Athar mempunyai seorang sahabat yang juga merupakan saudara dari pihak Bunda nya yang bernama Kimmy.
Diam-diam, Athar menaruh perasaan dengan gadis yang dari kecil selalu bersama dirinya itu.
Namun, sayangnya Kimmy tidak menaruh perasaan yang sama dengan Athar. Bagaimana cara Athar mendapatkan cinta dari gadis impiannya itu?
Ikuti kisahnya dan jangan lupa dukungannya ya readers 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon de'rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20# Delapan belas tahun
Beberapa pasang mata, menatap Kimmy dengan tatapan menghakimi saat dirinya berjalan berdua di salah satu Mall dengan Papanya. Papa Bobby yang terlihat semakin tampan di usia yang tidak muda lagi, tetapi Papa Bobby masih terlihat seperti lelaki lajang yang baru berusia tiga puluh tahun.
Papa Bobby merangkul anak gadisnya tanpa memperdulikan tatapan iri beberapa pria yang mengira dirinya sedang berjalan dengan gadis belia.
Papa Bobby yang terlihat gagah dengan kaca mata hitamnya pun juga membuat para wanita terpesona dengannya. Tak bisa dihindari beberapa diantara mereka berbisik-bisik membicarakan 'Seorang sugar Daddy yang sedang membelanjakan sugar Baby nya'.
Bahkan gadis-gadis yang sebaya Kimmy menatap iri, saat melihat Kimmy dengan Sugar Daddy yang tampan dan terlihat kaya raya, dengan beberapa paper bag yang sedang Kimmy bawa di tangan nya.
"Mereka kok melihat Kimmy seperti itu ya Pa?" Tanya Kimmy yang terlihat sedikit risih dengan tatapan orang-orang sekitarnya.
Bobby hanya tersenyum dan membuka kaca matanya.
"Nih, pakai kaca mata Papa, biar gak merasa gimana gitu," Ucap Bobby.
"Gak mau ah, Papa aja yang pake," Ucap Kimmy.
Bobby tersenyum dan memakaikan kaca mata itu kepada Kimmy.
Semua mata pun semakin liar memandang mereka.
"Ih, kenapa sih Pa?" Tanya Kimmy sambil memegang lengan Papa Bobby yang terlihat berotot.
"Sudah, abaikan saja," Ucap Papa Bobby dengan santai.
"Apa jangan-jangan, mereka kira Kimmy pacaran sama Om-om?" Tanya Kimmy.
Bobby tertawa sambil merangkul Kimmy.
"Ada-ada saja kamu tuh,"
"Ih serius Papa... mereka tatapan nya begitu. Yah, resiko sih punya Papa ganteng dan masih muda," Celetuk Kimmy.
Bobby menghentikan langkahnya dan menatap Kimmy yang terlihat kesal.
"Kim, memangnya Papa masih muda ya?" Tanya Papa Bobby.
Kimmy mengangguk sambil menatap Papa Bobby.
Lalu, Papa Bobby pun tertawa terbahak-bahak.
"Yuk, jalan lagi. Kita sudah dapat apa yang kita cari, sekarang tinggal pulang dan menunggu Mama mu pulang,"
Bobby menarik tangan anak gadisnya. Kimmy yang merasa risih langsung melepaskan tangan Papa Bobby dan berjalan terlebih dahulu.
"Kenapa sih?" Tanya Papa Bobby.
"Maaf Papa, Kimmy gak mau dikira simpanan nya Papa," Ucap Kimmy dengan wajah yang jengkel.
Bobby hanya tertawa dan melihat kesekiling nya.
"Wah iya..." Gumam Bobby yang langsung terburu-buru menyusul Kimmy yang sudah berjalan terlebih dahulu ke parkiran.
..
"Gimana Bu?" Tanya seorang Capster yang bekerja di salon langganan Mama Nia.
"Hmmm, bagus," Ucap Mama Nia sambil tersenyum puas.
"Syukurlah kalau Ibu suka," Ucap Capster itu.
"Ih, gila..! Lu kayak anak ABG Nia !" Seru Tante Rara.
"Ah, bisa aja lu," Ucap Mama Nia sambil tersenyum malu.
"Seriusan tau, lu mah kayak gak pernah tua, sama kayak si Farah. Ih, masa gue harus ganti suami sih biar awet muda?" Celetuk Tante Rara lagi.
"Apaan sih lu, si Fathur itu udah perfect buat elu !" Ucap Mama Nia.
"Eh, habis ini kita makan yuk," Ucap Tante Naya.
"Yuk lah," Sahut Bunda Farah.
"Nggg... sorry, tapi gue gak bisa guys.. gue ada janji sama laki gue. Kan hari ini Anniversary kami yang ke delapan belas tahun," Ucap Mama Nia.
"Hah? Kenapa lu gak ngomong dari tadi, selamat ya Nia !" Seru Tante Rara sambil memeluk Mama Nia. Di susul oleh kedua sahabat Mama Nia.
"Semoga pernikahan kalian penuh dengan cinta dan kasih sayang ya, awet sampai maut memisahkan," Ucap Bunda Farah.
