Dikhianati menjelang hari pernikahan membuat Zola Amaria meradang. Untuk menuntaskan rasa kecewanya, ia pun berakhir di sebuah club' malam bersama temannya. Hingga kejadian tak terduga pun terjadi, ia terlihat one night stand dengan seseorang yang tak terduga. Yang lebih parah, setelah kejadian itu, ia terus menerus dikejar pria itu untuk menuntut pertanggungjawaban.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Jangan lupa tap love untuk mengikuti cerita selanjutnya, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.21Menikahlah denganku
Zola kini tengah bersiap-siap untuk pulang, begitu pula Keira dan Roland. Hanya tinggal hitungan menit saja, waktu bekerja pun habis.
"Zo, jalan-jalan yuk?" ajak Keira.
"Nggak ah, Kei, lagi bad mood." sahut Zola singkat.
"Yah Zo, ayo dong, sekali-sekali refreshing kek." ujar Keira mencoba membujuk Zola.
"Sorry banget, Kei. Badan aku lagi nggak enak banget ini, pingin istirahat."
"Kamu sakit, Zo?" tanya Roland seraya menempelkan punggung tangannya di dahi Zola.
"Nggak, Land. Paling cuma lelah aja." ucap Zola seraya menurunkan tangan Roland dari dahinya. "Gini aja, Land kamu temenin Keira jalan-jalan ya! Please! Aku nggak bisa soalnya." ucap Zola seraya menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
Roland yang tak enak hati menolak permintaan Zola pun terpaksa mengiyakan.
"Yeay, thanks ya Zo, kami pergi dulu ya!" ucap Keira seraya menarik tangan Roland. Mereka pun pergi terlebih dahulu, meninggalkan Zola yang masih membereskan beberapa barangnya.
Setelah semua dirasa beres, Zola pun segera menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Namun, baru saja lift hendak menutup, tampak sebuah tangan kekar yang menghentikan pintu itu tertutup. Zola mendongak menatap siapa sosok yang menghalangi pintu itu tertutup.
Seketika mata Zola memicing lalu mendengus kesal saat melihat sosok tinggi gagah itu. Sosok yang pernah ada dalam hidupnya dan pernah sangat ia cintai, namun kini sebaliknya, ia sangat membenci sosok itu.
Malas melihat sosok itu, Zola langsung menghentikan pintu lift yang hampir tertutup. Namun, baru saja ia hendak keluar, cengkraman dari tangan Regan justru menghentikan langkahnya sehingga pintu lift tertutup. Zola lantas menghentakkan tangannya agar cengkraman tersebut terlepas.
"Lepasin!" sentak Zola. " Mau apa lagi sih kamu, Re? Belum puas kamu mau nyakitin aku, hah?"
"Zo, please, maafin aku! Aku tau aku bersalah. Itu aku lakukan karena aku terlalu mencintai kamu, Zo. Aku nggak mau kehilangan kamu." ucap Regan dengan wajah memelas.
"Cinta? Jangan bilang cinta kalau kamu berani menduakanku! Dan aku sudah berkali-kali mengatakannya padamu bahwa aku tidak bisa menerima pengkhianatan. Jadi terima saja resikonya."
"Zo, tolong beri aku satu kesempatan lagi! Aku janji, aku takkan mengulangi kesalahanku."
"Tidak ada kata kesempatan kedua bagiku." tukas Zola yang bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.
Zola melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu basemen, tapi lagi-lagi Regan menghentikan langkahnya.
"Stop, Re! Kalau kamu memang mencintai aku , tolong jangan ganggu aku lagi!! Bisa?"
"Nggak ... nggak, Zo. Aku nggak bisa."
"Zola ..." pekik Clara yang entah datang dari mana. Do belakangnya ada beberapa karyawan Shoppa Lova.
Clara menatap Zola dengan wajah sendu bahkan sudah hampir menangis membuat Zola jengah.
"Kau bilang kau sudah melepaskan Regan, tapi kenapa kau masih menggodanya? Kau munafik, Zo!"
