Dinda, 24 tahun, baru saja mengalami patah hati karena gagal menikah. Kehadiran seorang murid yang bernama Chika, sedikit menguras pikirannya hingga dia bertemu dengan Papa Chika yang ternyata adalah seorang duda yang tidak percaya akan cinta, karena kepahitan kisah masa lalunya.
Akankah cinta hadir di antara dua hati yang pernah kecewa karena cinta? Mampukah Chika memberikan seorang pendamping untuk Papanya yang sangat dia sayangi itu?
Bila hujan tak mampu menghanyutkan cinta, bisakah derasnya menyampaikan rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Mall
Siang itu sepulang mengajar, Dinda langsung mengendarai motornya menuju ke sebuah mall, yang tidak jauh dari sekolah tempatnya mengajar.
Dia berniat akan mencari hadiah ulang tahun untuk Alena, anak temannya nya, Fitri.
Beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun Alena, sebagai seorang teman baik, Dinda tidak enak kalau tidak datang ke undangan ulang tahun temannya itu.
Setelah sampai di mall, Dinda langsung menuju ke toko mainan anak-anak.
Beraneka macam mainan anak-anak ada di toko yang cukup besar itu, Dinda mulai memilih-milih hadiah mana yang cocok untuk Alena yang baru berusia 3 tahun itu.
Mata Dinda tertuju pada sebuah boneka lucu dan bagus yang terpajang di salah satu rak di toko mainan itu.
Dinda tertarik untuk membelinya, namun dia mengurungkan niatnya ketika melihat harga boneka itu yang dirasa sangat mahal baginya.
"Duh, harga boneka ini cukup untuk aku makan selama satu minggu!" gumam Dinda.
Akhirnya Dinda mengurungkan niatnya untuk membeli boneka itu, lalu dia mencari-cari mainan yang lain.
"Bu Dinda!" Panggil seseorang di belakang Dinda.
Suaranya sudah sangat familiar di telinga Dinda, Dinda langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
"Eh Chika! Chika pulang sekolah langsung ke mall ya? Chika sama siapa?!" tanya Dinda pada saat melihat ternyata Chika yang memanggilnya.
"Sama papa dong! Tuh Papa lagi berdiri di situ!" sahut Chika sambil menunjuk ke arah Dio, papanya yang sedang berdiri sambil melipat tangannya di depan dada, tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Kemudian Dio melangkah mendekati Dinda dan Chika, Dinda jadi merasa tidak enak, entah kenapa siang ini dia begitu salah tingkah dihadapan papa nya Chika.
"Selamat siang Bu Dinda, kebetulan ya kita ketemu di sini, Bu Dinda sedang cari apa?" tanya Dio sambil tersenyum manis.
"Ehm, Saya sedang mencari kado untuk anak teman saya yang ulang tahun!" jawab Dinda.
"Sama dong! Aku dan Papa juga sedang mencari kado ulang tahun!" celetuk Chika.
Kemudian Chika mengambil salah satu boneka di rak yang tidak jauh dari situ.
Boneka itu adalah boneka yang sejak awal sudah dipilih Dinda, cuma karena harganya mahal, Dinda tidak jadi untuk membelinya.
"Papa! aku mau kasih yang ini saja ya!" kata Chika sambil menunjuk boneka itu kearah Papanya.
"Ya, Pilihlah sesukamu sayang!" sahut Dio, kemudian dia menoleh kearah Dinda.
"Bu Dinda mau memberikan kado yang mana?" tanya Dio.
"Pak Dio dan Chika duluan saja! Saya masih mau melihat-lihat dulu!" jawab Dinda.
"Aku mau menemani Bu Dinda pilih kado dulu! Habis itu aku mau ajak Bu Dina main di wahana permainan! boleh kan Pa?!" tanya Chika sambil menoleh kepada Papanya.
"Tentu saja boleh! Dengan senang hati papa akan menemani kemanapun Chika mau!" jawab Dio dengan santainya.
"Yeeeaaaay!!" Chika bersorak kegirangan.
Dinda semakin bingung dan salah tingkah, pasalnya dia juga belum menemukan kado yang akan dibelinya.
Dinda butuh waktu untuk mencari-cari hadiah yang pas dan sesuai dengan kantongnya, tidak enak juga kalau dia harus memilih kado ditemani oleh Chika dan Papanya.
"Ehm, kalau begitu lain waktu saja deh saya beli kadonya, nanti kalian akan menunggu lama!" kata Dinda.
