Kea membenci Sandi, karena Sandi sudah membuat masa kecilnya suram, begitupun Sandi yang membenci Kea karena Kea lemah dan selalu menjadi prioritas semua orang.
Sandi tak suka orang lemah seperti Kea, selain lemah Kea juga tampak menyedihkan dengan kekurangannya yang tak bisa mendengar. Dan ntah bagaimana rasa kebencian saat anak-anak dulu terbawa hingga mereka dewasa, Sandi senang mengganggu Kea. Tapi Kea yang sekarang adalah Kea yang kuat, egois dan juga mempunyai banyak akal busuk untuk membalas dendamnya.
lalu apa jadinya, jika dua orang yang saling membenci, egois dan penuh dendam itu terjerat oleh ikatan pernikahan yang bahkan mereka lakukan hanya untuk bisa saling menyakiti satu sama lain?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atmosfera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S-1- Lucifer
Kea masih saja menangis, kenapa mamanya hanya membahas pukulan Sandi saja sih, tidak bisa kah mamanya itu membahas kenapa bercak merah di-
Ah, Kea bodoh, bukannya pernikahannya sejak awal dilandasi karena pertanggung jawaban dari Sandi yang Kea tuduh bertindak diluar norma padanya. Pasti mamanya berpikir ia terbiasa melakukannya.
Kea bodoh, dan bodohnya lagi, ia baru menyesali semua kelakuannya saat ini.
.***
"Ngadu?" Tanya dengan nada datar itu mengagetkan Kea yang masih melamun setelah kepergian mamanya.
Kea melirik Sandi, laki-laki itu memakai kaos hitam dan celana Chino, tampak sangat santai dengan rambut panjangnya yang agak basah.
"Apa peduli lo?" Ketus Kea menghapus air matanya.
Sandi beedecak, ia lalu menghampiri Kea dan duduk disamping perempuan berkaca mata itu.
"Peduli gue? " Ulang Sandi dengan nada bertanya, " Banyaklah, takut ISTRI gue yang baik ini ngadu yang nggak-nggak kemamanya terus buat mertua tercinta gue itu makin ngasih kerjaan dengan beralas tanggung jawab." kata Sandi sinis.
Kea kembali melirik Sandi," Maksud lo?"
Sandi berdecih, "Gak usah pura-pura bodoh bisa? enek gue" Kata Sandi lalu menjatuhkan tubuhnya keranjang mereka, memejamkan mata dan mengabaikan Kea yang masih bingung akan perkataan suaminya itu.
***
Sore itu Kea masih berbalas pesan dengan teman-temannya sambil menonton tv dan juga setoples nastar sebagai camilannya. Perempuan berkaca mata itu mulai melupakan kejadian yang menimpanya sejak semalam. ia juga mulai tak peduli dengan ucapan ambigu Sandi yang membingungkan.
Kea benar-benar berusaha menyenangkan hari minggunya sendiri sebelum akhirnya besok harus kembali beraktifitas disekolah, minggu pagi tadi Kea juga sudah olaraga pagi dengan berjalan-jalan disekitar kompleks dengan papanya, lalu membantu mamanya merawat bunga dimenjelang siangnya. lalu dilanjutkan tidur siang dan bersantai disore hari.
Kea bahkan sampai melupakan bagaimana keadaan suaminya itu dihari minggu ini. Sandi belum ada menampak wajah angkuh dan bengisnya sejak mereka selesai sarapan tadi omong-omong. Ntah kemana manusia iblis itu pergi. Kea pun tak begitu peduli.
"Enak banget hidup lo ya?" Nada sinis yang sudah Kea hapal sampai sumsum tulang belakang itu masuk ketelinganya.
Sandi duduk disebelahnya, wajah laki-laki itu tampak lelah. Bajunya juga tampak kusut. Apa yang dilakukan Sandi diluar sana dengan tampilan menyedihkan seperti ini.
"Lo alih profesi jadi gembel?" Sinis Kea kembali berchating ria dengan teman-temannya dan juga... Yuda pastinya.
Ya.. walalupun setelah Perempuan itu meyakinkan Yuda kalau kejadian mengamuknya Sandi semalam tidak ada hubungannya dengannya. Kea bahkan harus meyakinkan berulang-ulang kalau Sandi hanya disuruh mencarinya, tidak lebih.
"Kea"
"Hm"
"Kea Ankara Tan, ah nggak Kea Geano ya" kata Sandi terdengar pelan.
Kea mendongakkan kepalanya saat sesaat ia merasa janggal dengan iblis berstatus manusia ini. Tidak biasanya Sandi memanggil nya dengan selembut ini.
"Geano? Cih" Decih Kea, "Alergi gue sama nama lain lucifer itu."
Sandi berdesis, "Anjing" Makinya pelan, "Mau mati lo?" Bisik Sandi tau tempat, oh, ayolah, ia tak mungkin bersikap sesukanya dirumah mertuanya yang terhormat ini.
