Velira terjebak dalam pelukan Cyrill Corval pria dingin, berkuasa, sekaligus paman sahabatnya. Antara hasrat, rahasia, dan bahaya, mampukah ia melawan jeratan cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 5
Di lantai bawah.
Soren dengan panik menelepon Rowan.
Rowan mengumpat kasar di telepon, mengatakan jika dia berurusan dengan keluarga Corval, semuanya akan berakhir buruk untuknya.
Keluarga Corval...
Soren dan Helena mengira Amara-lah yang menyelamatkan Velira dan membawa gadis itu pulang. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Cyrill Corval-lah yang menyelamatkan Velira.
Pria paling berpengaruh dan berkuasa di Vienna.
Helena memecahkan cangkir porselen dengan amarah yang meledak-ledak. Amara selalu saja merusak rencana mereka di saat-saat kritis.
Sesuatu yang hampir berhasil hancur begitu saja karena ulah gadis itu.
Kesal namun tak berdaya.
Camilla duduk di samping ibunya, menepuk bahu Helena dengan pura-pura pengertian. "Ibu, tenanglah. Jika kali ini tidak berhasil, pasti akan ada kesempatan lain!"
Helena menggertakkan gigi dan berkata dengan keras, "Lain kali, aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja!"
Lain kali, dia harus menemukan cara yang lebih sempurna untuk memastikan gadis itu tidak bisa melarikan diri.
Amara ingin menginap di rumah Velira malam itu, tetapi dipanggil pulang oleh orang tuanya.
Velira membenamkan diri di tempat tidur, wajah tampan Cyrill terus membayangi pikirannya.
Suara bariton yang dalam itu terus terngiang di telinganya...
Akankah Amara bertemu pamannya saat pulang nanti? Jika ya, akankah Cyrill menceritakan kepada keponakannya tentang insiden di hotel tadi?
Kepalanya terasa sangat sakit, dan Velira tidak tahu harus berbuat apa.
Gadis itu masih memikirkan semua kejadian hari ini dengan gelisah. Dia telah mengirim pesan kepada Amara, tetapi belum ada balasan.
Terdengar ketukan di pintu, dan Soren yang masuk tanpa menunggu izin.
"Ayah." Velira duduk tegak, sakit kepalanya semakin parah.
Soren terdiam sejenak, lalu memutuskan untuk menghampiri dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Bagaimana perasaanmu tentang... paman yang Ayah minta untuk kau temui hari ini?" Soren duduk di kursi dekat tempat tidur.
Hah, paman... sungguh memalukan.
Dia sudah mengantarnya ke kamar Rowan dan masih saja berpura-pura munafik.
"Ayah, apakah Ayah berharap aku akan menyerah, atau melawan?"
Soren terdiam. Velira merasa muak, bertanya-tanya dalam hati mengapa ibunya dulu pernah jatuh cinta pada pria sedingin es ini.
Ayah dan anak perempuannya belum pernah berbicara berduaan dengan serius sebelumnya, dan ini adalah pertama kalinya.
Hati Velira mencelos, dan sorot mata Soren semakin dingin. "Ayah, aku lelah dan ingin beristirahat. Silakan keluar."
"Baiklah, Ayah akan pergi." Soren bangkit dengan ragu-ragu. Dia sebenarnya ingin menguji suasana hati Velira dan menanyakan sikap Amara.
Velira merasa sangat kelelahan. Setelah Soren pergi, dia segera mengunci pintu kamarnya.
Rumah ini semakin menjadi tempat yang berbahaya baginya.
**
Kediaman Keluarga Corval.
Hari ini adalah hari ulang tahun Aldric Corval, dan semua anggota keluarga Corval berkumpul di mansion mewah mereka.
Cyrill juga hadir, memberikan hadiah ulang tahun yang elegan kepada ayahnya.
Amara tampak tidak ceria seperti biasanya setelah pulang dari rumah keluarga Drazel.
Keluarga Corval sangat menyayangi cucu tunggal mereka. Aldric bertanya dengan khawatir, "Ada apa, sayang? Siapa yang membuatmu tidak bahagia? Kau terlihat murung sejak pulang."
"Siapa lagi? Aku belum pernah melihat orang tua yang begitu tidak berperasaan. Demi menyelamatkan bisnis mereka, mereka bahkan rela menjual putri sendiri kepada pria tua yang menjijikkan!" Amara adalah gadis muda yang selalu berani mengungkapkan isi hatinya.
"Apakah itu sahabatmu yang bernama Velira?"
"Ya, orang tua Velira benar-benar kejam!"
Aldric mendengarkan keluhan cucu kesayangannya dengan penuh perhatian.
Cyrill meletakkan garpu dan pisaunya dalam diam, secercah makna mendalam terpancar di mata kelamnya yang tajam.