Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Tidak Sadar Memuji
Jam 11.00 Wib, Excel pulang mengantarkan Nada ke rumah. Nada langsung menghampiri Zinni yang menyambutnya dan memeluknya.
"Bu Zinni, tidak asik tanpa Bu Zinni di sekolah. Aku tidak mau sekolah di TK itu lagi," rajuknya dengan wajah sedih. Excel tiba di dalam dan melihat Nada tengah memeluk Zinni dengan wajah sedih.
"Kenapa, kok bisa?" Zinni heran.
"Iya, karena tidak ada Bu Zinni di sana. Aku dan teman-teman, tidak suka Bu Zinni tidak ada," ungkap Nada lagi.
"Nada Sayang, ganti baju dulu. Ayo," titah Excel. Excel memberi kode kepada Zinni agar membawa Nada ke kamar dan mengganti bajunya. Zinni patuh, ia segera membawa Nada naik ke atas menuju kamar Nada.
Sementara itu Excel pergi lagi dan kembali ke kantor.
"Ayo, ganti bajunya, ya," bujuk Nada. Nada patuh dan mengikuti arahan Zinni. Zinni senang dan menyukai Nada yang patuh padanya. Nada juga tidak rewel saat bersamanya.
Seminggu berlalu, Zinni mulai merasakan betah berada di rumah Excel. Selain menjaga Nada, Zinni juga melakukan tugas yang biasa Bi Ocoh lakukan, kecuali memasak. Zinni akan memasak apabila Excel memintanya.
Hari ini, sebelum Excel pergi ke kantor dan mengantar Nada sekolah, Excel meminta Zinni membuatkan sarapan. Zinni dengan senang hati membuatkan sarapan yang diminta Excel. Nasi goreng telur dadar.
"Bu Zinni, aku mau disuap," pinta Nada. Tumben bocah ini pagi ini memintanya disuapin. Zinni patuh, dia duduk di samping Nada, lalu menyuapi bocah menggemaskan itu.
Disaat Zinni sedang menyuapi Nada, Excel mengamati kedekatan antara mereka. Nada begitu patuh dan bahagia berada dekat dengan Zinni.
"Bu Zinni, hari ini aku sudah pindah sekolah, teman-teman aku juga ada yang pindah sekolah sama kaya aku," cerita Nada.
"Oh, ya?"
"Iya. Aku tidak mau lagi sekolah di TK Dahlia, karena tidak ada Bu Zinni."
"Baiklah. Kalau begitu, Bu Zinni doakan Nada betah di tempat baru. Ayo, sarapannya habiskan." Zinni kembali menyuap menghabiskan sisa sarapan punya Nada. Setelah itu, Excel bersiap untuk pergi.
"Zinni, kamu bisa mencuci di mesin cuci, kan? Tolong baju kotor saya sudah banyak di keranjang di dalam kamar saya. Juga tolong rapikan dan bersihkan kamar saya, karena sudah lama saya tidak membersihkannya," titah Excel sebelum ia beranjak.
"Baik, Pak." Zinni patuh. Setelah Excel pergi, Zinni bisa melakukan pekerjaannya dengan leluasa dan penuh semangat tanpa harus merasa diperhatikan Excel.
Setelah dapur dan ruang yang kotor-kotor bersih, Zinni segera menuju ke atas ke kamar Excel. Sesuai perintah Excel, Zinni membersihkan kamar itu, mengganti sepre yang kotor, karena di atas kasur itu sudah Excel siapkan sepre baru untuk mengganti sepre lama.
Keadaan kamar itu sepertinya sudah lama jarang terjamah sapu atau alat pembersih. Karena di kolong-kolong terdapat debu dan jaring laba-laba di sekitar dinding.
Akhirnya selesai sudah kamar Excel dia bersihkan. Kini kamar itu rapi dan wangi, karena Zinni sudah mengepel dan memasang pewangi di dalamnya. Iseng dia menuju sebuah meja rias, membuka lacinya. Di sana ia melihat potret kebersamaan Excel dan mantan istrinya serta Nada. Mereka tampak bahagia.
"Sayang sekali Pak Excel bercerai dari Bundanya Nada yang cantik. Bundanya Nada terlihat begitu baik, tapi kenapa mereka bercerai?" tanyanya heran, kenapa mereka bisa bercerai.
Zinni segera keluar dari kamar Excel, lalu mengunci kamar itu dari luar. Tiba-tiba Hp nya berbunyi, sebuah panggilan dari seseorang yang selama ini membuat Zinni rombeng telinga.
