Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah Untuk Nufus
"Ma, anak aku cowok apa cewek?" Ia bertanya karena tadi saat bidan mengumumkan, kesadarannya setengah melayang antara lelah dan lega. Ia tidak sempat benar-benar menyimak. Namun yang menjawab justru ayahnya.
"Perempuan, tapi..."
"Tapi apa, Pa?"
"Tapi bo'ong." Si bapak nyengir. "Cucu Papa laki-laki. Ganteng sekali, tidak beda jauh dengan kakeknya ini."
Nadia yang tadinya tegang, langsung mencebik. Kalimat ayahnya yang menggantung kirain ada apa, ternyata cuma ngeprank saja. Bayi itu diserahkan ke dalam gendongan Nadia. Wanita itu melihat sang bayi mirip sekali dengan Xadewa. Nadia senyum karena teringat petuah ibunya dimana anak pertama mirip siapa, disitulah orang tersebut jatuh cinta lebih dulu.
Bang Dewa ternyata yang jatuh cinta lebih dulu ke aku. Tapi kayaknya nggak pernah menyatakan cintanya. Eh, apa udah pernah ya? Tapi sepertinya Bang Dewa belum bilang aku cinta kamu.
Di tempat lain, Xadewa pun diliputi perasaan yang sama. Begitu berhasil mengetahui kabar bahwa Nadia baik-baik saja dan telah melahirkan dengan selamat, perasaan lega dan bahagia membuncah dalam dadanya. Ia tidak sabar ingin segera bertemu putranya. Ia juga ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada kedua orangtuanya dan kepada Nufus.
Namun, beberapa saat kemudian justru Xadewa seakan disambar petir di siang bolong. Kabar mengejutkan orangtuanya dijatuhi hukuman mati telah sampai ke telinganya. Nafasnya mendadak berat. Meski jauh di lubuk hati ia sudah menduga hukuman untuk mereka tidak akan ringan, tetap saja kenyataan ini menghantamnya keras.
Kini dua peristiwa besar mengelilingi Xadewa dalam waktu bersamaan. Kelahiran sang buah hati dan kematian orang-orang yang paling ia cintai.
...***...
"Ini tidak mungkin." Jantung Licy seraya mau jatuh sewaktu putusan pengadilan memvonis dirinya dan Angin hukuman mati. Sampai sekarang vonis itu masih terngiang-ngiang di kepala. Segala cara ia sudah coba, tapi keputusan tetap yang terburuk menimpa. Ini benar-benar akhir baginya, dan dia bahkan tidak bisa mengungkap kata-kata seperti sebelumnya yang selalu mengungkapkan apa yang dia rasa lewat kata-kata.
Tangannya gemetar. Keringat dingin keluar. Dengan meninggalkan dunia ini, itu artinya dia akan berpisah dengan Xadewa selamanya. Itulah yang membuat Licy merasa takut.
Angin, pria paruh baya itu hanya duduk terdiam. Dari luar ia tampak tenang, namun ketenangan sejati hanyalah rahasia antara dirinya dan Tuhan. Hatinya menyadari bahwa inilah akhir dari perjalanannya, sebuah jalan yang baru sekarang ia sadari telah salah ia tempuh.
Dengan sisa waktu yang tidak banyak, Angin mengajukan sebuah keinginan, meski ini bukan hari terakhirnya. Ia memilih untuk menyampaikan keinginan terakhirnya sebelum ditanya.
Beberapa saat kemudian, keinginannya terkabul. Ia ingin dipertemukan dengan putranya. Pintu terbuka, Angin menoleh ke arahnya. Matanya terpaku pada setiap langkah putranya yang mendekat.
"Nufus, putraku," lirih Angin.
Nufus tercekat, bingung harus berkata apa. Akhirnya, ia menyebut Angin bukan dengan sebutan Tuan, melainkan Ayah.
"Ayah."
Tanpa ada yang meminta, mereka langsung berpelukan, mengikuti insting perasaan masing-masing. Angin menepuk-nepuk punggung Nufus dengan mata berkaca-kaca. Sementara Nufus merasakan euforia aneh yang bergelora di dada. Jadi begini rasanya punya ayah?
"Maaf, maaf atas segala derita yang kamu lewati selama ini," ujar Angin. Nufus terdiam.
"Hanya itu saja yang ingin aku katakan padamu. Tidak ada lagi kalimat lain yang pantas aku ucapkan. Karena aku adalah seorang ayah yang gagal untukmu," lanjut Angin.
Pelukan terlepas, Nufus menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak memaafkanmu, Ayah."
Angin terhenyak mendengar ucapan Nufus. Tapi ia tahu, itu memang layak diterimanya. Tidak ada pembelaan yang pantas dari seorang ayah yang telah menelantarkan anaknya. Bahkan untuk sekadar rasa tanggung jawab pun ia tidak pernah punya.
Angin tetap tersenyum meski sorot matanya kosong dan nanar. Ada kegelisahan yang tidak bisa ditepis, pergi tanpa mendapat maaf adalah beban yang terlalu berat. Dosa-dosanya terlalu banyak menurutnya.
"Aku tidak bisa memaafkan ayah, jika ayah tidak memberikan aku waktu untuk bersama ayah di sini. Nggak lama, hanya butuh sehari semalam saja."
Angin yang tadinya frustasi kini ada secercah harapan. Angin semangat untuk mengiyakan karena tak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Tentu ayah mau."
Nufus tersenyum. "Selama satu hari tersebut, aku akan ceritakan perjalanan hidupku ke ayah."
Hati Angin mencelos. Baiklah, dia akan mendengarkan salah dosanya terhadap anak kandungnya yang satu ini.
Nufus pun menceritakan perlahan-lahan dari dimana dirinya melihat dunia sampai detik ini. Angin mendengarkan cerita anaknya tersebut tidak ada senangnya sama sekali. Dari bayi dibuang sampai akhirnya dia dipenjara demi sang kakak juga karena merasa hidup nya tiada arti dan tujuan jadi ia habiskan seperti ini saja.
Angin terdiam berfikir. Dia kepikiran untuk memberikan nufus sesuatu yang berharga di seumur hidupnya. Harta memang sudah tak lagi punya karena seluruh disita. Tapi dia rasa ada sesuatu yang masih bisa ia berikan sebelum terlambat.
"Nufus, aku mau memberikan sesuatu untukmu."
Mendengar itu Nufus langsung menyimak, "Apa itu?
"Sebuah Pelajaran agar kau bisa hebat juga seperti Xadewa. Agar kalian sama, dan tidak ada yang berbeda anatara yang kuat dan lemah. Juga ada satu hal lagi." Angin beranjak berdiri.
Bersambung.
"Kamu salah orang... salah orang.. kamu salah orang...
lah gw jadi nyanyi /Facepalm/
tpi ini beda,,,
Kekurangan seseorang dijadikan bahan ledekan
kalo aku ngrasa plotnya ngebut sih di cerita ini
namanya Xander bukan
Jika Xadewa jadi seorang ayah, Nufus malah diakui oleh sang ayah
Tapi, Nufus pantas dihargai