NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Sang Mafia

Terjebak Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Bad Boy / Gadis nakal
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.

"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.


>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasutan Ibu Tiri Rosse!!

BRAK!

Papa Arka Montgomery berdiri dengan wajah merah padam, nafasnya memburu, dan tangan yang terkepal. Ruangan yang biasanya dipenuhi tawa dan canda kini hanya terdengar suara detak jam dinding yang memecah keheningan.

"Maksud kamu apa Rosse? jangan bercanda kali ini!" teriaknya, seraya menggebrak meja kayu mahoni yang besar di tengah ruangan.

Mama Rosse , yang duduk di sofa mewah dengan kaki yang elegan disilangkan, menatap suaminya dengan senyuman yang tak kalah mewah.

"Ya itu, Mas," ujarnya dengan suara yang tenang, seolah tidak terpengaruh oleh kemarahan suaminya, "Aku tadi di mall, dan aku ketemu Vanya sama om-om belanja barang mewah. Aku takutnya Vanya salah pergaulan terus jadi anak nakal." ujar Mama Rosse dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.

Kata-kata itu seolah menjadi bara yang menambah panas api kemarahan Papa Arka.

"Dasar anak tak tahu diuntung, VANYA INI GAK BENAR KAN!" bentaknya, suaranya menggema di seluruh ruangan.

"Lihat saja kalau sampai pulang, akan aku hukum dia!" Ucapannya penuh dengan amarah yang membara, seolah bisa membakar apapun yang berani mendekat.

Tidak lama setelah itu, Papa Arka meninggalkan mansion mewahnya dengan langkah besar. Ia memacu mobilnya, meninggalkan asap dan debu di jalanan.

Sungguh, ia tak habis pikir, bagaimana bisa Vanya, putrinya, bersikap seperti itu. Di dalam mobil, pikirannya melayang ke masa-masa ketika Vanya masih kecil, masa ketika dia masih bisa memeluk dan mengayunnya dengan penuh cinta. Bagaimana semuanya bisa berubah begitu cepat?

Sementara itu, di mansion, Rosse masih tersenyum licik. Matanya yang tajam memancarkan kilatan yang menyeramkan.

"Bagus," gumamnya kepada diri sendiri,"dengan begini kalian semakin jauh. Kalian akan semakin membenci dan ku pastikan semua kekayaanmu kalian ini akan jadi milikku semuanya." Rencananya berjalan dengan mulus.

Perselisihan ini adalah langkah pertama untuk mendapatkan apa yang selama ini dia idamkan: kontrol penuh atas kekayaan keluarga suaminya ini.

Di tempat lain, Vanya yang tidak menyadari apa yang sedang terjadi, tertawa riang bersama pria yang lebih tua darinya. Dia tak menyadari bahwa setiap tawa dan setiap barang mewah yang dibelanjakannya kini menjadi bahan bakar untuk konflik yang sedang membara di rumahnya.

Dia terbuai dalam kegembiraan sesaat, tak menyadari badai yang sedang menunggu di rumah.

Mama Rosse merasakan gairah membara saat dia melangkah ke dalam kamar mandi mewah di mansion besar itu.

Air mengalir deras dari shower, membasahi rambutnya yang panjang dan mengalir ke seluruh tubuhnya, menghapus setiap jejak kelelahan dari wajahnya.

Pikirannya berputar-putar dengan rencana jahat yang telah ia susun dengan hati-hati. "Setelah ini, aku akan mengusir kamu, Arka, dari mansion ini," gumamnya penuh kemenangan, suaranya hampir tak terdengar di antara derasnya air.

Di tempat yang berbeda, Papa Arka melangkah cepat masuk ke kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi bagi Papa Arka Montgomery, saat kepalanya sakit pening begini tak ada waktu lagi untuk bersantai.

Lampu kantornya menyala terang, memancarkan cahaya yang tegas di atas meja kerjanya yang berantakan dengan berkas-berkas.

Dengan gerakan yang tergesa-gesa, ia mengambil ponsel dari saku jasnya dan mulai menelpon beberapa anak buahnya dengan nada suara yang tegas dan keras.