"mii miti li?" Ejek Kea memonyong-monyongkan bibirnya, benar-benar berniat mengejek Sandi, sama seperti Sandi yang tau tempat untuk tidak mencekik istrinya secara terang-terangan didepan kedua mertuanya. Maka Kea pun sama, ia merasa diatas angin saat kedua orang tuanya ada dirumah karena pasti Sandi tak bisa berbuat lebih padanya.
Sandi menipiskan bibirnya, secara perlahan namun pasti, Tangan besar Sandi sampai juga dileher belakang Kea yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Akh" Kea berdesis saat Sandi meremat leher belakanganya dengan tak berperasaan.
"Mau mati pakai cara dicekik atau mati gue sayat-sayat... Oh atau mau mati diatas ranjang.. syukur-syukur kita punya geano, ah lucifer kecil yang bisa bunuh lo secara perlahan kan?" Bisik Sandi membuat Kea merasa mual seketika.
Melihat wajah Kea yang pucat, Sandi pun tersenyum kemenangan.. Tapi senyum itu tak bertahan lama saat Kai memanggilnya untuk menemuinya ditaman belakang. Sandi berdecak, "Sial" makinya sambil berusaha melebarkan senyum didepan mertuanya yang jelas-jelas tak bersahabat dengannya.
"Jangan chatan sama cowok bajingan itu kalau lo gak mau dapet akibatnya" Bisik Sandi lagi sebelum benar-benar pergi.
Sedangkan Kea merasa tubuhnya mati rasa, ia juga seperti kehilangan fungsi sendinya. Kata-kata Sandi terus terngiang-ngiang dikepalanya.
"--syukur-syukur kita punya geano, ah lucifer kecil yang bisa bunuh lo secara perlahan kan?"
Geano kecil, Kea memegang kepalanya yang terasa pusing. Semalam setelah berhubungan ia tak meminum pil pencegah kehamilan.
Apa?
Tidak, jangan sampai.
Kea menggeleng-gelengkan kepalanya panik,
--
Sandi menundukkan kepalanya saat akhirnya Kai selesai berbicara, "Jadi, om gak mau tau, besok senin sepulang sekolah kamu uda harus kebengkel buat kerja. Jangan lagi malas-malasan. Kamu itu uda jadi kepala keluarga jangan cuma minta aja kamu bisanya dan bla-bla bla
Sandi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja, intinya. mulai senin ia sudah mulai harus bekerja setelah tadi ia mengecek bengkel mertuanya itu. Dan sejujurnya Ini diluar dugaannya. Sandi pikir saat orang tua dan para tetuah menyuruhnya mulai bertanggung jawab akan Kea dan bekerja dibengkel mertuanya. Sandi kira ia akan mendapat jabatan, setidaknya ia tak harus menjadi montir babu dari sekian banyak lowongan kerja kan.
Mertuanya ini benar-benar ingin membalaskan dendamnya secara perlahan ternyata.
Sandi tersenyum, Jika begini kan Sandi semakin gencar menyakiti Kea. Ah, Sandi tak sabar membuat perempuan itu menangis darah untuknya.
"Sandi"
"Ah ya Om eh, pa, eh Om" Kaget Sandi, ia masih menyusun banyak rencana jahat saat mertuanya itu memanggilnya. pikirannya masih kacau.
"Papa?" Ejek Kai menaikkan alisnya, "Saya gak larang kamu mau panggil saya dan istri saya Mama dan papa sih, tapi saya juga ber harap kamu tau posisi kamu. Selama kamu belum bisa nerima Kea dan memperlakukan anak saya dengan baik tentunya."
Sandi terdiam, memperlakukan Kea dengan baik? Kenapa kedengarannya seperti ia harus mendaki gunung everst yang dingin itu.
"Ck, berapa lama lagi masa sekolah kalian?"
"Hah, ah, maksudnya gimana om?"
Kai menatap menantunya jengah, "Sekolah, berala lama lagi kalian sekolah sebelum kelulusan?"
Sandi mulai mengingat, ini sudah semester dua, dan sudah berjalan hampir dua bulan, jadi kemungkinan masa sekolahnya hanya bersisa dua sampai tiga bulan lagi. "Dua atau tiga bulan lagi om?"
Kai mengangguk, "Dan om harap dua sampai tiga bulan ini, Kamu dan Kea fokus kesekolah dan ujian kalian dulu. Om harap juga.." Kai tampak ragu mengatakannya, "Kalian bisa menunda untuk memiliki anak"
Uhuk-uhuk, Sandi tersedak ludahnya sendiri.
Anak?
Maksudnya memiliki anak dengan Kea?
Dengan manusia tak berguna itu?
Cih Sandi harap hal itu tak akan pernah terjadi dalam kehidupannya.
***
Lucifer \= Raja iblis.
Hai-hai maaf kan aku.. uda berapa hari gak update ya😭
Aku sakit guys seminggu ini, maaf kan ya..
Kangen Kea gak nih?
apakah aku perlu double up buat meminta maaf? 🤣