Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. RSK
Diruang tamu, Close sedang duduk di sofa menunggu Azzura. Karena hari ini keduanya diminta ke kediaman momy Liodra.
"Lama banget sih!" bentak Close setelah melihat Azzura melewati ruang tamu.
"Aku nggak memintamu menungguku. Ngapain juga kamu repot-repot menunggu. Toh, kamu bisa pergi duluan lalu memberi alasan pada momy. Lagian selama ini kita selalu jalan sendiri-sendiri!" sarkas Azzura lalu meninggalkan sang suami.
Jleb ....
Close beranjak dari sofa. Dengan perasaan geram ia menyusul Azzura lalu menarik tangan sang istri dengan kasar.
"Kamu apa-apaan sih?!" bentak Azzura kemudian menghempas tangan suaminya. "Kenapa?! Kamu ingin menamparku lagi? Menarik rambutku lalu membenturkan ke tembok! Ayo lakukan, karena kamu seakan puas setelah menyiksaku!" pungkas Azzura karena Close sudah mengangkat tangan.
Close bergeming menatap sepasang mata indah Azzura. Rahangnya mengetat lalu perlahan menurunkan tangan. Ia menghampiri mobil lalu membuka pintu.
"Masuk!" perintahnya pada Azzura. Namun Azzura bergeming enggan. "Aku bilang masuk!"
Azzura tetap bergeming enggan. Akhirnya Close menghampiri sang istri. Menarik tangannya menuju mobil sekaligus memaksanya duduk di kursi mobil.
Setelah itu, ia kembali mengitari mobil kemudian duduk di kursi kemudi. Tanpa banyak kata, Close mulai melajukan kendaraannya menuju rumah momy Lio.
Di sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan di antara keduanya. Pandangan Azzura terus mengarah ke jendela mobil.
Sesekali Close melirik gadis berhijab itu. Benaknya bertanya-tanya karena setiap hari Azzura selalu pulang larut malam. Padahal sang istri selalu mengambil shift pagi dan beralasan ia kerja lembur.
'Sepertinya aku harus cari tahu, ke mana sebenarnya dia? Kenapa setiap malam dia selalu pulang selarut itu,' batin Close.
Ting ...
Satu notifikasi pesan masuk ke aplikasi WA Azzura. Senyumnya langsung mengembang ketika membaca pesan dari Yoga.
✉️: Zu, sebentar siang aku dan Nanda akan menjenguk ibu. Apa kamu nggak ingin memasak sesuatu untuk dibawa kemari?
✉️: Sepertinya kalian kurang beruntung, besok-besok saja, ya. Tapi, jangan khawatir aku akan membeli sesuatu buat kalian nanti.
Setelah membalas pesan itu, Azzura menghela nafas. Sedangkan Close terlihat kesal.
*********
Setibanya di kediaman Momy Lio. Close ingin menggenggam jemari Azzura. Namun, dengan secepat kilat sang istri menepis.
Sontak saja penolakan Azzura kembali membuat Close kesal bukan kepalang. Entah mengapa Azzura merasa jijik pada suaminya sendiri.
Bukan tanpa alasan, karena ia sering memergoki suaminya itu berciuman panas di ruang tamu bahkan keduanya hampir telanjang.
Tak jarang pula Azzura sering mendengar suara laknat keduanya sedang berhubungan intim ketika ia pulang dari rumah sakit.
Buntut dari perbuatan itu, Azzura semakin jijik pada suaminya sendiri. Entah apa maksud dari Close. Apakah ingin membuat sang istri sakit hati atau cemburu? Hanya suaminya itu yang tahu.
"Assalamu'alaikum," ucap Azzura lalu membuka pintu tanpa memperdulikan Close.
"Waa'laikumsalam, Nak. Close mana?" tanya Momy.
"Masih di luar Mom, bentar lagi dia menyusul," jawab Azzura dengan seulas senyum.
"Azzura, kamu sudah datang, Nak?" sapa Daddy.
"Iya baru saja, Daddy."
Sesaat setelah berada di ruang keluarga, Gisel yang sedang menonton langsung tersenyum ke arah Azzura.