"Kenapa harus menunggu nanti? Bukankah kau datang ke mall ini untuk membeli hadiah? Pilihlah mana yang kau suka, biar aku yang akan membayarnya sekalian!" ujar Dio.
"Eh, jangan pak!" sergah Dinda.
Tiba-tiba Chika menyodorkan boneka yang dipegangnya dari tadi itu kearah Dinda.
"Ini buat Bu Dinda saja, aku mau membelikan yang lain! Aku ingin membelikan itu!" kata Chika sambil menunjuk ke sebuah sepeda cantik dengan motif Hello Kitty dan bernuansa warna pink.
"Bu Dinda, Bu Dinda suka dengan boneka ini?" tanya Dio sambil menunjuk boneka yang Dinda pegang, karena Chika yang memberikannya.
Dengan sedikit ragu, Dinda menganggukkan kepalanya, karena memang sejak awal dia sudah memilih boneka itu.
"Mbak! Tolong bungkus boneka ini dengan kertas kado yang paling bagus, juga sepeda itu!" seru Dio sambil memanggil salah seorang pelayan toko itu.
Pelayan toko itu langsung dengan sigap datang dan membungkus boneka dengan kertas kado yang bagus juga sepeda yang dipilih Chika tadi.
"Pak Dio, nanti saya akan membayar boneka itu!" kata Dinda.
"Untuk apa kau membayarnya? Apa yang pernah aku berikan, tidak mungkin aku akan menerima sepeser uangmu! Sudah kau terima saja!" tukas Dio.
"Iya Bu Dinda! Uang Papaku kan banyak, tidak akan habis-habis dipakai!" timpal Chika.
Dinda semakin tidak enak dengan situasi ini, kalau tahu begini, dia pergi ke toko mainan biasa saja, tidak usah pergi ke mall.
Setelah Dio membayar semuanya, mereka kemudian keluar dari toko mainan itu.
Chika terlihat sangat gembira sekali, Dia berjalan diantara Dio dan Dinda dengan menggandeng tangan mereka, sesekali Chika berayun di antara tangan mereka, seolah ia memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia.
Dio tidak banyak bicara, begitu juga Dinda, entah mengapa mereka saling canggung satu dengan yang lain.
Sedari tadi mereka hanya mendengar celotehan Chika, yang bercerita tentang apapun, meluapkan kegembiraan hatinya.
"Papa! Papa kurang romantis ih! kasih kek Bu Dinda bunga! Kayak yang di film-film itu!" celetuk Chika tiba-tiba.
"Eh! kok Chika begitu ngomongnya?!" sergah Dinda cepat-cepat.
"Tapi Bu Dinda senang kan kalau dikasih bunga sama Papa?!" sahut Chika.
Wajah Dinda langsung memerah, anak ini benar-benar membuat Dinda tak berkutik di buatnya.
"Papa lapar Chika! Yuk kita cari makan!" ajak Dio tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
Chika menganggukkan kepalanya senang, kemudian mereka berjalan menuju ke sebuah restoran yang ada di mall tersebut.
Mau tidak mau Dinda ikut bergabung dengan mereka, karena tidak mungkin juga dia tiba-tiba pergi meninggalkan mereka tanpa alasan.
Dio mulai memilih menu makanan yang ada di restoran itu, hampir semua menu andalan dia pesan, mereka makan sepuasnya.
Dinda semakin canggung dengan situasi ini, rasanya dia ingin berlari saja atau menghilang ditelan Bumi.
Pasalnya Dio itu tipikal laki-laki yang dingin dan cuek, tidak suka banyak bicara walaupun mungkin hatinya baik, tidak seperti pria kebanyakan yang sering kali gombal dan pandai merangkai kata.
Tiba-tiba dari arah belakang meja mereka, terdengar suara tepuk tangan dari seorang pria, yang tiba-tiba datang dan melangkah mendekati mereka.
Pria itu adalah Ken, yang kebetulan juga ada di restoran ini, dia datang dengan senyum yang sulit untuk di artikan.
"Bagus Dinda! Pantas saja kalau selama ini menghindariku! Rupanya kau mulai dekat dengan laki-laki itu, si duda beranak satu!" seru Ken.
Beberapa orang yang yang ada di restoran itu menoleh kearah mereka.
"Hai Om jahat! Jangan ganggu kami ya! Atau aku laporkan sama Pak satpam!" sentak Chika dengan berani.
Ken semakin tertawa terbahak-bahak.
Bersambung ...
****
Jangan lupa like nya ya guys ...😊😘
Trimakasih 🤗👌