Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Verrint berjalan di koridor sebuah rumah sakit tempat Mia di rawat. Langkah Verrint terlihat sedikit terburu-buru, sepertinya Verrint ingin segera melihat keadaan Mia saat ini.
Dari jauh Verrint melihat orang-orang yang sudah tidak asing untuk Mia. Verrint melihat kedua orang tua Mia, adik Mia dan tentu saja Izan. Disana pun terlihat beberapa teman Mia dan Izan. Verrint pun kemudian mendekati mereka untuk memastikan keadaan Mia. “Zan!” panggil Verrint.
“Eh Rint, kamu udah dateng?” ucap Izan.
Verrint hanya menggangukkan kepalanya. “Mia gimana?” Tanya Verrint.
Izan tidak menjawab pertanyaan Verrint, Izan malah terdiam dan wajahnya pun terlihat sedikit tegang.
“Zan, Mia gak pa-pakan?” Tanya Verrint memastikan.
Izan kemudian menarik nafasnya. “Tadi Mia sempet kritis, dan sekarang lagi di periksa sama dokter.” Jawab Izan lirih.
Badan Verrint pun langsung terasa lemas, wajah Verrint pun sontak berubah tegang dan panic. Verrint memegangi keningnya, rasa bersalah pun kembali menghampirinya. Air mata Verrint pun menetes di pipi Verrint. “Ini salah aku.” Ucap Verrint lirih.
“Rint, please jangan salahin diri kamu!” ucap Izan. “Walaupun kamu terus-terusan nyalahin diri kamu, itu gak akan ngebantu apa-apa Rint.” Sambung Izan. “Harusnya kamu kasih Mia semangat, supaya dia bisa terus bertahan!”
Air mata Verrint terus menetes di pipinya. Verrint berusaha menguatkan dirinya agar bisa terus memberi Mia semangat.
Tangan Izan pun menyeka air mata yang jatuh di pipi Verrint. “Udah yah, gak usah nangis lagi!” ucap Izan.
“Jadi dia yang bikin Mia kayak gini?” terdengar suara menyalip pembicaraan Verrint dan Izan. “Gue gak nyangka Zan, elo lebih milih cewek kayak dia di banding Mia.” Ucap seorang gadis.
“Elo ngomong apa sih?” tanya Izan.
“Udah deh Zan, satu sekolah udah tau kok kalo Mia kecelakaan gara-gara Mia tau kalo elo selingkuh.” Jawab gadis itu lagi.
Verrint semakin tersudut, nyalinya ciut mendengar ucapan gadis itu.
“Elo masih berani datang kesini, setelah apa yang elo buat sama temen gue?” tanya gadis itu sinis.
“Udah deh Vit, elo gak usah bikin suasana tambah gak enak!” sela Izan.
“Masih aja elo ngebelain cewek yang udah nyelakain pacar lo.” Ucap gadis itu.
Verrint kembali meneteskan air matanya, Verrint menyadari kedatangannya sangat tidak diinginkan. Kaki Verrint kemudian perlahan melangkah mundur dari tempatnya. Tapi sebelum sempat Verritn pergi dari tempat itu Izan telah menahan Verrint untuk pergi.
“Kamu mau kemana Rint? Udah kamu disini aja!” ucap Izan. “Aku yakin Mia lebih ngebutuhin kamu dari pada dia.” Sambung Izan.
“Zan, elo tuh apa-apa sih. Elo sadar dong, buka mata lo. Cewek ini yang udah bikin pacar lo masuk rumah sakit.” Ucap gadis itu.
“Bukan dia yang bikin teh Mia masuk rumah sakit.” Sela Diandra adik semata wayang Mia.
“Maksud lo apa sih Dee?” tanya gadis itu.
“Semalem teh Mia sempet sadar, dan dia sedikit cerita sama gue tentang kecelakaan itu.” jawab Diandra.
“Apa, semalem Mia sadar?” tanya Izan. “Kenapa elo gak ngabarin gue Dee? Mia bilang apa sama lo?” sambung Izan.
“Teh Mia bilang, dia baru sadar kalo dia udah jadi penghalang antara Izan sama Irrint. Dan dia bilang, jangan salahin Irrint dalam masalah kecelakaan ini. Yang bikin teh Mia masuk rumah sakit adalah mobil itu.” ucap Diandra. “Jadi yang harus disalahin adalah orang yang udah nabrak teh Mia.” Sambung Diandra.
