Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu yang menggodaku
"Hal..."
"Datang ke sini sekarang."
Tlut!
Marya menghela napas kasar, karna Kanzo langsung mematikan sambungan teleponnya, sebelum Marya sempat mengatakan apa pun. Dan handphon di tangannya kembali berbunyi, pertanda ada pesan masuk dari si buaya darat.
Cepat!
Begitulah isi pesan singkat yang mengandung makna berupa ancaman itu.
"Wid, aku pergi dulu." Marya memanyunkan bibirnya saat berdiri dari atas pasir.
Bukankah Kanzo sudah menghabiskan waktu berlibur bersama istri tercintanya. Ada apa lagi pria itu memintanya menemuinya?. Minta jatah? Huh! apa pria itu tidak ada capek dan bosannya?.
Sampai di depan sebuah pintu resort yang berada di atas permukaan pantai. Marya mengetuk pintu itu dengan pelan, setelah memastikan nomor resort itu dengan nomor yang ada di kertas yang di pengangnya.
Tak lama menunggu, pintu resort itu terbuka dari dalam. Menampakkan seorang pria bertubuh tinggi, putih, dengan wajah di tumbuhi brewok, tidak memakai baju sehingga menampakkan bulu bulu di dadanya.
"Masuklah" ucap pria itu.
Marya langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam resort yang terbuat dari kayu itu. Kanzo langsung menutup pintunya dan menguncinya rapat rapat.
"Aaaaa!" Marya menjerit saat merasa tiba tiba tubuhnya melayang di udara, Kanzo mengangkat tubuhnya.
"Siapa yang mengijinkanmu memakai baju seperti ini? Hah!" gemas Kanzo lalu melempar tubuh Marya ke atas kasur yang berada di kamar resort itu dan langsung menindihnya."Lihat ini!, apa ini?," Kanzo menunjukkan ujung baju Marya yang di ikat dengan karet rambut.
Marya tidak menjawab dan memilih mengalihkan wajahnya ke arah lain. Ia hanya istri cadangan, kenapa pula pria itu berlagak posesif.
"Kenapa harus di ikat? Hm!" gemas Kanzo lagi, berbicara dengan merapatkan gigi giginya sambil membuka ikatan baju itu.
"Dan ini juga! siapa yang mengijinkanmu memakai celana pendek seperti ini?."
Marya mengembangkan pipinya tanpa berniat untuk menjawab. Marya tidak menyangka jika pria itu akan memprotes pakaiannya.
Kanzo menghela napasnya saat memperhatikan penampilan Marya yang seperti gadis remaja. Ya Tuhan! istri mudanya itu terlihat sangat cantik dan menggemaskan sekali dengan wajah lembutnya.
"Jangan pernah memakai pakaian seperti ini lagi" ujar Kanzo berguling ke atas kasur di samping Marya, kemudian menarik baju wanita itu ke atas. Sungguh Kanzo tidak rela jika pria lain bisa melihat kulit perut dan paha istrinya itu. Marya miliknya, hanya dia yang boleh menikmati pemandangan indah itu.
"Pak Kanzo mau apa?." Marya menahan bajunya supaya tidak sampai lepas dari tubunya.
"Pertanyaan bodoh!" jawab Kanzo terus menarik baju wanita itu sampai terlepas dari tubuhnya. Refleks Marya menyilangkan ke dua tangannya di dada.
"Aku gak mau, aku masih ingin mengukuti acara lomba" tolak Marya saat Kanzo menarik celananya.
"Nanti kamu bisa mengikutinya." Kanzo menarik kedua tangan Marya dari dadanya, meletakkannya di atas kepala wanita itu, lalu mencium keningnya dengan hikmat." Sebentar saja" ucapnya terdengar parau.
Mabuat Marya pasrah dan tak bisa menolak saat pria itu mengecup mesra bibirnya. Perlahan lahan memberinya kenikmatan yang begitu Dahsyat.
Tidak di pungkiri, Marya juga menyukai rasa nikmat itu, meski melakukannya tanpa rasa cinta. Kanzo sangat menghargai setiap jengkal tubuhnya, membuatnya hanyut dalam buaian yang begitu syahdu. Tanpa sadar mencengkram punggung pria itu seirama dengan suara merdu yang keluar dari dalam bibirnya.
"Trimakasih" ucap Kanzo mengecup bibir wanita itu kilas, kemudian mengecup kening dan kedua pipinya bergantian, setelah mengakhiri permainannya.
Marya tidak membalasnya karna sibuk mengatur pernapasnya yang memburu.
