Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3
Satu bulan sudah berlalu. Hubungan antara Helena dan Clara terlihat begitu akrab. Tidak ada yang menyadari rencana licik Clara sampai detik ini. Di mata Helena, Clara adik yang sangat menyenangkan.
Memang selama ini Helena sangat menginginkan sosok adik perempuan. Dia bisa menjadikannya teman cerita dan teman belanja.
Siang itu Helena dan Clara belanja di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka membawa beberapa paper bag berisi barang belanjaan. Helena berdiri di depan toko pakaian bayi. Wanita itu tersenyum. Bahkan memperhatikannya sampai kedua matanya berkaca-kaca. Sejak memutuskan menikah, pikirannya selalu saja dipenuhi dengan kebahagiaan keluarga cemara. Helena ingin membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Seperti dirinya dulu bersama orang tua kandungnya.
"Kakak pengen punya bayi juga?" ledek Clara.
"Bagaimana bisa punya bayi. Sampai detik ini saja aku dan Aberzio ...." Helena memandang ke arah Clara. Dia merasa Clara sangat bisa dipercaya. Tidak ada yang harus dia rahasiakan dari Clara.
"Dia belum ada menyentuhku, Clara. Entah aku yang belum siap. Entah dia yang belum mau." Helena melamun. Dia kembali mengingat cerita pernikahannya yang berjalan dengan begitu manis.
"Apa yang kakak pikirkan? Kakak itu wanita yang sangat sempurna di mata Kak Aberzio." Clara kembali berdusta. Memperlihatkan wajah polosnya. Berbeda jauh dengan isi hatinya yang sedang mengumpat habis-habisan. "Baru satu bulan. Masih ada banyak waktu untuk mencobanya."
"Apa rasanya sakit?" Helena mengernyitkan dahinya. Hanya itu yang dia pikirkan sampai-sampai satu bulan pernikahannya dia masih dengan status perawan.
"Aneh sekali. Kenapa bertanya sama aku yang belum menikah." Clara kembali tertawa. "Lebih tepatnya aku yang sengaja menggagalkannya agar Kak Aberzio tidak pernah menyentuhmu, Helena. Hanya aku yang pantas mengandung anak Kak Aberzio. Keturunan Guineno selanjutnya," batin Clara.
Setelah mengetahui pernikahan antara Helena dan Aberzio, Clara segera memasang cctv di kamar pribadi Aberzio. Itu kenapa dia tahu kalau sampai detik ini Helena dan Aberzio belum ada bercinta sama sekali. Setiap kali hampir terjadi, Clara memiliki segudang rencana untuk menggagalkannya.
"Clara, Aberzio tadi malam cerita kalau kau memiliki masalah. Apa masalahnya sangat serius?" Helena memegang tangan Clara. Dia sangat mengkhawatirkannya.
"Hanya masalah kecil di mata Kak Aberzio. Aku pinjam dulu suami kakak selama beberapa hari. Apa boleh? Aku akan membawa Kak Aberzio ke Meksiko."
"Tentu saja, boleh. Aku juga tidak bisa tenang jika kau dalam masalah." Helena menarik Clara dan memeluknya. "Aku sangat menyayangimu, Clara."
Clara hanya diam saja. Dia memperhatikan anak buahnya yang sudah tersebar di beberapa titik. "Sekarang saatnya. Percobaan kali ini tidak boleh sampai gagal," batin Clara. Sudah berulang kali dia mencoba untuk mencelakai Helena namun hasilnya selalu zonk.
"Kak, ayo kita pulang. Sudah sore."
Helena mengangguk. Dua wanita itu masuk ke dalam mobil. Mereka akan segera pulang sebelum langit berubah gelap.
Clara memainkan ponselnya. Kini mobil Helena ada di dalam kendalinya. Senyum licik terukir jelas dibibirnya. Clara sudah tidak sabar melihat Helena tewas di depan matanya.
Helena melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Melewati pusat kota karena memang Helena suka sekali berkeliling sore sebelum tiba di rumah. Sesekali terdengar suara Helena yang merdu ketika bernyanyi. Dia terlihat bahagia.
Namun, beberapa saat setelahnya. Helena mulai merasa ada yang salah dengan mobilnya. Wanita itu berusaha menginjak rem mobilnya hingga berulang kali. Namun hasilnya sama saja.
"Clara, remnya bermasalah." Helena mulai panik.
"Benarkah? Lalu, bagaimana kak? Apa kita akan celaka?" Clara memasang wajah panik juga. Aktingnya harus terlihat alami.
"Tenanglah." Helena kembali fokus. Melirik spion sejenak sebelum melepas gas mobilnya. Meskipun rem tidak bisa dikendalikan, tapi Helena bisa dengan mudah menghindari tabrakan dengan mobil lain. Wanita itu terlihat begitu tenang. Seolah-olah kejadian ini tidak akan sampai mengancam nyawanya.
"Sial! Kenapa kami bisa selamat," batin Clara. Clara menekan sesuatu di dalam tasnya. Kali ini mobil Helena melaju cepat. Kecepatan gasnya sudah ada di dalam kendali Clara.
"Shit! Seseorang sedang bermain-main denganku ternyata. Kita lihat saja. Siapa yang akan menang," ujar Helena mulai emosi. Dia mengambil ponselnya dan menekan nomor Aberzio.
Clara melirik ke depan. Dia sudah meminta bawahannya untuk bersiaga di depan. Kali ini mereka tidak boleh sampai gagal.
"Aberzio, seseorang memanipulasi mobilku. Sekarang aku bersama dengan Clara," ucap Helena sambil tetap fokus ke laju mobilnya.
Clara tersenyum licik melihat Helena semakin tidak fokus dengan laju mobilnya. Bisa dibayangkan sepanik apa wajah Aberzio di kejauhan sana. Tapi Clara tahu kalau Aberzio ada di luar kota. Pria itu tidak akan tiba tepat waktu untuk menyelamatkan istrinya.
"Shit!" umpat Helena saat melihat seorang anak kecil berlari menyebrang jalan. Ponsel di tangannya terlepas. Helena berusaha mengendalikan laju mobilnya. Karena kecepatannya sangat tinggi, Helena tidak berhasil mengendalikannya. Mobil itu terguling di tengah jalan. Berputar hingga berulang kali sebelum berhenti dengan posisi terbalik.
Helena merasakan kepalanya berdarah. Pusing juga. Dia segera membuka pintu mobil sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
Clara tersenyum penuh kemenangan. Dia mengambil pistolnya untuk menembak Helena. Setelah ini dia juga akan pingsan untuk menghilangkan bukti. Sangat mudah. Yang paling penting Helena sudah tewas.
Tiba-tiba seorang pria muncul dan segera menarik Helena. Clara kaget bukan main. Dia segera menurunkan senjatanya dan pura-pura pingsan. Tidak mau sampai ketahuan.
"Helena, bangun!" Pria itu segera menggendong Helena. Membawanya keluar dari mobil. Bahkan sama sekali tidak peduli dengan Clara.
"Siapa pria gila itu? Kenapa dia membawa Helena pergi."
Helena dibaringkan di pinggir jalan. Pria itu menepuk pipi Helena dengan penuh kekhawatiran. "Gadis kecil, bangun. Hanya luka seperti ini. Kau begitu lemah. Hei, bangun."
Helena membuka matanya perlahan. Bibirnya tersenyum. "Clous."
"Kau membuatku khawatir." Clous segera memeluk Helena. "Apa yang terjadi? Kenapa balapan di jalan raya."
"Remku rusak."
"Lalu, dimana suamimu itu? Pria yang katanya begitu berkuasa." Clous terlihat mengumpat. "Helenaku hampir saja celaka."
Helena mengatur napasnya. "Dia di luar kota."
Clous kembali memeluk Helena. Mengusap punggungnya. "Aku akan selalu melindungimu. Aku tidak akan membiarkanmu celaka. Apa ini sakit?"
Helena menggeleng pelan. Dia menjatuhkan kepalanya di dada Clous. "Seseorang ingin membunihku."
"Selama aku masih hidup. Aku tidak akan membiarkanmu celaka. Aku janji." Clous mengecup pucuk kepala Helena. Memastikan Helena kembali tenang. Tidak merasakan sakit karena kepalanya terluka.