Hati Verrint sangat tenang setelah mendengar cerita dari adik Mia. Verrint yakin kalau Diandra tidak mungkin berbohong.
Tak lama kemudian keluar seorang dokter dari dalam ruangan tempat Mia di rawat. Semua orang yang berada di depan ruang rawat Mia pun langsung menghampiri dokter itu. Wajah yang cemas dan gelisah terpancar dari setiap wajah kerabat dekat Mia.
“Dok, bagaimana keadaan putri saya?” tanya Mama Mia dengan keadaan cemas.
“Keadaan pasien sekarang masih koma. Kita hanya bisa menunggu keajaiban datang, jika pasien bisa melewati koma, berarti pasien bisa sembuh. Tapi kemungkinan itu sangat tipis. Saya berharap semua bisa membantu kami dengan doa untuk kesembuhan pasien.” Tutur sang dokter.
Semua orang mendadak paru-parunya sesak, jantung pun terasa ikut berhenti sejenak, rasanya setelah mendengar ucapan dari dokter itu semua orang jadi sulit untuk bernafas. Tak lama dokter mengizinkan orang tua Mia menjenguknya. Tapi kerena keadaan Mia yang masih belum stabil dan masih dalam keadaan koma, dokter hanya mengizinkan dua orang yang boleh memasuki ruang perawatan dan terus seperti itu selanjutnya.
Setelah Diandra dan teman Mia keluar dari ruang perawatan Mia, Verrint dan Izan pun kemudian memasuki ruangan itu. Verrint sangat sedih dan tertekan melihat keadaan Mia saat ini. Verrint sungguh prihatin dengan keadaan Mia yang seperti ini. Air matanya pun tidak bisa dibendung dan terus mengalir ke pipinya.
Izan hanya bisa menahan haru yang dalam di hatinya. Dia sungguh sedih melihat kekasihnya terkapar tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Izan merasa perilakunya selama ini terhadap Mia sangat kurang baik. Tapi dilain pihak, Izan pun tak kuasa melihat Verrint yang tertekan dalam rasa bersalah yang besar. Mia adalah kekasih Izan, walaupun rasa sayangnya pada Mia sudah memudar. Dan Verrint adalah orang yang sangat dicintai Izan. Tapi saat ini Izan tidak bisa mengabaikan Mia begitu saja. Bagaimana pun juga Mia adalah kekasih Izan, dan Mia saat ini sangat butuh perhatian dari Izan.
Saat ini yang dibutuhkan oleh Mia adalah doa dari orang-orang terdekatnya. Mungkin dengan doa dari orang-orang terdekat, Mia bisa mendapatkan mukjizat dengan kesembuhannya.
Verrint memegang tangan Mia yang terkapar lemas diatas ranjangnya. Air mata Verrint terus menetes di pipinya. Mungkin tidak ada kata yang tepat saat ini selain kata maaf yang ingin diucapkan Verrint pada Mia. “Mi, maafin aku. Aku bener-bener gak pengen ini semua terjadi. Kalo aja posisi kita bisa dituker, aku bersedia tuker tempat sama kamu, Mi.” Ucap Verrint dengan berlinang air mata.
“Kamu ngomong apa sih Rint?” tanya Izan tidak rela. “Aku yakin, Mia gak akan mau tuker tempat sama kamu. Karena aku yakin, Mia sayang sama kamu. Dan dia gak mau liat temennya menderita.” Sambung Izan.
“Aku juga gak tega liat temen aku menderita Zan.” Jawab Verrint dengan penuh sesal.
“Aku juga gak akan tega liat kamu menderita, Rint. Liat kamu yang tiap hari nangis aja aku gak tega, apa lagi aku liat kamu terkapar kayak Mia sekarang.” Ucap Izan. “Udahlah Rint, aku udah cukup tersiksa liat keadaan Mia sekarang, jadi tolong jangan bikin aku tambah menderita liat kalian berdua!” pinta Izan.
“Zan...” panggil seseorang dengan suara yang lirih dan lemah.
“Mia...” ucap Izan dan Verrint kaget.