Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Yang Keren?
"Iya sekali lagi makasih ya, Nak. Tapi ngomong-ngomong namanya siapa Nak?" Tanya Ibu Marni.
"Saya Arjuna Arsyan bu, panggil aja Juna" jawab Pemuda itu.
"Wah nama yang bagus, sebagus orangnya" kata Ibu Mirna lagi.
"Makasih bu untuk pujiannya" kata Juna tersenyum. Lalu dia menerima lagi suapan dari tangan Cia.
"Ini suapan terakhir Mas" Juna pun mengunyah dengan perlahan makanan itu sampai selesai.
"Akhirnya selesai juga makannya. Ayah mana obatnya? Masnya udah selesai makan ini" kata Ibu Marni.
"Iya bentar" jawab ayah lalu tidak lama kemudian Ayah muncul dengan membawa segelas air berwarna hijau pekat.
"Ini Mas, diminum ya biar lukanya cepet sembuh. Efeknya nanti akan ngantuk. Jadi kalo merasa ngantuk, Mas Juna tidur aja yah" kata Ayah.
"Apa gak ngerepotin kalo saya tidur disini?" Tanya Juna.
"Gak lah Nak. Gak ngerepotin sama sekali. Udah diminum dulu ini. Pelan-pelan aja biar gak muntah. Karena rasanya obat yah gitu deh" kata Ayah Beny lagi.
Lalu Juna mendekatkan minuman obat itu ke mulutnya, baunya yang menyengat membuatnya hampir saja muntah, tapi ditahannya. Dia memaksa meneguk minuman itu dengan cepat dan langsung menelannya. Dan dalam sekejap minuman obat itu sudah berpindah dari dalam gelas ke dalam perutnya.
Ayah, Ibu dan Cia lega karena obatnya sudah diminum.
"Nah sekarang istirahat yah Nak. Ayah bawa Nak Juna istirahat di kamarnya Rino aja, biar bisa istirahat dengan aman" kata Ibu.
"Ayo Nak, saya antar" kata Ayah lalu memegang tangan Juna dan membawanya ke dalam sebuah kamar yang sangat kecil.
Di dalamnya cuma ada sebuah kasur tipis di atas dipan yang sudah tua berukuran 90cm, yang cukup untuk satu orang saja dengan sebuah lemari kecil dan meja belajar kecil di sudut ruangan.
Meskipun kecil tapi kamar itu bersih dan rapih. "Silahkan beristirahat yah Nak. Maaf kamarnya gak bagus. Ini kamar adiknya Cia. Saat ini dia lagi ke sekolah" kata Ayah Bemy.
Juna tersenyum dan berkata "Iya makasih ya Pak". "Ayah tinggal ya. Kalo butuh apa-apa panggil ayah aja" katanya lagi sebelum keluar meninggalkan Juna di kamar itu.
Juna cuma menganggukkan kepalanya saja. Dia sudah merasakan sangat mengantuk. Sepertinya efek dari obat tersebut sudah bekerja. Kemudian dengan perlahan Juna meletakkan kepalanya di atas bantal dan tak lama kemudian dia pun tertidur nyenyak.
"Nak Junanya udah tidur Yah?" tanya Ibu Marni.
"Kayaknya udah tuh" jawab Ayah Beny.
"Kalo gitu ibu dan Cia mau masak dulu yah. Biar kalo Nak Juna bangun bisa langsung makan. Dia harus minum obat lagi kan?" tanya Ibu Marni.
"Iya..tapi apa kita gak ngabarin orang tuanya?" tanya Ayah Beny lagi.
"Gimana mau ngabarin, kita aja gak tau Nak Juna itu anaknya siapa? Sepertinya dia bukan orang kampung sini" Jawab Ibu Marni.
"Coba ibu tanyakan sama Cia, mungkin Cia tau" kata Ayah Beny lagi.
Kemudian Ibu pergi ke kamar Cia "Tok tok tok, Cia..."
"Iya bu, masuk aja. Ada pa bu?" tanya Cia.
"Itu, kamu tau siapa orang tuanya Nak Juna? Biar kita ngabarin tentang dia" kata Ibu Marni.
"Yaa Cia juga gak tau bu. Namanya aja baru Cia tau tadi saat ibu tanya ke dia" jawab Cia. "Tapi kayaknya dia bukan orang sini deh bu. Liat aja penampilannya kayak orang kota" jawab Cia lagi.
"Iya sih. Ya udah nanti kalo Nak Junanya bangun baru kita tanya aja deh. Sekarang ayok bantuin ibu masak untuk makan siang. Biar Nak Juna Bangun bisa langsung makan dan minum obat lagi." ajak Ibu Marni.
"Iya bu" jawab Cia.
Cia baru aja lulus SMA tahun ini dan dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya karena keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Dia mengalah demi kedua orang adiknya supaya bisa sekolah. Saat ini adiknya Rino dan Rina sudah duduk di bangku SMP. Rino dan Rina kembar tidak identik. Cia memang punya keinginan untuk bisa kuliah suatu saat nanti, dengan beasiswa yang ditawarkan padanya.
******
Sedangkan di sebuah klinik Dani sedang menangis kesakitan karena hidungnya patah. "huhuhuhu bu...hidungku gimana ini? Bisa berkurang ketampanan aku" tangis Dani seperti anak kecil.
"Udah tenang ibu sama bapak akan melakukan yang terbaik untuk memperbaiki hidung kamu" jawab Nyonya Sinta.
Sedangkan Juragan Darmo sedang berbicara dengan dokter yang menangani Dani saat ini "Gimana dok, apa hidung anak saya bisa kembali normal? Lakukan yang terbaik buat anak saya, berapa pun biayanya saya sanggup" kata Juragan Darmo jumawa.
"ehmmm...begini juragan...hidung Mas Dani itu harus dioperasi untuk menyambungkan kembali tulang hidungnya yang patah. Sedangkan, di klinik kami ini peralatannya belum lengkap, serta dokter bedahnya juga belum ada. Jadi sebaiknya Mas Dani dibawa ke Rumah Sakit di kota saja. Disana sudah ada dokter bedah dan juga peralatannya sudah lengkap" Dokter itu menjelaskan kepada Juragan Darmo.
"Memangnya parah ya patah hidungnya" tanya Juragan Darmo lagi.
"Hidung Mas Dani mengalami cedera yang cukup parah. Dokter akan menentukan jenis operasi yang tepat setelah pemeriksaan langsung, seperti memperbaiki posisi tulang yang bergeser, meluruskan septum (dinding pemisah lubang hidung), atau memperbaiki sumbatan saluran napas." jelas dokter itu lagi.
"Brengsek betul anak muda itu. Dia sudah membuat hidung anakku cacat. Dia harus bertanggung jawab" kata Juragan Darmo dengan amarahnya.
"Ya sudah dokter tolong atur anak saya supaya dirujuk ke Rumah Sakit di kota" kata Juragan Darmo.dan diangguki oleh dokter itu.
"Baiklah Juragan. Secepatnya diurus".
"Baiklah saya permisi" kata Juragan Darmo dan ia kembali ke ruangan tempat Dani dirawat.
"Gimana Pak, apakah hidung anak kita bisa kembali normal" tanya Nyonya Sinta.
"Dia harus dibawa ke Rumah Sakit besar di kota. Karena di sini peralatannya belum lengkap dan dokter bedah juga belum ada" jawab Juragan Darmo. Nyonya Sinta pun menyumpah serapahi anak muda yang sudah mematahkan hidung anaknya itu.
"Pak anak muda itu bagaimana sudah diberi pelajaran apa belum? Dia harus diberi pelajaran seberat-beratnya supaya tobat mencari masalah dengan kita lagi" kata Nyonya Sinta.
Juragan Darmo dan Nyonya Sinta sangat menyayangi anak mereka satu-satunya ini. Mereka sangat memanjakan Dani sejak kecil karena itu Dani tumbuh menjadi anak yang manja dan pemalas juga berbuat seenaknya. Sejak kecil, apa yang dia mau selalu diturutin. Makanya sampe dewasa juga tabiat buruk itu terbawa. Apa yang dimau harus didapatnya.
"Tadi anak buah kita sudah kusuruh menghajarnya. Sebentar aku tanya dulu" Kata Juragan Darmo lalu mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi anak buahnya.
"tut...tut..tut...dalam deringan ketiga akhirnya panggilan telponnya di jawab.
"Hallo Juragan".
"Gimana orang itu sudah kalian hajar kan?" tanya Juragan Darmo.
"ehmmm..sudah juragan..tapi..." jawab anak buahnya.
"Tapi apa Bruno? Ngomong jangan dicicil. Ngomong itu yang jelas" kata Juragan Darmo lagi.
"Kami bertiga sudah menghajarnya sampai berdarah juragan, tapi orang itu sangat kuat. Dia berhasil mematahkan tanganku dan kaki kedua temanku juga cedera Juragan" jawab Bruno takut-takut.
"Apa?! Masa kalian kalah dari laki-laki kecil itu. Percuma dong badan kalian gede-gede" marah Juragan Darmo.
"Dia sangat kuat Juragan. Ilmu bela dirinya juga tinggi. Padahal kami sudah berhasil menyabet bahunya hingga berdarah" kata Bruno lagi.
"Tapi dia belum mati kan? Kalian memang payah. Gaji kalian dipotong karena kalian gak becus" klik. Juragan Darmo pun langsung memutuskan sambungan telponnya.
"Brengsek, gak becus banget jadi anak buah. Masa 3 lawan satu, yang 3 kalah" Umpat Juragan Darmo.
"Kenapa Pak? Anak buahmu kalah?" tanya Nyonya Sinta.
Juragan Darmo cuma diam dan gak menjawab, Nyonya Sinta pun ngerti apa jawabannya. "huh emang anak buahmu itu menang tampang doang yang sangar tapi tenaganya gak ada" kata Nyonya Sinta lagi dan membuat Juragan Darmo semakin kesal.
Lalu tiba-tiba Dani terbangun dari tidurnya dan berkata "Aa Dani emang keren sih" rupanya dia bermimpi hahaha.
Juragan Darmo dan Nyonya Sinta pun bingung dibuatnya. "Siapa yang keren?" tanya Nyonya Sinta.
Bersambung yah...Jangan lupa tinggalkan jejak yah readers. Makasih.