Kanzo menjatuhkan tubuhnya di samping Marya, kemudian menarik beberapa lembar tissu dari atas nakas untuk melap peluh yang membasahi wajah wanitanya itu.
"Kali ini kamu sangat bergairah" ucap Kanzo mengulas senyumnya.
Blush!
Marya langsung menjauhkan wajahnya yang bersemburat merah. Jujur, selama seminggu ini, Marya sangat merindukan sentuhan pria itu. Katakan saja dia sudah gila, sentuhan Kanzo memang selalu berhasil membuatnya gila.
"Gak usah malu" Kanzo mengecup sekali lagi bibir wanita itu. Kemudian turun dari atas kasur, memungut pakaiannya yang berserak di lantai, lalu memakainya. Setelah itu, melangkahkan kakinya ke arah dinding kaca resort yang menghadap ke laut untuk membukanya. Sehingga angin sepoi sepoi langsung menerobos masuk ke dalam menyapu kulit mulus wanita yang masih berbaring di atas kasur itu.
Kanzo mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi santai yang berada di teras resort, kemudian menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya, sambil menyugar rambutnya ke belakang.
Sedangkan Marya yang masih berada di atas kasur, terus memperhatikan Kanzo. Menebak apa sebenarnya isi kepala pria itu, sampai tega menghianati istrinya. Padahal Kanzo memiliki istri yang cantik, lembut, baik dan juga ramah.
'Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu' batin Marya.
Tidak di pungkiri, Marya tidak bisa menolak pesona pria itu. Selain tampan, Kanzo selalu memperlakukannya dengan lembut, meski akhirnya pria itu selalu meninggalkannya.
Tok tok tok!
Mendengar pintu resort itu di ketuk dari luar, Kanzo langsung berdiri dari tempat duduknya. Melangkahkan kakinya ke arah pintu masuk resort untuk membuka pintu. Sedangkan Marya yang bergulung di bawah selimut, semakin menggulung tubuhnya sampai menutupi kepalanya.
"Ini pesanannya, Pak" ucap seorang pria yang berdiri di depan pintu setelah Kanzo membuka pintunya.
"Hm trimaksih."Kanzo menerima paper bag dari tangan pria itu, dan memberinya sedikit uang tip.
"Trimakasih kembali, Pak" balas pria itu dengan wajah sumiringah, langsung undur diri.
Kanzo menutup pintu itu kembali dan tidak lupa menguncinya. Melangkahkan kakinya ke arah kasur, meletakkan paper bag di tangannya di atas nakas.
"Kenapa menutup kepalamu?, kamu akan kesulitan bernapas" ujar Kanzo menarik selimut yang menutupi kepala Marya.
"Aku takut yang datang itu istrimu." Marya mengembangkan pipinya, cemberut.
"Kenapa kalau dia datang?. Aku yakin kamu pasti bisa melawannya." Kanzo mengulum senyum, lalu menarik tubuh Marya ke dalam pelukannya.
"Aku gak mau menjadi korban kemarahannya." Marya meneduhkan pandangannya ke arah Kanzo. Marya sangat takut akan hal itu, takut istri sah Kanzo mengetahui hubungan mereka dan Marya yang di salahkan, dan di tuduh menjadi pelakor.
"Itu sudah menjadi resikomu" Kanzo semakin melebarkan senyumnya.
bukh!
Marya kesal, ia pun memukul dada Kanzo yang menjadi tempat bersandarnya.
"Kamu yang menggodaku, menjeratku dalam pernikahan konyol ini" ucap Kanzo membalikkan fakta yang sebenarnya.
"Pak Kanzo yang menjeratku" geram Marya, berbicara dengan merapatkan bibirnya. Kanzo sangat menyebalkan.
"Hei! kau yang menggodaku." Kanzo malah semakin menjadi menggoda wanitanya itu.
"Pak Kanzo yang menjebakku, memanfaatkan kesusahanku!."
Bukh bukh bukh!
Marya memukul mukul gemas dada Kanzo, tidak terima di katakan telah menggoda pria tampan itu.
Kanzo tertawa cekikikan, dan menangkap kedua tangan Marya yang terus memukuli dadanya.
"Pak Kanzo sudah menghancurkan masa depanku" lirih Marya dengan bibir bergetar, menatap Kanzo dengan mata berkaca kaca." Aku sudah tidak punya masa depan lagi. Pak Kanzo sudah menghancurkan impianku" lirih Marya lagi.
Kanzo terdiam, menelan air ludahnya bersusah payah. Melihat raut wajah Marya yang terlihat begitu sedih dan hancur.
*Bersambung.
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab