Salah
Kea tak dapat menahan senyumnya sesaat begitu ia keluar dari ruang kantor kepala sekolah, mata minus yang terlindung kaca mata itu berbinar cerah, sedangkan kakinya berjingkrak ringan memberi tanda bahwa ia sedang dalam suasana hati yang sangat bagus. Ia bahkan tak merasa lelah setelah menaiki tangga menuju kantin sekolah yang agak jauh dari ruang kepala sekolah. seperti bukan kea sama sekali.
"Sheril! Nana!"
"Tebak, gue bawa apa?"Teriak Kea heboh tak memperdulikan banyaknya pengunjung kantin yang bahkan beberapa diantaranya melirik tak suka karena suara kencang gadis itu. Walaupun begitu tak ada yang berniat menegur walaupun jika diliat dari respon mereka yang mendengus dan berdecak sudah pasti merasa terganggu.
"Gue tebak," kata Sheril, salah satu teman Kea itu mengangkat tangannya.
"Apa?" tanya Kea penuh harap. Gadis cantik itu membenahi letak alat bantu dengar ditelinganya agar dapat mendengar suara Sheril dengan jelas.
"Lo pasti direkomendasiin pak Sohibi buat ambil beasiswa kuliah ke Jepang." Sahut Sheril gamlang, gadis bergaya modis itu menjawab sambil memasukkan sebuah cilok kemulutnya.
Kea berjingkat, merasa senang dengan tebakan Sheril, "Yeay, bener, gila gue gak nyangka banget. Aaaaa. gue gak sabar buat pulang terus kasih tau nyokap-bokap gue!"
"Uda ketebak sih, nggak kaget banget gue mah, uda ketara banget si pak Sohibi bakal ngerekomendasiin lo, lo kan murid kesayangannya ya nggak Di?" kata Sheril pada Nindi.
Nindi, gadis yang masih sibuk dengan ponselnya itu mendongak, lalu mengangguk yakin. "Kea kan yang juara, yakin gue mah."
"Ah, kalian kok sweet banget sih, jadi makin sayang." kata Kea cengengesan.
"Sama akunya nggak?" pertanyaan dengan nada ringan disertai rangkulan dileher Kea itu membuat Kea tersentak senang.
"Eh, kok kamu disini? kamu uda taukan kalau aku dapet rekomendasi dari pak Sohibi?" tanya Kea tersenyum cerah.
Yuda, kekasih Kea sejak jaman SMP itu mengangguk pelan sambil menarik salah satu kursi untuk ia duduk.
"Tau lah, betul yang dibilang Sheril sama Nindi sih, kamu kan yang terbaik." kata Yuda mrnarik hidung mungil Kea yang membuat kedua pipi yang empuhnya memerah.
Baru saja Kea merasa berbunga-bunga, suara derit kursi dibelakangnya dan disertai kalimat merendahkan itu menghancurkan kebahagiaan Kea dalam sekejab mata.
"Direkomendasiin karena belas kasihan aja bangga."
Tanpa perlu menoleh pun, Kea tau siapa orang yang berbicara seperti itu padanya. Siapa lagi kalau bukan Sandi, cowok berperawakan tinggi itu memang memiliki dendam pribadi padanya. Kea bahkan membenci suara itu dengan sangat, suara itu jugalah yang membuatnya enggan memakai alat bantu dengarnya dengan full dan lebih memilih berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan orang-orang.
"Jaga mulut lo!" tegur Yuda tak terima kekasihnya direndahkan. Begitupun Sheril dan Nindi yang menatap jengah Sandi.
"Iya, lo cowok kan San? mulut kok nyinyir banget." ketus Sheril menggebu.
"Tau, cowok tapi mulut kayak cabe." tambah Nindi santai.
"Duh, duh, Boss, kelakian lo sedang diragukan ini" tawa pecah salah satu teman Sandi itu membuat mereka semua menatap orang yang sama. Martin.
"Tunjukin boss, tunjukin, jangan mau kalah sama gengnya situli." tambah Wahyu terkekeh.
"Stt uda jangan dibuli, ada cowoknya tuh." Sandi ikut terkekeh kecil, dan kekehan mereka itu persis preman jalanan yang senang memalak pejalan kaki.
Kea benci itu, jika dulu ia akan menangis dan takut saat Sandi dan teman-temannya mengejeknya, kali ini Kea sudah mulai terbiasa. Setidaknya itulah yang ia coba lakukan.
"Maksud lo apa ngomongin Kea depan gue bangsat!" marah Yuda.
