NovelToon NovelToon
Benci Yang Tercinta

Benci Yang Tercinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rumachi

"Pada akhirnya, kamu adalah luka yang tidak ingin aku lepas. Dan obat yang tidak ingin aku dapat."

________________

Bagaimana rasanya berbagi hidup, satu atap, dan ranjang yang sama dengan seseorang yang kau benci?
Namun, sekaligus tak bisa kau lepaskan.

Nina Arunika terpaksa menikahi Jefan Arkansa lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Sosok yang ia benci karena sebuah alasan masa lalu, namun juga cinta pertamanya. Seseorang yang paling tidak ingin Nina temui, tetapi sekaligus orang yang selalu ia rindukan kehadirannya.

Yang tak pernah Nina mengerti adalah alasan Jefan mau menikahinya. Pria dingin itu tampak sama sekali tidak tertarik padanya, bahkan nyaris mengabaikan keberadaannya. Sikap acuh dan tatapan yang penuh jarak semakin menenggelamkan Nina ke dalam benci yang menyiksa.

Mampukah Nina bertahan dalam pernikahan tanpa kehangatan ini?
Ataukah cinta akan mengalahkan benci?
atau justru benci yang perlahan menghapus sisa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obat Favorit

"Aku mengenalmu jauh lebih banyak dari yang kau kira, Nina"

Jefan menyusupkan kepalanya dibahu Nina. Lelaki itu memeluk tubuh istrinya dari belakang, melingkar tangannya dipinggang Nina.

"Sudah berapa lama kau tau?"

"Cukup lama"

"Apa... terlihat menyedihkan?"

Jefan terdiam. Tak menjawab pertanyaan istrinya itu. Kepalanya masih menempel lesu dibahu kanan Nina.

Menyedihkan katanya? Hati lelaki itu mencelos mendengarnya.

Tiap inci penderitaan gadis itu justru terasa menyakitkan baginya.

Jefan masih tidak bisa melupakan kejadian beberapa tahun lalu itu, bahkan Jefan masih mengingat detailnya dengan jelas.

Di malam yang mencekam itu, dengan luapan emosi yang sudah tak lagi terkendalikan, ia hampir saja membunuh seseorang.

Jika tidak ada polisi yang memang sengaja dipanggilnya datang, mungkin saat ini dia masih ada di penjara sebagai seorang pembunuh.

"Apa aku terlihat begitu, Jefan?" tanya Nina lagi. Tangan nya menyentuh punggung tangan Jefan yang melingkar di perutnya.

Jefan menggeleng dalam diam, tapi tangannya mengeratkan dekapan hangatnya.

Nina sendiri tidak tau bagaimana cara Jefan mengetahui nya, karena yang ia tau, setelah Jefan mempermainkan nya dulu, dia pergi meninggalkanya dan tak pernah lagi datang menemuinya.

Nina hanya dengar kabar kalau lelaki itu pergi ke luarnegeri untuk melanjutkan study.

Untuk itu, gadis itu pernah membencinya. Entah karena ditinggalkan begitu saja setelah mengacak-acak hatinya, atau karena kejadian malam itu yang bahkan bukan dia yang melakukannya.

"Maafkan aku"

"Untuk apa?"

"Entahlah, aku hanya ingin minta maaf"

Nina tersenyum, ia mengangkat kakinya ke atas sofa dan memiringkan posisi tubuhnya, membuat kepala Jefan yang sedari tadi menempel dibahu Nina terangkat.

Gadis itu menangkup wajah Jefan yang terlihat murung sejak kejadian mati lampu tadi. Ia menatap nya lekat-lekat. Entah kenapa tersirat kesedihan yang mendalam di matanya, seakan memeluk penyesalan yang tak bisa dilepaskannya.

"Kenapa bersedih begitu? Apa aku membuatmu takut?"

Jefan hanya terdiam membalas tatapan dalam yang diberikan istrinya. Ini pertama kali, nya Jefan menghadapi langsung Nina yang terjerat trauma akan kegelapan

Dan itu sangat menghancurkannya. Lelaki itu jadi sadar kembali apa saja yang sudah diperbuat pada hidup gadis ini.

Rasa bersalah kembali membelenggu nya dengan erat. Apakah ia pantas menerima cinta yang begitu besar dari gadis yang sudah ia hancurkan hidupnya ini?

"Nina, gara-gara aku meninggalkanmu dulu ditempat itu, kau jadi.... "

"Cukup, jangan bicarakan lagi"

"Harusnya kau masih membenciku, kenapa kau memberiku cinta sebesar ini?"

"Karena kamu juga obatnya"

Nina mengelus pipi Jefan yang nampak tegas, tak ada lagi kebencian dihatinya. Semua lenyap setelah mengetahui perasaan sebenarnya lelaki ini padanya.

"Selama ada kamu, saat aku bisa merasakan kehadiran mu. Ketakutan itu memudar"

"Hanya kamu yang bisa jadi obatku" lanjut Nina lembut dan menempelkan keningnya pada Jefan.

Jefan meraih pinggang Nina melingkar kan tangan kirinya di tubuh gadis itu. Ia mengangkat dagu istrinya pelan dan memberi kecupan singkat di bibirnya.

Sedetik kemudian, bibir yang semula hanya mengecup singkat kini kembali menempel lebih dalam bergerak secara perlahan, seolah ingin menghapus luka-luka yang pernah diperbuatnya.

Tubuh mereka kini benar-benar saling menempel, dada Jefan naik-turun berat, sementara Nina bisa merasakan hangat nafasnya di sela-sela bibir yang masih menyatu.

“Jefan...” bisik Nina yang tersuarakan saat ada jeda, namun justru membuat suaminya itu semakin menekan pelukan di pinggang Nina.

Jefan memiringkan tubuh Nina hingga terbaring setengah di sofa, sedangkan dirinya menunduk, tetap menjaga pandangan mereka bertemu.

Suaminya itu menyapu helaian rambut Nina yang jatuh di wajahnya, lalu menelusuri pipinya dengan ibu jari.

Lelaki itu memperhatikan detail wajah istrinya dengan penuh kasih. Matanya tak berpaling dari paras rupawan yang sudah ia sukai sejak dulu.

Nina mengaitkan tangannya di belakang leher Jefan. Kemudian Jefan dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada Nina, menyusuri garis rahang Nina dengan kecupan kecil, turun ke lehernya, membuat gadis itu agak merasakan geli menyenangkan dalam dekapannya.

Nina menutup mata merasakannya, jemarinya menekan kuat di bahu Jefan. Ia bisa tau perasaan yang coba disalurkan suaminya itu, betapa lelaki itu mencurahkan segalanya melalui setiap kecupan, penyesalan, cinta, sekaligus rasa takut kehilangannya.

Jefan mengangkat wajahnya dan kembali menatap istrinya yang cantik, mata mereka bertemu begitu dekat. Napas keduanya naik turun tak beraturan.

“Untuk semua luka di hidupmu, aku berjanji akan menghapus semua. Karena kebahagiaan mu juga obat untuk lukaku”

Lelaki itu memandang dalam Nina dengan penuh cinta, dan membawanya kedalam pelukan erat.

Mereka adalah obat untuk masing-masing luka yang mereka miliki.

Sama-sama menjadi obat favorit satu sama lain.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Nina berjalan memasuki lobi perkantoran menuju meja resepsionis, tangan sibuk membawa paperbag berukuran sedang.

"Permisi selamat pagi, apa suami saya ada dikantor?"

"Selamat pagi, Bu. Pak Jefan ada di ruang kerjanya, mau saya antarkan kesana, Bu?"

Nina tersenyum, "Boleh, terimakasih"

Gadis itu mengikuti, karyawan resepsionis yang menyambut nya dengan ramah. Sebenarnya ini pertama kalinya, Nina mengunjungi Jefan dikantor nya. Tapi, syukurlah karyawan ini mengenalinya.

Tentu saja pastinya karena mereka semua datang ke acara pernikahan nya. Walau dulu kesannya pernikahan mereka agak terpaksa tapi Jefan tak ragu mengundang semua orang perusahaan, keluarga dan temannya diacara itu.

Kalau dipikir kembali, acara itupun tidak sederhana. Cukup mewah. Harusnya hari itu jadi hari yang sempurna ya.

Nina kemudian tersenyum dalam diam mengingat memori nya semalam, tadi pagi saat bangun tidur, gadis itu bukannya merasa segar tapi malah merasa badannya sedikit linu.

Karena semalam mereka berakhir tertidur berdua diatas sofa ruang tamu yang bahkan lebih kecil dari ranjang rumah sakit waktu itu.

Tapi jujur, itu menyenangkan. Malam yang sangat hangat dan sempurna.

Gadis itu sempat kecewa karena menyadari dirinya terbangun saat Jefan sudah pergi kerja. Ia bahkan belum sempat membuatkannya sarapan.

Untuk itu, hari ini dia berniat mengejutkan suaminya itu dengan mengunjunginya dan membawakan sarapan untuknya, terlebih Jean memintanya libur saja hari ini.

Jadi dia bisa dengan tenang melakukan ini.

Mungkin atasannya itu merasa iba pada Nina yang agak kalut setelah kejadian makan malam.

"Disini, Bu. Silahkan masuk"

Karyawan wanita itu membungkuk kan badannya begitu sampai didepan pintu coklat tua bertuliskan direktur utama diatasnya.

Nina membalas membungkuk dalam dan mengucapkan terimakasih. Aneh rasanya menerima perlakuan yang sering dia lakukan untuk orang lain.

Seteleh melihat resepsionis pergi, Nina menghela napas gugup dan mengetuk tiga kali pintu sebelum membukanya.

