Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.
Bab 29 - Luka yang Sama dari Orang Berbeda
Udara malam di rooftop masih terasa dingin ketika Althea melepaskan diri dari pelukan Jay. Bibirnya masih terasa hangat, namun dadanya sudah terasa sesak. Tanpa sepatah kata pun, ia kemudian memutar badan, langkahnya cepat, menembus pintu besi. Tangisnya pecah saat kedua kakinya mulai menuruni tangga darurat, bahunya bergetar hebat.
“Apa yang sudah aku lakukan...” bisiknya lirih, nyaris tercekik karena menangis sesenggukan.
Ia tidak berani menoleh ke belakang. Tidak mau melihat ekspresi Jay ,takut menemukan ketulusan di sana, karena itu hanya akan menambah berat rasa bersalahnya.
Di atas sana, Jay tidak bergerak. Angin malam hari mengacak rambutnya, tapi ia tetap berdiri, menatap kosong ke arah lampu kota yang berkedip di kejauhan. Ciuman itu... adalah yang pertama dalam hidupnya. Bukan tidak ada kesempatan ,namun hatinya tidak mudah jatuh cinta. Dirinya tidak mudah menyentuh wanita. Dan ini bukan sekadar sentuhan bibir, tapi pengakuan diam-diam dari hatinya yang selama ini sudah menjadi milik satu orang ,yaitu Althea. Dan ia tahu, sekeras apa pun ia berusaha, gadis itu mungkin tak akan pernah benar-benar menjadi miliknya. Kecuali jika Althea mencarinya.
Sementara itu, di salah satu kamar besar di mansion Dirgantara, Marco terbangun dengan perasaan aneh. Ada dorongan di dadanya, semacam firasat buruk yang membuatnya ingin segera pulang. Ia mengambil kunci mobil, melangkah cepat menuju garasi. Dan mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan malam kota Amsterdam.
Setibanya di Mansion pribadinya, suasana terlihat sepi. Di dapur ,di ruang tv ,di taman belakang , tidak ada tanda-tanda kehadiran Althea. Ia hanya menemukan Ares yang sudah tertidur di kamarnya. Marco kemudian bergegas menuju kamar tidur mereka, berharap menemukan istrinya sedang tertidur. Tapi ranjangnya terlihat rapih dan dingin. Ia menghela napas berat, rahangnya mengeras.
“Apakah dia di kantor?” gumamnya. Namun siang harinya, Reno melapor bahwa Althea tidak masuk kantor sejak pagi dengan alasan latihan untuk Gladi besok di Kantor MuseVibe Entertaiment.
Marco sudah ingin keluar kamar ketika rasa pusing kecil menyerang. Ia membuka laci nakas, mencari obat sakit kepala, tapi tangannya justru menemukan kotak plastik kecil. Isinya deretan pil bulat berwarna biru pucat. Dahinya berkerut dalam.
“Obat apa ini?”
Ia memotret dan mengirimkannya pada Reno. Tak lama kemudian, balasan datang, membuat darahnya mendidih.
> “Itu pil kontrasepsi, Tuan.”
Deg.....!
Jantung Marco berdegup keras. Napasnya berat. “Jadi... dia sengaja menghindar dariku.”
Hampir tengah malam ketika pintu utama terbuka. Althea melangkah masuk, wajahnya terlihat letih dan pucat. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok Marco duduk di sofa dengan aura dingin dan menatapnya tajam.
“Darimana saja kamu Althea?” suaranya rendah tapi penuh tekanan.
Althea menelan ludah. Belum sempat ia menjawab ,Marco bangkit ,dengan langkah lebar mendekat ke arahnya dan sudah meraih pergelangan tangannya dengan kuat, menyeretnya ke lantai atas.
“Aaaaa ,sakit .... Marco, lepaskan....”
Marco menyeret Althea dengan sepatu hils masih melekat ,membuat langkah Althea terseok dan merasa sakit di pergelangan tangan nya.
Tidak ada jawaban. Marco membuka pintu kamar mereka dengan hentakan, menutupnya kembali dengan keras hingga menggetarkan dinding.
Marco melepaskan tangan Althea dengan keras hingga Althea sempat sedikit terhuyung ke ranjang.
“Sekarang jelaskan,” suaranya tegas, nyaris seperti bentakan. “Kamu pulang sangat larut dari latihan, dan aku menemukan ini.” Ia mengangkat kotak pil KB dari sakunya.
Wajah Althea memucat ,keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.“Itu.... bukan seperti yang kamu pikir.”
“Bukan seperti yang aku pikir?” Marco terkekeh pendek, sinis. “Kalau bukan, sekarang jelaskan. Atau kamu mau aku berasumsi bahwa kamu sengaja menolak kemungkinan hamil dariku?”
Althea mundur setapak. “Aku hanya... belum siap.”
“Belum siap? Atau memang tidak mau?” Marco mendekat, matanya berkilat tajam. “Pantas saja kamu selalu dingin. Pantas saja kamu selalu menghindar dan menolak setiap aku menginginkanmu. Ternyata.... ? Atau jangan-jangan....” ia menunduk menatap wajah Althea ,suaranya merendah namun jauh lebih menusuk, “kamu sudah punya rencana untuk punya anak dari pria lain? Atau dari lelaki yang kamu sembunyikan di balik alasan latihan mu?”
“Tidak! Kamu keterlaluan Marco!” suara Althea bergetar, tapi matanya mulai memanas.
Marco menyeringai dingin. “Jangan sok suci Althea Safira! aku tahu yang ada dalam pikiranmu ,kamu selalu ingin pergi dariku ,agar kamu bisa mencari pria kaya lain nya kan? Sayang sekali ,mereka hanya akan mendapatkan BEKAS. Dan Kamu tahu kenapa aku menyembunyikan pernikahan ini diam-diam? Bukan semata karena aku sudah bertunangan dengan Patricia. Tapi di mataku, kamu tidak lebih dari wanita murahan yang beruntung bisa masuk ke perusahaan ku dan menjadi wanita yang dipilih olehku. Tanpa ku, kamu bukan siapa-siapa.”
Deg.... Althea menoleh ,matanya memerah ,air mata menetes di pipinya mendengar ucapan Marco yang begitu menyakitkan.
Kata-kata itu seperti cambuk yang mencabik harga dirinya. Dadanya berdegup kencang, napasnya memburu. Althea menatapnya lurus ,meski hatinya terasa remuk.
“Aku menjadi murahan karena kamu yang merampas kesucianku! Menggunakan Ares dan kelemahanku ,kamu melakukan segalanya untuk mengurungku! Menjadikan ku hanya sebatas teman tidur mu ,partner Ranjangmu!!!!”Teriaknya histeris
Marco menatap tajam Althea. Hatinya memanas ,ingin membantah tuduhan Althea ,karena kenyataan nya hatinya sungguh mencintai dan menyayangi Althea. Namun harga dirinya pun tercoreng ,karena ternyata ada seorang wanita yang menolak nya sedemikian rupa ,hingga ucapan nya tadi ,tidak bisa ia kendalikan.
Hening beberapa saat ,Althea tampak mengatur nafas kemudian kembali mengucapkan kata-kata ,yang kali ini diambang batas kesabaran nya.
“Kalau begitu...” suaranya rendah tapi tajam, “aku akan membuatmu mengingat ini selamanya ,Tuan Marco Dirgantara.” Ia menahan air mata yang hendak jatuh. “Alasanku meminum pil itu ,karena aku.... tidak ingin mempunyai anak dari pria MONSTER sepertimu.”
Deg.... ! Aura Marco semakin menggelap dan mengerikan ,sepersekian detik, amarah nya meledak. Tangan besarnya terangkat, dan—
Plak!
Satu tamparan keras menghantam pipi Althea. Tubuhnya terhuyung, jatuh ke lantai. Bibirnya pecah, darah segar keluar menetes di sudut bibirnya.
Althea tercengang ,kupingnya berdenging akibat kerasnya tamparan. Ia begitu sangat terkesiap. Ini.... tamparan yang baru ia rasakan lagi ,setelah sekian lama. Dan kali ini Marco yang melakukan nya ,bukan ayah tirinya. Tatapan Althea kosong ,air matanya menetes semakin deras.
Keheningan menyelimuti kamar. Marco menatap tangannya sendiri, napasnya tersengal, seolah tak percaya pada apa yang baru ia lakukan. Sementara Althea, perlahan bangkit sambil memegang bibirnya, matanya menatap kosong ke arah pria itu ,tatapan yang penuh luka dan kecewa yang tak bisa diperbaiki lagi.
Tanpa sepatah kata, ia berdiri dan melangkah keluar kamar, meninggalkan Marco sendiri di tengah amarah dan penyesalan yang mulai merayap, tapi terlalu dalam untuk diakui.
ko bisa ingat Jay apa benar akan kembali ke jay Thor
peran utama kalah dengan peran pembantu
kata NK mulai ini masih Marco yg di atas angin