"Cari Vanya, anakku! Temukan dia dan seret bawa dia kembali ke mansion, segera!"

Di sisi lain kota, Vanya, putri semata wayang Papa Arka, berjalan menyusuri mansion mewah milik Kael yang terlihat sepi itu.

Rambut panjangnya yang biasanya tergerai rapi kini terlihat kusut, dan matanya yang biasanya berbinar kini terlihat redup.

Suara keras dan tegas ayahnya yang terakhir kali berbicara dengannya, "Anak tak tau di untung, menyesal saya besarin kamu!!" masih terngiang di kepalanya.

Hatinya terasa hancur, tidak mengerti mengapa segala yang ia lakukan selalu salah di mata ayahnya.

Sementara itu, kembali di mansion, Mama Rosse sudah selesai mandi dan mengenakan gaun malam yang elegan. Dia berdiri di depan cermin, memperhatikan refleksi dirinya yang terlihat begitu yakin dan berkuasa.

Dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya, ia merenungkan tentang semua yang akan terjadi setelah malam ini.

"Mansion ini akan menjadi milikku sepenuhnya, Arka," bisiknya pada bayangan dirinya di cermin, "dan tak ada yang bisa menghentikanku saat semua surat sudah balik menjadi atas namaku semuanya."

Di tengah kegelisahan malam yang dingin, anak buah Papa Arka bergerak cepat menelusuri berbagai tempat yang mungkin menjadi persembunyian Vanya.

Mereka memeriksa setiap sudut kota, bertanya pada setiap orang yang mereka temui, detik demi detik, menit demi menit, namun Vanya seolah hilang ditelan bumi.

Papa Arka, yang masih di kantornya, merasakan kekhawatiran yang semakin mendalam. Ponselnya terus berdering dengan laporan dari anak buahnya, tapi tak satu pun yang membawa kabar tentang keberadaan Vanya.

Rasa frustasi dan keputusasaan mulai menyelimuti hatinya. "Vanya, di mana kamu, nak?" gumamnya dalam hati, sambil memandang foto Vanya yang terpajang di meja kerjanya.

Malam semakin larut, dan di mansion, Mama Rosse sudah siap untuk melaksanakan rencana liciknya.

Dia turun ke ruang tamu, dimana lampu-lampu telah diredupkan, menciptakan suasana yang misterius. Langkahnya yang pasti dan percaya diri bergema di ruangan itu, seolah tiap tapak kakinya menandakan akhir dari sebuah permainan ini.

Dengan segelas wine di tangan, dia menunggu detik di mana dia akan mengambil alih segalanya, mengendalikan takdir yang menurutnya telah lama seharusnya menjadi miliknya.

Pagi itu, suasana kantor Kael tampak tenang dan efisien, di mana beberapa klien penting berkumpul di sekitar meja konferensi besar.

Cahaya matahari pagi menembus jendela kaca, menerangi setiap sudut ruangan dengan hangat. Namun, di sudut yang berbeda, suasana hati Vanya sangat bertentangan dengan kehangatan itu.

Vanya duduk di salah satu kursi yang tersedia di pojok ruangan, memandangi Kael yang sedang asyik berdiskusi dengan kliennya.

Wajahnya yang cantik tampak muram, dengan rasa kesal yang mendalam tergambar jelas.

Sesekali, dia melirik sinis ke arah Kael yang tampak begitu tenang dan terkendali, berbeda dengan kekacauan yang sedang terjadi di dalam hatinya.

"Sumpek banget sih," gumam Vanya dalam hati, matanya mengikuti setiap gerakan Kael yang penuh percaya diri.

"Capek banget deh gue, emang gila ya Kael tuh, di ajak ke kantor tapi buat duduk gini aja kan gak enak. Aargh pengen bebas." ujar Vanya di dalam hatinya.

Sementara itu, tidak jauh dari kesibukan yang melingkupi kantor Kael, Papa Arka sedang berada di ambang kemarahan. Di ruangan penuh debu yang menjadi markas pencarian, udara tegang menyelimuti setiap orang yang hadir.