"Zu, ayo kemari," panggil Gisel.
Azzura menurut kemudian ikut duduk di samping Gisel. "Kamu pasti penggemar drakor?" tebak Azzura.
"Ya gitu deh," jawab Gisel. Keduanya tertawa. Sedetik kemudian Momy memanggil Azzura.
"Sebentar, Momy memanggilku," izin Azzura. Ia menghampiri sofa lalu duduk di samping sang mertua.
"Ada apa Mom?
"Azzura, sudah enam bulan kalian menikah, kapan kamu akan memberi momy dan Daddy cucu?"
"Gimana mau ngasih momy dan daddy cucu, dianya mandul!" sahut Close dengan spontan.
Bugh ....
Dada Azzura seperti dihantam batu. Tuduhan keji itu membuatnya seperti wanita yang tak berharga.
Tak pelak, ucapan Close membuat momy juga daddy langsung mengarahkan pandangan mereka kepada putra sulungnya.
Sedangkan Azzura menundukkan wajah sembari menggenggam jemari sang mertua.
"Maafkan aku, Momy," sesal Azzura. Sebisa mungkin ia menahan air mata serta bersikap tegar.
"Mom, Dad, maafkan aku. Close benar, aku memang mandul itulah mengapa sampai detik ini aku tak kunjung hamil. Aku sudah siap berpisah serta ikhlas melepas putra kalian. Kapan pun begitu juga dengan Close," pungkas Azzura
Deg!
Ucapan Azzura cukup membuat Close terkejut. Jauh dalam sudut hatinya ia seolah tidak ingin melepasnya begitu saja.
"Sayang, kamu bicara apa sih? Kami nggak masalah, lagian kalian bisa mengadopsi anak," saran Momy.
"Tapi, tetap saja berbeda Mom," balas Azzura.
"Nggak apa-apa, Nak. Momy percaya mukjizat itu ada. Segala kemungkinan bisa saja terjadi," lanjut Momy kemudian mengelus pipi Azzura.
Obrolan keluarga kecil itu terus berlanjut sambil menikmati beberapa cemilan yang telah Momy siapkan.
Menjelang siang, Azzura membantu Momy menyiapkan makan siang. Sesekali ia melempar candaan pada sang mertua.
"Mom."
"Ada apa, Nak."
Azzura menatap Momy lalu memeluknya dengan erat. "Maafkan aku, Mom. Maaf, karena aku nggak bisa memberikan Momy cucu seperti wanita sempurna lainnya. Aku sudah siap bercerai jika Momy memintanya." Azzura kini terisak dalam dekapan sang mertua.
Momy terenyuh mendengar ucapan Azzura sembari mengelus punggungnya dengan sayang.
"Azzura, momy percaya kamu itu nggak mandul, hanya saja Tuhan belum mempercayai kalian untuk memiliki momongan," tutur momy sekaligus menyemangatinya.
Tanpa keduanya sadari, sejak tadi Close tak sengaja mendengar percakapan itu. Untuk yang pertama kalinya, Close memergoki Azzura menangis dalam pelukan sang Momy.
Niatnya untuk mengambil air minum, terpaksa ia urungkan. Close memilih naik ke kamarnya. Ada perasaan bersalah setelah secara spontan ia menuduh istrinya itu mandul. Sedangkan ia sekalipun tak pernah meniduri Azzura.
*******
Setelah selesai menyantap makan siang bersama sekaligus bersantai sejenak, akhirnya Close dan Azzura berpamitan.
"Azzura, jangan berlarit sedih ya, Nak. Berusahalah, momy percaya kamu bakal hamil," kata momy.
"Terima kasih, Mom." Azzura menatap daddy dan Gisel lalu mengulas senyum. "Dad, Gisel, aku dan Close pamit, ya."
Gisel dan daddy mengangguk sekaligus membalas senyuman Azzura.
"Mom, Dad, Gisel, kami pulang dulu," pamit Close.
"Iya, Nak. Jika kalian ada waktu sering-seringlah main ke sini," pinta Momy.
...****************...
Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏. Like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