Dari dalam mobil, Clara memperhatikan kedekatan Helena dan Clous. Wanita itu tersenyum licik setelahnya. Clara tahu seperti apa seorang Aberzio jika sudah cemburu. Kini dengan beraninya Helena bermesraan dengan pria lain.
"Aku bisa memanfaatkan pria itu untuk merusak hubungan antara Helena dan Kak Aberzio. Ternyata kau tidak sepolos yang aku bayangkan Helena. Jalang sialan."
"Bos, anda baik-baik saja? Mobilnya terbakar. Kenapa anda diam saja," protes anak buah Clara.
Clara kembali tersadar. Dia memandang api yang sudah menyala. "Sepertinya Helena juga ingin aku mati. Lihatlah sekarang. Dia tidak menyelamatkanku. Seenaknya bermesraan dengan pria lain."
"Bos, saya akan menyamar sebagai warga. Mari saya bantu." Pria itu segera mengeluarkan Clara dari dalam mobil. Di detik-detik sebelum mobil tersebut dilalap api. Membawa Clara ke tempat yang aman.
Helena kaget melihat api menyala dengan panas. Dia segera berdiri. Bahkan sampai mendorong tubuh Clous tanpa sadar.
"Clara!"
Helena bisa bernapas lega melihat Clara sudah keluar dari mobil. Seorang pria meletakkan Clara sebelum pergi. Helena bahkan tidak sempat mengucapkan terima kasih.
"Clara." Helena berlari menghampiri Clara.
Clous memandang Clara dengan serius. Pria itu pergi setelahnya. Dia yakin Helena akan aman setelah ini.
"Kakak baik-baik saja?" Clara kembali berpura-pura.
"Bagaimana denganmu? Kepalamu terluka." Helena terlihat panik.
"Kak." Clara menjatuhkan tubuhnya hingga tergeletak di jalanan. Dia tahu kalau Aberzio dan Strike baru saja tiba.
"Kenapa mereka di sini? Bukankah seharusnya masih di luar kota?" umpat Clara di dalam hati. Masih dengan kondisi pura-pura pingsan.
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?" Aberzio memeluk Helena dengan penuh rasa khawatir.
"Aku juga tidak tahu. Aberzio, Clara pingsan. Kepalanya terluka. Kita harus membawanya ke rumah sakit." Helena melepas pelukan Aberzio. Memandang Clara dengan begitu khawatir.
"Strike, bawa Clara ke rumah sakit." Aberzio segera menggendong Helena. "Ayo kita pulang. Aku akan meminta Dokter James merawatmu di rumah. Kepalamu terluka Helena."
"Tapi ini hanya luka kecil. Clara yang paling parah," sangkal Helena.
"Clara akan baik-baik saja. Kondisimu yang paling penting saat ini." Aberzio segera membawa Helena.
Clara menahan rasa perih yang begitu luar biasa. Setega itu Aberzio terhadapnya. Sebelum ada Helena, bahkan luka sekecil apapun selalu diperhatikan oleh Aberzio. Kini saat kepalanya terluka dan wajahnya berlumuran darah. Aberzio terlihat tidak peduli. Lebih memikirkan kondisi Helena.
"Clara, apa kau bisa mendengarku?" tanya Strike sambil menepuk pipi Clara. Dia tahu kalau Clara nggak pingsan.
"Aku lemas, Strike. Bisakah kau tidak bertanya. Aku mau pulang saja. Aku tidak mau ke rumah sakit," sahut Clara masih memejamkan mata. "Mereka musuhku. Aku akan merasa sangat berdosa jika musuhku berhasil mencelakai Kak Helena."
"Aku akan menyelidikinya."
"Tidak perlu. Anak buahku sudah bergerak. Mereka pasti akan segera tertangkap," sahut Clara cepat. Dia juga tidak mau sampai Strike tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Baiklah," sahut Strike santai. Dia melirik ke arah mobil Helena yang terbalik di tengah jalan dan sudah habis dilahap api. "Kenapa mobilnya bisa sampai seperti ini? Apa Nona Helena balap lagi?"
Clara hanya diam. Dia juga tidak mau sampai rencananya terbongkar.
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert
jeson ben kalian dimana😭