Papa Arka, dengan wajah yang masih sangat tampan berdiri dengan tatapan yang menakutkan.

"KALIAN TAK BECUS! CARI SATU ORANG AJA TAK KETEMU, DASAR TAK BERGUNA KALIAN!" teriaknya dengan suara yang bergema di seluruh ruangan.

Keempat anak buahnya terkulai, tidak ada yang berani menatap mata Papa Arka yang sedang menyala itu.

Dengan gerakan cepat dan penuh amarah, Papa Arka mengayunkan tangannya, memukul satu demi satu anak buahnya. Setiap pukulan menghasilkan suara yang menyesakkan, dan wajah mereka pun berubah menjadi semakin memar dan babak belur.

Mereka menundukkan kepala, menerima hukuman itu dengan rasa takut yang mendalam.

"Tuan, kami sudah mencari di mana-mana, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Nona Vanya anak anda. Sepertinya ada seseorang yang menyembunyikan Nona Vanya, Tuan." ucap salah satu dari mereka dengan suara gemetar, mencoba menjelaskan meski takut akan kemarahan yang lebih besar.

"Usaha kalian belum cukup! Aku tidak peduli, temukan dia!" bentak Papa Arka, matanya menyiratkan tidak ada ruang untuk kesalahan lagi.

Kembali di kantor Kael, Vanya masih terperangkap dalam perasaannya yang kacau.

Dia tidak tahu tentang kekacauan yang sedang terjadi di luar sana karena dirinya.

Yang dia tahu, dia merasa terjebak dan kesal karena harus berada di sana, duduk diam sementara Kael terus dengan dunianya yang tampak sempurna.

Kael, yang menyadari kehadiran Vanya, memberikan senyum manis ke arahnya, mencoba memberikan sedikit kenyamanan. Namun, senyum itu tidak berhasil menembus tembok ketidakpuasan yang telah dibangun oleh Vanya.

Di tengah konflik batin dan kekacauan di luar sana, Vanya dan Papa Arka, keduanya terperangkap dalam situasi yang tidak mereka inginkan, berjuang dengan cara mereka masing-masing untuk menemukan solusi dari masalah yang semakin rumit ini.

"Tuan Kael ini siapa apa boleh saya mengenalnya? cantik sekali. Nona manis mau kenalan denganku?" ujar salah satu kolega bisnis Kael.

Kael yang akan menjawab langsung ditahan oleh Vanya, "tidak." jawab Vanya tegas.

Ia tidak menye-menye seperti kebanyakan wanita.

"Dengan begini kamu lebih menantang untuk aku dapatkan cantik." ujarnya genit dengan kurang ajar ingin menyentuh lengan Vanya.

"Don't touch, Vanya is mine!" ujar Kael dengan marah.

Keriuhan terjadi di sebuah ruang pertemuan mewah yang menjadi saksi bisu pertengkaran hebat.

"Hey, tuan Kael bolehkan jalang kecilmu ini menjadi milikku, dia sangat cantik dan sexy." ujar Vio sambil tersenyum miring.

Sungguh Vio ini tak tau kalau Kael sangat kejam kalau dia sudah marah, dengan cepat Kael langsung maju ke depan.

"Kalau tak boleh, ku tukar dengan 200 Triliun pun aku sanggup." celetuk Vio yang semakin menambah kemarahan Kael.

Vanya, dengan gerak cepat dan tajam, menendang kepala Vio, kolega bisnis Kael, yang baru saja menyampaikan komentar menghina.

Tendangan itu begitu kuat sehingga Vio terjatuh, meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang nyeri.

BUGH!

"AARGH SAKIT!" jerit Vio, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kamu marah, hmm?" tanya Vanya dengan nada penuh tantangan, matanya menatap tajam ke arah Kael yang berdiri tak jauh darinya.

Kael, yang menyaksikan kejadian itu, hanya tersenyum tipis dan menghampiri Vanya. "Tepat sekali tindakanmu ini, kamu memang calon istriku." puji Kael, sambil mengecup kening Vanya sebagai tanda dukungan dan kasih sayangnya.

Komentar Kael itu semakin membuat Vio marah. "KURANG AJAR!" teriaknya, tidak terima dengan perlakuan yang diterimanya.