"Ada apa lagi dengan Bu Mila, bukankah uang kost sudah dibayar berikut denda?" gumamnya heran.
"Halo, Zinni, karena bulan depan tinggal empat hari lagi. Saya minta kamu kosongkan kost-an yang kamu tempati. Saya tidak akan sewakan lagi sama kamu. Saya akan sewakan ke orang lain. Sebelum tiba bulan baru, kamu harus sudah angkat kaki dan mengeluarkan barang-barang kamu dari kost-an saya," lantang Bu Mila dari ujung telpon, sebelum Zinni bicara apa-apa. Telponpun langsung ditutup oleh Bu Mila.
"Ya ampun Bu Mila ini. Dasar ibu-ibu rempong yang menyebalkan. Baiklah, akan segera aku keluarkan barang-barang aku di sana, lagian barangku hanya baju saja," gumamnya kemudian.
Tiba jam sebelas siang, tapi Excel yang seharusnya mengantarkan Nada pulang dari sekolah, belum juga muncul. Zinni merasa heran, sebab tidak biasanya Excel seperti itu.
"Atau karena di sekolah baru, pulangnya lebih siang?" pikir Zinni. Tanpa mau menduga-duga, Zinni segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Rencananya setelah ini dia mau meminta izin pada Excel untuk ke kost-an mengambil sisa bajunya di sana sebelum disingkir paksa oleh pemilik kost.
Jam sudah mengarah ke angka dua belas siang, suara deru mobil Excel terdengar. Zinni lega, ternyata Excel pulang bersama Nada.
Zinni segera ke ruang tamu bermaksud menyambut kepulangan Excel dan Nada. Namun, saat Zinni membuka pintu, Excel datang sendirian tanpa Nada. Zinni heran.
"Siang Pak Excel, Nadanya mana?" Mata Zinni mencari Nada ke arah mobil.
"Nada pulang ke rumah neneknya di Tagog Moyan," jawab Excel seraya menatap ke arah Zinni lekat.
"Tapi, Nada kembali lagi ke sini, kan Pak?" tanya Zinni lagi, dia risau kalau sampai Nada tidak kembali ke rumah Excel, lantas pekerjaan dia mengasuh Nada gimana?
"Saya tidak tahu. Semaunya saja anak saya. Saat ini Nada sedang ingin di rumah neneknya. Kalau dia mau ke rumah saya, saya tinggal jemput dia kembali. Lagipula Nada saat ini sudah pindah TK. Tk yang lebih dekat dengan alamat mamanya dan neneknya," jelas Excel, masih tidak lepas matanya dari Zinni.
"Oh, begitu, ya, Pak? Lalu, bagaimana dengan pekerjaan saya? Bukankah saya mengasuh Nada di sini?" Zinni bertanya dengan nada khawatir.
"Bukankah pekerjaan kamu di sini bukan hanya mengasuh Nada? Kamu masih bisa kerjakan hal lain, sesuai janji kamu, kamu bilang bisa apa saja, bukan?" ujar Excel mengingatkan.
"Oh i~iya, Pak. Saya paham."
"Zinni, sudah beberapa kali saya melihat kamu tidak berkerudung. Kenapa?" tanya Excel heran. Baru hari ini Excel berani bertanya, sebab selama Zinni mengajar di TK, Excel selalu melihat Zinni berhijab.
"Oh, maaf, Pak. Saya pakai kerudung hanya saat keluar rumah saja. Kalau di rumah tidak," jawab Zinni.
"Lho, tapi, ini kan rumah saya Saya bos kamu," tukas Excel seolah sedang mengingatkan.
"Oh, i~iya, Pak. Saya lupa." Zinni terlihat serba salah.
"Tapi itu sih terserah kamu. Tapi, kamu tetap cantik," ceplos Excel entah sadar atau tidak. Zinni tercenung dengan ucapan Excel barusan, seakan tidak percaya.
"Pak Excel, eumm, saya mau minta izin sebentar. Boleh tidak, saya ke kost-an dulu untuk mengambil barang saya yang masih di sana, sebab pemilik kost sudah mengusir saya? Bulan depan saya sudah tidak boleh kost di sana," ujar Zinni meminta izin, setelah tadi tercenung karena Excel tidak sadar memujinya.
"Boleh. Terserah kamu saja."
Zinni lega, karena Excel berbaik hati mengizinkan dia untuk mengambil barang di kost-an.
Jangan lupa dukungan dan vote nya ya bestie.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan