NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 — Pada Cuaca Yang Dingin

Waktu baru menunjukan pukul setengah 10 malam, tapi Camelia sudah merasa lapar kembali padahal jam 8 tadi ia sudah makan bersama dengan Nerios. Jadi Camelia memilih untuk meletakkan ponselnya di atas kasur, lalu dirinya beranjak keluar dari dalam kamar.

Begitu Camelia berada di luar kamar, ia langsung bertemu dengan Nerios yang juga keluar dari dalam kamarnya. Nerios yang melihat keluar dari dalam kamar pun langsung menghampiri wanita itu.

"Mau ke mana?" tanya Nerios begitu sudah ada di hadapan Camelia.

"Aku lapar," balasnya jujur, karena buat apa berbohong. Toh, berbohong tidak akan membuat perutnya merasa kenyang.

"Mau aku suruh Rani membuatkan sesuatu?" tawar Nerios.

Camelia menggeleng pelan. “Tidak perlu, aku ingin memasak sendiri mie dengan kuah yang hangat dan pedas.”

“Cocok sekali dengan cuaca dingin ini,” gumam Nerios. Hujan memang baru saja reda sejam lalu, menyisakan hawa dingin menusuk.

“Aku boleh membuat mie, kan?” Camelia bertanya ragu, mungkin saja Nerios melarangnya menyentuh dapur.

Nerios tersenyum kecil, lalu menyentil dahinya pelan hingga Camelia meringis.

“Kenapa tidak boleh? Tentu saja boleh. Aku sudah bilang, kau bebas melakukan apa saja di rumah ini.”

“Kenapa harus menyentilku!” protes Camelia sambil memukul bahu Nerios lumayan keras.

“Aku gemas dengan ekspresimu saat bertanya,” jawabnya santai, lalu berjalan lebih dulu ke arah tangga. “Ayo kita ke dapur. Aku juga sepertinya ingin makan mie.”

Camelia berdecak pelan melihat sikapnya, tapi tetap mengikuti langkah pria itu dari belakang. Bayangan mie berkuah panas dengan topping bakso, dumpling, fishcake, dan sosis bahkan membuatnya menelan saliva tanpa sadar.

Begitu sampai di dapur, Camelia langsung menuju kulkas. Ia membuka pintunya dan menatap deretan bahan makanan, lalu mengeluarkan beberapa topping yang tadi ia bayangkan. Sementara itu, Nerios mengambil beberapa bungkus mie instan dari kitchen set dan mendekatkannya ke Camelia.

“Kau mau yang mana?” tanyanya.

Camelia menoleh, matanya langsung menangkap satu bungkus. “Yang ini saja. Ini pedas. Tapi… ada satu lagi nggak?”

Nerios mengangkat alis, bingung. “Kenapa? Kau mau makan dua bungkus?”

Camelia terkekeh kecil. “Iya. Sebungkus tidak cukup. Kadang aku memang buat dua bungkus. Apa tidak boleh?”

“Boleh saja. Tapi jangan terlalu sering, apalagi ini pedas. Tidak baik untuk lambungmu,” nasihat Nerios sambil mencari bungkus yang sama.

Camelia mengangguk. “Aku memang tidak sering kok. Sesekali saja.”

“Bagus kalau begitu.” Nerios meletakkan tambahan satu bungkus mie di meja.

Camelia tersenyum puas, mengambil dua bungkus mie itu, lalu melirik Nerios. “Kalau kau mau yang mana?”

Nerios menatap sisa bungkus di meja, lalu mengambil salah satunya yang polos. “Aku ambil yang ini.”

Camelia terkekeh, lalu meledek Nerios. “Jadi kau tidak suka pedas, ya?”

“Hei, sok tahu sekali!” Nerios memelototinya pura-pura kesal.

“Lalu? Kau sebenarnya suka pedas atau tidak?”

“Ya… satu tetes minyak cabai, aku masih bisa,” sahutnya serius.

Camelia tertegun sejenak, lalu tawanya pecah keras. “Satu tetes minyak cabai? Itu bahkan tidak akan terasa apa-apa!”

Nerios merengut, “Puas kau?” Tapi hatinya justru hangat melihat tawa Camelia yang sudah lama tidak ia dengar.

Camelia mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa jengkal darinya, masih dengan tawa geli. “Puas sekali!”

“Diam, lah!” Nerios menyilangkan tangan di dada, pura-pura kesal. Ia berbalik dan berjalan menuju mini bar. “Lebih baik cepat masak mie untukku.”

Camelia masih tertawa kecil, lalu mengibaskan tangannya. “Baiklah, baiklah!”

Nerios duduk di kursi meja bar, melihat Camelia yang mulai memasak. Pipinya terasa panas karena tadi Camelia secara tiba-tiba mendekatkan wajahnya, biasanya ia yang melakukan itu saat sedang marah, tapi ini Camelia sendiri yang mendekatkan wajahnya sambil tertawa. Wajah cantik itu membuat Nerios hampir hilang kendali.