Vio berdiri dengan susah payah, wajahnya memerah dan napasnya memburu, menunjukkan amarah yang memuncak.

Tanpa peringatan, Kael maju ke depan, mendorong Vio hingga terhuyung kembali.

Mereka berdua terlibat dalam perkelahian yang sengit.

Pukulan demi pukulan melayang, namun Kael dengan keahlian bela dirinya, berhasil mengungguli Vio.

Dengan gerakan yang cepat dan terukur, Kael menghantam wajah Vio, membuatnya babak belur dengan dua gigi depan yang tanggal. Darah bercucuran dari mulut Vio, membasahi lantai yang mengkilap.

Vio, dengan tubuh yang lemah dan wajah yang rusak, menatap Kael dan Vanya dengan pandangan penuh dendam.

"Aku akan kembali dan kau Vanya kau akan jadi milikku nanti, akan ku buat kau menjerit keras di bawahku!" ancam Vio dengan suara serak, sebelum akhirnya dia tersungkur, kehilangan kesadaran.

"Kau bicara apa sialan!" teriak Kael yang marah, ia akan merobek mulut Vio namun tak jadi karena sudah pingsan duluan.

Vanya memandang Kael, matanya berbinar penuh rasa bangga dan terima kasih. Kael membalas dengan senyuman lembut, memeluk Vanya erat.

Di tengah kekacauan yang terjadi, ikatan di antara mereka semakin kuat, terjalin dalam cinta dan perlindungan. Namun, ancaman Vio yang terakhir masih bergema di telinga mereka, memberikan bayang-bayang akan masalah yang akan datang.

Kael langsung melumat bibir Vanya di depan banyak kolega bisnisnya.

Tentu saja sorakan riuh terjadi di sana, "Bos ingat anak orang jangan di apa apa in dulu." teriak Daryl.

"Aku kirim sama Tante Velia ya bos." sahut Zan sambil tertawa keras setelah mengabadikan momen epic tadi.

1
Coffe. maniss
aku kasih penilaian nih biar authornya notic😭

KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
Coffe. maniss
ni cowok Mandang fisik banget ya!!!
Coffe. maniss
Dihh ngaju" si Reke
Coffe. maniss
sumpah yaa.... jadi cewek sebadassss ini si vanyaaa😭😭
Coffe. maniss
menyala Vanya...
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥
Coffe. maniss
Issss geram nya aku Ama nek lampir satu iniiii,
Coffe. maniss
mantap Vanya🔥🔥🔥
Styyyy.gen z
suka dn bgus jg... alur ceritanya y gk aneh" dn nggak menye"... tpi knpa bnyk bgt tokoh pria tampannya yh jdi ny kn Vanya bingung mau pilih yang mana ya wlpun ttp bara pemenangnya...😭☝🏼
Styyyy.gen z
Jujur ceritanya keren, nggak ngebosenin... tingkah vanya yang bar" sama bara yang posesif bacanya sambil senyum-senyum sendiri wkwk...u
Styyyy.gen z
oke bagus menarik alur ceritanya di setiap ceritanya juga sangat menghayati sampai saya 24 jam tidak mau berhenti membacanya kata-katanya pun tidak terlalu bagus sehingga mudah dimengerti
Styyyy.gen z
Cihuy bener gak usah di anggap deh orang begitu☝🏼
Styyyy.gen z
Woi😭😭😭😭🫵🏼
Styyyy.gen z
Tajem banget mulutnya... gilakkk
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️🍓
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️
Arin
🤣🤣🤣🤣🤣
Syriii.kzza
Behh emang yang begini harus di kasih tahu siapa yang berkuasa!!!!
Syriii.kzza
apa karna ini juga ya si Kael itu jomblo Mulu, karna kalo ada yang Deket sama dia musuhnya auto di mana-mana
Syriii.kzza
ini kayaknya si Kael punya masa lalu yang kelam deh? apa cuma aku yang mikir gitu???
Syriii.kzza
Thorr, thanks udah ngasih judul begitu, ini langsung ku skip kok😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!