha memahami terminologi yang baru.

“Sekarang, mari kita bahas bagaimana mana itu mengalir,” katanya dengan nada yang lebih serius, meskipun wajahnya masih menyiratkan kebiasaan santainya. “Kalian semua punya inti mana. Letaknya di sini,” dia menunjuk ke bagian tengah dada dari diagram. “Inti ini bekerja seperti jantung kedua. Bedanya, yang ini bukan buat pompa darah, tapi buat ngatur dan menyimpan energi mana kalian.”

Semua Regular mulai mencatat. Bahkan Lena, Karen, dan Marco yang biasanya lebih santai, terlihat serius saat menulis. Mereka tahu, posisi Mage bukan posisi sembarangan. Jika mereka tidak memahami dasar-dasarnya, maka akan sangat mudah tertinggal dalam pelatihan lanjutan.

Sofia duduk diam di bangkunya paling belakang. Ia tidak mencatat, tapi bukan karena meremehkan pelajaran. Justru sebaliknya. Dia mengingat semuanya, kata demi kata, diagram demi diagram, karena dia sudah melewati semua ini sebelumnya. Hanya saja, kali ini dia melihatnya dari mata yang berbeda, dengan beban masa lalu dan kesadaran yang tak dimiliki oleh siapa pun di ruangan ini.

Leo melanjutkan. “Ketika kalian menggunakan sihir, kalian mengarahkan mana dari inti ini, melalui saluran mana di dalam tubuh kalian, mirip pembuluh darah tapi untuk energi, menuju ke titik keluaran, biasanya tangan, mulut, atau simbol sihir yang kalian buat. Nah, masalahnya, enggak semua orang punya saluran mana yang terbuka sempurna. Itu sebabnya latihan meditasi dan pernapasan penting banget.”

Leo tetap menjelaskan tentang cara kerja mana dan teori-teori meggunakan sihir. Sofia masih mengingat dia belajar tentang mana yang lebih kompleks dari guru-guru lainnya yang memilki domain sihir.

Sofia mengingat di Timeline sebelumnya dia sudah tahu cara menggabungkan dua spell menjadi satu dan Sofia akan mendapatkan Skill itu lagi saat dia mendaki ke lantai yang lebih tinggi, karena skill untuk menggabungkan dua spell ada di lantai yang atas.

1
Ayari Khana
Terpana😍
Android 17
Sangat kreatif
【Full】Fairy Tail
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!