NovelToon NovelToon
Keikhlasan Cinta

Keikhlasan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Angst
Popularitas:45.3k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.

Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.

Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.

Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tujuh

Malam ini Vania mengajak Khanza duduk di balkon. Pasien semua sudah dia tangani. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.

"Mbak belum tidur? Nggak capek?" tanya Khanza saat mereka duduk sambil memandangi langit yang cerah karena bertabur bintang-bintang.

"Aku masih mau menikmati malam. Atau kamunya yang sudah ngantuk?" Vania balik bertanya.

"Nggak, Mbak. Dari siang hingga sore aku sudah tidur."

Vania tersenyum menanggapi ucapan Khanza. Dia sebenarnya ingin mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada wanita itu.

"Khanza, apa aku boleh tau, sebenarnya apa yang telah terjadi denganmu?" tanya Vania dengan suara pelan.

Khanza memandangi Vania dengan tatapan sendu. Dia lalu menunduk dan mulai bercerita, mengatakan apa yang telah terjadi dengan dirinya.

Khanza mengatakan semuanya dari awal dia diajak ikut ke apartemen Fanny. Hingga tiba-tiba matanya mengantuk dan ketika bangun dirinya telah berada di kamar berdua dengan salah satu pria temannya.

Air mata jatuh membasahi pipinya Khanza. Dia kembali teringat kejadian seminggu yang lalu. Tubuhnya tampak gemetar menahan sesak di dada.

"Jahat banget Fanny. Aku tak menyangka ada wanita yang tega menyakiti sesama wanita," gumam Vania.

Vania lalu memeluk tubuh Khanza yang gemetar. Dia dapat merasakan sakit yang wanita itu rasakan.

"Yakinlah akan ada pelangi setelah hujan. Dan mereka yang telah menyakiti kamu tak akan bisa hidup tenang. Mereka akan dihantui rasa bersalah."

Vania lalu melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Khanza. Dia lalu tersenyum agar wanita itu juga melakukan hal yang sama.

"Lupakan semua, walau itu tak mudah. Hidup terus berjalan, jangan biarkan masalah menghentikan langkahmu. Masalah adalah ujian, bukan penghalang. Bangkitlah lebih kuat setelah menghadapinya. Tidak ada yang permanen. Emosi yang kita rasakan sekarang, perjuangan yang kita lalui, atau masalah apa pun dalam hidup kita akan berlalu seiring waktu dan semuanya akan baik-baik saja," ucap Vania dengan suara lembut dan senyuman.

"Khanza, kebetulan besok hari libur. Klinik ini tutup. Dipta juga sepertinya tak ada urusan, lagi bebas. Bagaimana kalau kita ke pantai?" tanya Vania dengan suara antusias. Dia sengaja mengajak Khanza agar wanita itu bisa melupakan semua beban dan masalahnya.

"Terserah Mbak aja. Aku ngikut ...," jawab Khanza.

"Oke, aku juga sudah lama tak ke pantai. Aku hubungi Dipta nanti. Sekarang kamu tidur. Lupakan semua yang telah menyakitimu."

Vania lalu mengajak Khanza untuk tidur. Mereka masuk ke kamar masing-masing.

**

Pagi harinya, Vania sudah siap dengan segala perlengkapan—handuk, sunblock, dan tentu saja, makanan ringan. Dipta datang lebih awal dan menunggu mereka di depan rumah Vania.

“Hey, cantik-cantik! Siap berpetualang?” teriak Dipta sambil melambai-lambaikan tangan. Penuh semangat, dia mengenakan kaos biru muda dan celana pendek yang membuatnya tampak sangat ceria dan semakin tampan.

“Siap! Sekalian bawakan makanan pesanan kamu ini!” Vania menunjuk ke arah kotak makanan yang dipegangnya.

Khanza tersenyum sedikit melihat keakraban antara Vania dan Dipta. Diakuinya kalau pria itu sangat baik.

“Pastinya! Gak lengkap hidupku tanpa makanan,” balas Dipta sambil tertawa, lalu mengangkat ranselnya dan membuka pintu belakang mobil untuk mereka masuk.

Saat dalam perjalanan, Vania duduk di samping Khanza, dan Dipta mengemudikan mobil dengan lagu-lagu ceria mengalun di radio.

“Gimana kerjaan'mu, Dip?” tanya Vania memecah kesunyian.

“Hah? Oh, biasa aja lah. Habis deadline proyek kemarin, jadi sekarang lebih santai,” jawab Dipta tanpa menoleh. “Bisa bermanja-manja sambil nunggu proyek berikutnya.”

Khanza yang duduk di samping jendela hanya mengangguk, meski pikirannya masih melayang. Melihat wanita itu hanya diam, Vania merasa hatinya tertekan. Dia mengajak ke pantai untuk membuat bahagia, jika tetap sedih, tak ada gunanya.

“Khanza, nanti saat di pantai, kita bikin beberapa foto ya! Ini momen penting! Kamu harus stylish,” Vania mengalihkan perhatian Khanza sambil tersenyum.

“Ya, siapa tahu bisa jadi bahan konten Instagram,” ujar Khanza mencoba bercanda.

Setelah perjalanan yang cukup panjang, mereka akhirnya tiba di pantai. Suara deburan ombak menenangkan, aroma garam laut menyegarkan. Vania dan Dipta bersemangat turun dari mobil dan langsung menuju ke pasir.

“Lihat! Pantai ini sepi sekali. Kita bisa punya banyak ruang untuk bermain,” kata Vania sambil berlari ke arah laut, diikuti oleh Dipta.