"Aamiin," Sahut Mama Nia.
"Ya sudah, gue pulang dulu ya," Ucap Nia.
"Ok, ok,"
"Bye girls," Ucap Mama Nia.
"Kita sudah bukan girl kali Nia !" Ucap Tante Rara.
"Lah, terus apa?"
"Kita itu Liputasi," Ucap Tante Naya.
"Apaan tuh? jangan aneh-aneh deh, inget udah tua !" Ucap Mama Nia.
"Lima puluh tahun tetap sexy," Celetuk Tante Naya.
"Angel wes," Ucap Mama Nia sambil menyambar tas miliknya yang ia taruh di atas meja.
Gelak tawa kembali pecah di ruangan itu, sedangkan Mama Nia hanya tersenyum sambil beranjak ke luar salon tersebut.
"Bu, maaf... Belum di bayar," Ucap kasir salon tersebut.
"Ah !"
"Woiii Nia, lu boleh awet muda, tapi otak tua kaga bisa lu tipu. Alias pikun !" Celetuk Tante Rara.
Mama Nia tertawa geli sambil menuju kasir.
"Duh maaf ya Mbak," Ucap Mama Nia sambil tersenyum salah tingkah.
"Gak apa-apa kok Bu, Ibu kan pelanggan tetap disini, jadi kapan-kapan bisa di tagih kalau lupa,"
"Ya gak sih Mbak, tagih aja kayak tadi. Takut saya lupa terus ngotot lagi," Ucap Mama Nia sambil tertawa terkekeh dan menyerahkan kartu debitnya.
"Kebiasaan si Nia mah, heran gue dari jaman SMA dulu udah pikun, sekarang makin menjadi aje," Ucap Bunda Farah.
"Iya, dia mah parah, makan gorengan di kantin. Makan sepuluh bilang nya lima !" Kenang Tante Naya.
"Itu mah bukan lupa...! Itu dia sengaja, ngirit uang jajan," Ucap Tante Rara.
Mereka tertawa terbahak-bahak mengingat betapa kocak nya Mama Nia saat duduk dibangku SMA.
..
Mama Nia menghentikan laju mobilnya di pekarangan rumah peninggalan Bapak dan Emaknya. Sebelum ia turun dari mobilnya, Mama Nia menyempatkan diri untuk merapikan tataan rambut nya yang baru saja ia semir agar menutupi uban-uban yang mulai menghiasi kepalanya.
Ia tersenyum puas saat melihat rambutnya yang terlihat sangat elegan dengan warna Dark Brown. Lalu, ia meraih tasnya yang ia taruh di kursi penumpang disebelahnya dan ia pun beranjak turun dari mobil tersebut.
Mama Nia melihat lampu rumah yang sudah dipadamkan. Ia pun melirik jam tangannya, jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam.
"Kok sudah pada tidur sih?" Gumam Mama Nia.
Lalu, ia berusaha membuka pintu rumahnya. Tetapi, pintu rumah itu terkunci. Mama Nia pun bergegas mengambil kunci cadangan yang selalu ia bawa saat dirinya bepergian.
Pintu rumah pun terbuka, suasana sepi dan gelap gulita menghiasi ruang tamu rumahnya. Mama Nia mengeluarkan ponselnya untuk menerangi ruangan itu saat ia mencari saklar lampu.
Klik !
Lampu pun menyala dengan terang. Terlihat Papa Bobby sedang duduk di sofa dengan sekotak kado serta sebuket bunga yang indah di tangannya.
"Astaghfirullah !" Jerit Mama Nia yang baru menyadari ternyata ada Papa Bobby disana.
Papa Bobby tersenyum dan beranjak dari duduknya. Lalu, ia menghampiri Mama Nia dan memeluk pinggang kekasih halalnya itu.
"Bobby, apa-apaan sih?" Ucap Mama Nia yang terlihat malu.
Sedangkan di arah yang lain, Kimmy sedang merekam aksi romantis Papa Bobby kepada Mama Nia. Sedangkan Abian muncul dengan sebuah tart dengan lilin angka delapan belas.
Mama Nia terperangah melihat kompaknya Anak-anak dengan Papa Bobby.
"Bobby...." Ucap Mama Nia, menahan haru.
"Happy Anniversary sayang ku, semoga cinta kita abadi seperti Emak dan Bapak. Semoga hidup kita semakin bahagia. Semoga kamu tetap mencintai aku setulus ini," Ucap Papa Bobby.
Air mata haru menetes di tebing pipi Mama Nia. Ia tidak bisa membendung perasaan bahagianya.
Delapan belas tahun !
Delapan belas tahun dengan perasaan yang masih sama seperti saat mereka bertemu dahulu.
Delapan belas tahun penuh warna warni, pahit dan manis, suka dan duka.
Delapan belas tahun, bukan waktu yang singkat untuk membungkam omongan miring yang suka memprediksi hubungan mereka yang tidak akan mampu mencapai angka sebanyak ini.
Delapan belas tahun penuh cinta dan tawa.
Delapan belas tahun, bisa kah kita menjaga cinta seperti Mama Nia dan Papa Bobby?