...———...

Beberapa menit kemudian Camelia telah selesai memasak mie miliknya dan juga Nerios. Ia membawa dua mangkuk dan dua gelas air dingin menggunakan nampan, lalu Camelia meletakan makanan milik Nerios di depan pria itu. Kemudian mereka pun duduk berhadapan di meja bar.

Camelia meniup kuah pedas sebelum menyeruputnya. “Hmm ... Enak banget, udah lumayan lama nggak ngerasain mie pedas begini!"

Nerios menatapnya sambil mengaduk mie di mangkuk. “Hati-hati, nanti kepedesan sampai matamu berair.”

“Kau kira aku selemah itu?” Camelia menantang, lalu sengaja menyendok kuah pedas lebih banyak dan meminumnya.

Nerios mendengus. “Astaga, dasar wanita keras kepala!”

“Lalu? Kau sendiri bagaimana? Berani coba kuahku?” Camelia mendorong mangkuknya sedikit ke arah Nerios.

Pria itu menatapnya ragu, lalu akhirnya menyesap kuah pedas itu. Baru seteguk saja wajahnya sudah berubah. “Panas… pedas…” katanya dengan suara parau.

Camelia langsung tertawa terbahak. “Astaga, Nerios! Baru seteguk sudah begitu?”

“Diam kau!” Nerios meraih gelas air dingin dan meminumnya cepat-cepat. Namun melihat Camelia tertawa lepas seperti itu, hatinya justru dipenuhi rasa senang.

Tawa Camelia mereda, ia menatap pria itu dengan senyum lembut. “Kau payah sekali, tapi… terima kasih sudah mau makan bersamaku.”

Nerios menahan pandangannya pada Camelia, lalu tersenyum tipis. “Tidak masalah, aku menemanimu karena aku pun lapar."

Camelia memotong bakso menjadi beberapa bagian kecil, lalu menyuapkannya ke dalam mulut bersamaan dengan mie.

"Memangnya tadi kau memang sudah berniat untuk makan?" tanyanya setelah menelan makanan.

Nerios mencicipi kuah mie miliknya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Tidak, aku hanya berniat membuat kopi. Tapi mendengarmu ingin memasak mie, itu membuatku menjadi lapar," dustanya.

Di kamar Camelia masih ada cctv yang terpasang, nampaknya wanita itu belum menyadarinya. Dan Nerios melihat Camelia yang beranjak dari kasur, dan hendak keluar kamar, itulah yang membuat Nerios ikut keluar dari dalam kamarnya seakan-akan sebuah kebetulan.

Camelia mengunyah dengan tenang sambil menatap Nerios, lalu menelannya. "Kau begitu suka dengan kopi, apa kau tidak takut akan asam lambung?"

"Tidak," jawab Nerios seraya menggeleng kecil.

"Memang sih, kau pasti jarang makan makanan tidak sehat, kau juga tidak suka pedas, jadi kau pasti terhindar dari asam lambung."

"Penyebab asam lambung bukan hanya itu, tapi bisa dari minuman seperti kopi dan alkohol, lalu kurang tidur, stress berlebihan dan masih banyak lagi."

Camelia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya aku juga tau itu, tapi kau, kan, sering meminum kopi dan alkohol."

"Aku tidak sesering itu, hanya saat benar-benar menginginkannya saja. Aku juga memastikan perutku tidak kosong saat akan meminum kopi, terlebih aku tidak malas berolahraga!" jelas Nerios sambil menatap sombong Camelia saat kata terakhir.

"Sombong sekali," cibir Camelia lalu menyeruput mie hingga tersedak.

"Nah, tadi aku sudah bilang pelan-pelan!" omel Nerios seraya menyodorkan gelas air pada Camelia.

Dengan cepat Camelia mengambil gelas air itu, meneguknya sedikit rakus karena merasa sakit di tenggorokannya, matanya pun memerah persis seperti yang dikatakan oleh Nerios.

"Ahh ..." Camelia mendesah lega saat tenggorokannya sudah terasa lebih baik.

"Sudah, jangan diseruput lagi. Dan jangan makan kuahnya lagi, sosis dan fishcake-nya saja!" titah Nerios dengan tegas.

"Tapi kuahnya enak banget ..." Camelia menatap tidak rela pada kuah merah itu.

Nerios berdecak melihat wajah memelas itu. "Ya sudah, tapi jangan sampai habis!"

Senyum Camelia kembali terbit, lalu mengangguk cepat. "Okey!"

Setelahnya mereka menyelesaikan makanan masing-masing dalam diam, hanya ada keheningan dan suara alat makan yang beradu. Hingga saat mereka sudah selesai tiba-tiba sebuah hewan terbang mendarat tepat di sebelah mangkuk Nerios.

"AKHHH!"

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa like dan komen

Koreksi aja kalau ada kesalahan kata atau typo ya!

Salam cinta, biebell

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!