"Tanya pada si brengs*k ini, siapa yang menggoda siapa, jangan asal bicara."
"Tidak mungkin Regan menggodamu karena Regan akan segera menikah denganku. Aku yakin, kau pasti memaksanya kembali padamu kan karena itu dia jadi tidak mempedulikan aku. Kamu jahat ,Zo, padahal kamu tau, aku sedang mengandung anak Regan." ujar Clara dengan wajah sudah banjir air mata.
Zola terkekeh mendengar ucapan Clara, "Dengarkan aku Cla, bukankah aku sudah bilang sebelumnya, apa yang sudah aku buang, tidak akan pernah aku pungut kembali. Silahkan saja ambil Regan, aku sudah tidak berminat lagi dengannya."
"Zo ..." desis Regan.
"Stop, Re! Ini kan yang kau mau? Mempermalukan aku? Cara licik apa lagi yang akan kalian mainkan, hah!"
"Zo, aku tahu aku salah, maafkan aku karena merebut Regan darimu, itu karena aku terlalu mencintai Regan. Aku mohon, lepaskan Regan. Kamu pasti nggak tega kan liat keponakan mu lahir tanpa ayahnya." Isak Clara sambil memeluk tubuh Zola.
Zola merasa aneh, seumur hidupnya, Clara tidak pernah bersikap seperti ini. Memeluk? Aneh, pikir Zola.
"Kau tak perlu memohon padaku Cla, bukankah aku sudah melepaskan Regan untukmu." ucap Zola dengan tangan berusaha melepaskan pelukan Clara, tapi entah bagaimana tiba-tiba Clara terjatuh ke lantai dan meringis kesakitan.
"Awww ... Zo, kenapa kau jahat padaku Zo padahal aku adalah saudaramu. Aargh ... Re, tolong aku, tolong anak kita, ... " Clara meringis kesakitan membuat Regan panik, sedangkan Zola mematung di tempatnya.
"Zo, aku tau kau marah pada perbuatan kami, tapi bukan begini caranya untuk melampiaskan sakit hatimu." bentak Regan.
"Aku hanya mendorongnya pelan, aku tidak bermaksud menyakitinya!" Zola tidak terima dia disalahkan. Karena memang ia tidak mendorong Clara dengan kuat. Ia hanya mendorong pelan agar terlepas dari pelukan Clara.
"Ada apa ini?" tiba-tiba suara bariton seseorang menghentikan pertengkaran itu.
"Asisten Gerry ..."
"Kenapa dia?"
"Zola mendorongnya, tuan." ucap salah seorang karyawan wanita yang berdiri di dekat asisten Gerry. "Padahal Clara sedang hamil."
Gerry mengerutkan dahinya, lalu menatap Zola, "Benar itu?"
"Aku tidak mendorongnya. Aku hanya ingin melepaskan pelukannya yang hampir membuatku sesak tapi entah bagaimana dia tiba-tiba jatuh. "
"Sudah , cepat bawa dia ke rumah sakit. Sebelum sesuatu terjadi pada kandungannya." titah asisten Gerry .
Lalu Regan pun segera menggendong Clara menuju mobil miliknya. Setelah memasang sabuk pengaman, Regan segera duduk di balik kemudi dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
"Tuan, percayalah, aku tidak mendorong Clara. " lirih Zola.
"Kau tenang saja, aku percaya padamu." ucap Gerry tenang.
Di mansion keluarga Jordan,
"Dad, Clara ..." pekik Catherine membuat Jordan yang baru saja memijakkan kakinya di depan mansion, segera mendongak menatap Catherine yang selalu tampil glamor.
"Ada apa ?" tanya Jordan b
"Clara terjatuh dan dibawa ke rumah sakit."
"Apa?" seru Jordan terkejut.
"Iya dad, itu semua karena anak sialan itu. Dia mendorong tubuh Clara hingga terjatuh. Lihat saja, kalau terjadi sesuatu pada Clara dan bayinya, aku akan membalas semua itu." desis Catherine murka.