"Weh, kan, apa gue bilang, cowoknya marah nanti." kekeh Sandi.
Yuda sudah akan bangkit untuk menghampiri ketiga laki-laki sok berkuasa itu tapi
Kea langsung menangkap tangan Yuda dengan kencang, "Biarin aja," kata Kea pelan.
Yuda sudah hendak protes begitupun dengan kedua temannya. menurut mereka Sandi dan teman-temannya itu sudah terlalu berlebihan. Tapi Kea tetap menggelengkan kepalanya. ia tau dengan sangat seperti apa watak Sandi. Semakin diladeni semakin menjadi.
"Lo apa-an sih Ke, aturnya biarin aja Yuda ngehajar mulut nyinyir cowok-cowok gak guna itu, biar kapok." protes Sheril menggebu.
Kea tersenyum kecil, "Udah lah, biarin aja. orang kayak mereka itu cuma sampah-sampah yang iri sama nasib permata kayak gue aja. ya kan? anggap aja angin lalu. oya, Tong kosong kan lebih nyaring bunyinya." kata Kea menyindir.
"Ah, iya juga ya.. huu" kata Sheril dan Nindi kompak, sedangkan Yuda terkekeh pelan, ia mengacak rambut panjang Kea bangga.
"Samperin gak nih boss?" tanya Martin memanasi.
Kea melirik Sandi yang saat ini menatapnya tajam, wajah laki-laki itu sudah memerah dan sekilas Kea dapat melihat raut kebencian itu dengan jelas dimatanya. Sudah pasti laki-laki mendendam dan tersentil oleh ucapannya. karena faktanya Sandi adalah sang juara kelas yang kalah saing dengan Kea yang notabenya adalah juara kedua dikelas dan merupakan gadis tunga rungu.
Sandi tersenyum, mungkin jika Kea tak mengenal Sandi sejak kecil ia juga akan terpesona oleh senyuman laki-laki itu sama seperti beberapa para siswa perempuan angkatan mereka dan adik kelas yang sejak tadi menguping perseteruan mereka secara diam-diam.
Sandi bangkit dari duduknya. ia lalu berjalan menghampiri Kea yang langsung dihadang Yuda.
"Ups, santai bro, gue gak bakal nyentuh cewek tuli lo kok. Ekhem, gue cuma mau nasehatin dia buat hati-hati aja kalau ngomong. Takutnya, nyesel diakhirkan. Ups Okee. " Sandi mengangkat tangan saat Yuda hendak mencengkram kemejanya.
"Hati-hati Boss, awas ntar ada yang nangis." tawa Wahyu sambil memakan kuacinya. Jelas sekali teman-teman Sandi itu sedang menyindir Yuda.
"Dan buat lo si tuli, hati-hati lo. kita liat apa satu jam kedepan nanti, lo masih bisa natap mata gue tanpa nangis." ancam Sandi terkekeh, laki-laki itu lalu melangkah pergi sambil melambaikan tangan dan langsung dikejar oleh kedua antek-anteknya.
Kea tertegun, kali ini apalagi yang akan dilakukan Sandi padanya. Biasanya ancaman gila dari Sandi yang juga gila itu benar-benar dibatas kesabaran.
"Ke, kamu gak papakan?" tanya Yuda itu membuat Kea tersentak.
"Ah, nggak papa." sahutnya tersenyum.
"Gak papa tapi kok ngelamun, jangan bilang Kamu mikirin ancaman Sandi itu?" tuding Yuda.
"Iya Ke, jangan bilang iya, ck, kayak yang lo bilanh tadi Ke, tong kosong nyaring bunyinya. palingan si Sandi tadi cuma ngancem karena kalah malu ajanya dia itu." tambah Sheril.
"Hu'um, iri, lagian dia bilang apa tadi, satu jam kedepan? hellow, satu jam kedepan kita juga masih belajar dalam kelas. Apa coba yang berani tuh bocah lakuin." kata Nindi juga.
"Tuh, dengerin temen-temen kamu, sekarang senyum dong Keanya aku." rayu Yuda yang mendapat sorakan dan kekesalan kedua teman Kea.
***
Hai semua, Aku atmosfera. salam kenal ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Erika Hulu
mampir Thor 🙂😂
2021-10-29
0
ruby
habis baca obsesi di aplikasi sebelah lanjut kemari . maaf ya newbie 🙏🏻
2021-08-18
1
David Hermawan
dari sebelah check
2021-08-16
0