Begitu pintu terbuka ulasan senyum dibibir Nina agak sedikit mengendur.

Disana Jefan terlihat sangat terkejut atas kedatangan Nina, tapi terlepas dari itu, Hera bahkan jauh lebih terkejut, tangannya masih terpaku memegang dasi yang dililitkan ke leher suaminya itu.

Apa kerapian atasan juga tugas seorang sekertaris?

Suasana seketiga canggung. Hera melepaskan tangannya yang belum selesai membuat simpul rapi dasi Jefan.

"Ninaaa, haloo selamat pagi" sapa Hera dengan nada riang namun agak terdengar kaku.

Jefan berjalan mendekat, ia membuang dasinya ke kursi "Kenapa kau kesini?"

"Ah~ aku membawakanmu sarapan" Nina mengangkat paperbag yang sedari tadi di genggamnya.

Jefan menghela napas berat, ia meraih paperbag yang dibawa istrinya itu.

"Harusnya kabari aku dulu"

"Apa aku mengganggu?"

"Bukan begitu, aku bisa meminta seseorang menjemputmu kalau memang kau mau datang"

Jefan berjalan kearah sofa ruang kerjanya, Hera tersenyum kikuk menatap Nina yang mengekor dibelakang Jefan.

"Kalau begitu, selamat bersenang-senang kalian"

"Ayo ikut sarapan bersama, aku membawa banyak makanan kok" Ujar Nina menginstruksi Hera yang baru saja melangkah menjauh.

"Tidak usah. Makanan yang kau buatkan semalam pun masih memenuhi perutku. Nikmat lah waktu kalian." Hera tersenyum dan menghilang dari balik pintu.

"Lain kali tolong kabari aku dulu" ujar Jefan sembari mengeluarkan kotak bekal dari paperbag dengan datar.

"Sepertinya kedatanganku tidak membuatmu nyaman ya"

"Tidak begitu, Nina"

"Kau terlihat jadi murung begitu aku masuk tadi"

Jefan menghentikan pergerakannya, ia terdiam sejenak dan menyandarkan punggung nya ke sofa.

"Maafkan aku. Ayo makan bersama, aku harus ke rapat penting setelah ini"

Nina menatap Jefan yang tak berani menatap kedatangannya. Entah apa yang membuat lelaki itu tak nyaman Nina mengunjunginya ke kantor.

Tidak mungkin malu kan? Jefan bahkan sudah memperkenalkan pada seluruh orang perusahaan saat acara pernikahan mereka.

Apa karena Nina melihat nya bersama Hera disituasi yang tidak ingin dia perlihatkan?

"Makanlah perlahan, jangan terburu-buru. Aku akan pulang sekarang"

"Tunggu" Jefan berdiri dari tempat duduknya sebelum Nina membalikkan badan

"Kau marah?"

"Kenapa aku harus marah?"

"Kenapa sudah mau pulang?"

"Tujuanku memang hanya untuk mengantarkan sarapan"

Jefan menghela napas panjang, ia meraih kunci mobilnya dimeja "Baiklah, aku antar"

"Bukankah tadi kau bilang mau ada rapat penting"

Jefan tertegun. Ia memandang kosong tanganya yang masih memegang kunci mobil.

Nina tersenyum samar melihat keraguan suaminya itu, "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
pikacuw
jantung ginjal dan usus gw😭💔
Rumachi: Ar yu okey? :)
total 1 replies
pikacuw
lahhhhh perasaan baru aja mesra2an... udah ada lagi aja yg bikin greget🙂🤦🏻
Irha Sila
Luar biasa
Irha Sila
Lumayan
Nunk🇮🇩🇵🇸
Karya perdana tapi gaya penulisan, tata bahasa n tanda bacanya bagus thor jadi enak dibaca. Sering nemu novel dri jalan cerita bagus tapi tanda bacanya berantakan jadi bikin ga mood baca. Semoga jalan ceritamu jg bgus thor ga berbelit2.
Rumachi: Terimakasiii banyak hihihi/Whimper//Heart/
total 1 replies
Esti Purwanti Sajidin
ayuh ka syemangad sdh 1 vote ka
Rumachi: Syaaap!! timaaaciiw/Kiss/
total 1 replies
pikacuw
nyebut lu fan astagfirullah itu istri lu sendiri /Panic/
pikacuw
lanjutin sekarang atau gw gulung nih bumi/Sob/
Rumachi: gakpapa gulung aja
total 1 replies
pikacuw
lanjut thor 🙌🏻
pikacuw
Masih baru banget rilis nih, baru 6 bab tp udah bikin arrgggghhggg campur aduk huhuuhuuu nice thor😭😭
pikacuw
belum-belum udah geregetannnnn gw hihh
pikacuw
awal yang menarik
MindlessKilling
Author jago bener bikin cerita, sukses terus! 🙌
Rumachi: Maaciiw🥺🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!