"Tidak mungkin Zo sampai berbuat seperti itu." Kilah Jordan tidak terima Zola disalahkan. Ia tau, Zola bukanlah tipe perempuan yang suka menyakiti orang lain apalagi berlalu kasar. Karena itu ia lebih memilih mengalah dan pergi dari rumah itu tanpa memikirkan perasaannya sendiri.
"Ya, bela saja terus anakmu yang tak tahu diri itu!" desis Catherine. "Jangan sampai kau menyesal karena lebih memilih membela anak sialan itu."
"Dia bukan sialan, Cath." sergah Jordan. "Sudahlah, lebih baik kita segera ke rumah sakit."
...***...
Ceklek ...
Terdengar bunyi pintu apartemen terbuka dari luar membuat mata bulat Zola memgerjap melihat siapa yang datang.
"Zo, kenapa dengan wajahmu? Apa kau habis menangis?" tanya Ellard. Ia segera mendekati Zola dan menghapus sisa-sisa air mata di pipi Zola.
"Aku nggak mendorongnya, Ell, aku nggak tau kenapa ia jatuh." Ujar Zola sambil terisak.
Ellard sudah tau apa yang terjadi segera memeluk tubuh Zola. Lalu sebelah tangannya mengusap punggung Zola untuk menenangkan.
"Aku tau, kamu tidak mungkin mendorongnya sampai terjatuh."
Zola mendongakkan kepalanya menatap Ellard, "Kau tau kejadian itu?"
Ellard mengangguk, tadi asisten Gerry bercerita padaku.
"Kau mengenal asisten Gerry?" tanya Zola penasaran.
Ellard mengerutkan keningnya, "Apa karena aku seorang OB jadi aku tak pantas memiliki teman seorang asisten pribadi?" Ellard mendelik tajam.
"Bukan. Bukan begitu maksudku. Aku hanya penasaran." ujar Zola terbata.
Ellard terkekeh melihat ekspresi Zola yang gelagapan, " Ia teman masa kecilku. Tadi kami tidak sengaja bertemu di lobi saat saya sedang menyapu. Dia meminta petugas kemanan memeriksa kamera CCTV di sana. Kamu tenang saja , kalau mereka menuntut kamu, asisten Gerry akan membantu membuktikan kalau kau tak bersalah. "
'Sebelum mereka melakukannya, aku akan membungkam mulut mereka terlebih dahulu.'
Zola tersenyum manis pada Ellard membuat Ellard terpesona, "Terima kasih, Ell."
Ellard mengerutkan keningnya dan menatap intense Zola, "Kalau kau benar-benar berterima kasih denganku, menikahlah denganku!"
Zola berdecak, "Ck ... selalu."
"Kau ingat, kau harus bertanggung jawab denganku, sebelum saham yang ku tanam tumbuh subur di rahimmu." ujar Ellard dengan tatapan tajamnya membuat Zola jadi gegana.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
𝐤𝐥𝐨𝐩 𝐬𝐢𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝟐 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮
𝐤𝐨𝐤 𝐢𝐬𝐨𝟐 𝐧𝐞 𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐧𝐢 𝐚𝐧𝐤 𝐭𝐢𝐫𝐢 𝐠𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐤𝐨 𝐛𝐣𝐨 𝐚𝐧𝐲𝐚𝐫 𝐩𝐝𝐡𝐥 𝐣𝐥𝐬𝟐 𝐝𝐤𝐞 𝐝𝐮𝐰𝐞 𝐚𝐧𝐤 𝐤𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠
𝐮𝐭𝐞𝐤𝐞 𝐤𝐨𝐤 𝐠𝐤 𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫 𝐤𝐨𝐤 𝐨𝐫𝐚 𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐠𝐞𝐥𝐢𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠𝐢 𝐚𝐧𝐤 𝐤𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧
𝐚𝐬𝐮 𝐚𝐧𝐜𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