Khanza hanya tertawa kecil di belakang mereka. Meski hatinya tak sepenuhnya senang, energi dari kedua orang itu berusaha mengikutinya.

“Eh, Khanza! Ayo, berani gak masuk ke air?” seru Vania sambil melambaikan tangan.

Khanza menggaruk lehernya, “Hmmm, aku … mungkin lihat dulu deh.”

Dipta memandang Khanza. “Ayo lah, Khanz! Airnya hangat kok. Nih, aku tunggu di sini!” Dia melangkah mendekat, menunjukkan sikap peduli yang bisa saja membuat Vania merasa sedikit cemburu.

Akhirnya, Khanza merasa tergerak untuk ikut. Dia menghapus keraguan dan menuju ke arah mereka berdua. Di sinilah semua kebisingan, masalah, dan patah hati seakan tak ada.

Beberapa saat kemudian, satu sama lain mulai berlarian di air, tertawa dan berteriak seolah waktu berhenti. Vania merasa segalanya mulai kembali, setidaknya untuk sementara. Namun, ketika melihat Dipta terus mendekati Khanza untuk memastikan dia nyaman, Vania merasakan sedikit rasa cemburu.

“Dipta, ayo! Ambil gambarku dan Khanza!” Vania berteriak, berusaha untuk mengalihkan perhatiannya.

“Siap! Senyummm!” Dipta mengarahkan ponselnya, mengabadikan momen itu. Khanza dan Vania berpose sambil berlari ke arah ombak, air yang memercik menambah keceriaan mereka.

Di sela canda, Vania tak bisa mengalihkan pandangannya akan tatapan Dipta ke Khanza. Sebuah senyum lembut terbentuk di wajah Dipta saat melihat Khanza lebih ceria.

Tanpa disadari, Vania terjebak dalam keraguan, “Kenapa aku bisa cemburu ya? Bukankah aku yang menginginkan Khanza tersenyum?” pikirnya.

Hari pun berlalu dengan serangkaian momen ceria. Mereka bermain voli, membuat istana pasir, dan berbagi cerita sembari makan siang yang diisi dengan tawa dan canda. Vania merasa lega melihat Khanza tersenyum.

“Khanz, aku tahu kamu masih merasa sedih, tapi perlu kamu tahu bahwa aku dan Dipta selalu ada di sini,” kata Vania, menghilangkan semua beban di hatinya.

“Iya, terima kasih, Mbak. Aku bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang baik seperti Mbak Vania dan Mas Dipta," jawab Khanza.

Dipta yang mendengar itu menanggapi, “Dan kalau kamu butuh waktu lebih untuk sembuh, jangan ragu untuk bilang ke kita ya. Kita sudah jadi sahabat, Khanz.”

Khanza mengangguk, merasa hangat di dalam hatinya mendengar dukungan dari mereka. “Aku akan ingat itu.”

Saat matahari mulai terbenam, warna oranye dan merah membentang di atas samudera. Keindahan itu nampak seperti lukisan. Mereka semua terdiam sejenak, menikmati pemandangan.

“Kayaknya kita harus bikin ini jadi tradisi setiap bulan, deh!” Vania pecah suasana.

“Iya, biar kita semua tetap tersenyum,” sahut Dipta dengan semangat.

Khanza tersenyum hangat. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, dia merasa sedikit lebih ringan. Segala rantai beban yang membelenggunya seolah terlepas justru di pantai ini.

Ketika perjalanan pulang dimulai, Vania duduk di samping Dipta, sedangkan Khanza duduk di belakang. Vania teringat dengan cemburu yang sempat mengusik hatinya. Namun, melihat Khanza bahagia lebih berarti baginya.

“Eh, Vi, Khanz! Nanti kita harus berdiskusi untuk rencana bulan depan,” seru Dipta semangat.

“Okay! Setiap kesempatan harus dimanfaatkan,” Vania menjawab dengan penuh keceriaan.

Khanza hanya bisa tersenyum menanggapi suasana itu. “Terima kasih, Mbak, Mas. Kalian berdua luar biasa."

“Dan kami bersyukur punya kamu juga, Khanz!” Vania dan Dipta serentak menjawab.

Mobil berangkat meninggalkan pantai, dengan harapan baru dan kekuatan untuk melanjutkan hidup ke depan. Rasa cemburu yang awalnya mengganjal berusaha ditepisnya. Dia sadar jika Dipta memang selalu hangat pada semua wanita yang dekat dengannya.

1
Valen Angelina
bucin emg buta si.. ahhaba
Yuliana Tunru
gitu yuh klo sdh buta krn cinta semua jd musuh lupa gmn vania menampubg khanza dan bantu hingga melahirkan apa semua cm pura2 baik terlalu egois kamu dipta tp nikmati z saat semua orang terdekatmu oergi dr hidup mu
dyah EkaPratiwi
kog pengen nampol Dipta ya
ken darsihk
Alhamdulillah Khanza dan Mika dalam keadaan sehat dan selamat
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍
Ickhaa PartTwo
Lanjutt
🌷💚SITI.R💚🌷
Alhamdulillah..khanza kembali ktmu sm orangbyg baik..mungkin khanza dulunya. memang orang baik jd sekarang memetik buah dr kebaikan dia dulu....smg vania jg visa di pertemuan sm orang baru danbaik sm vania tdk menyakiti dia..lanjuut mam
Ida Nur Hidayati
Alhamdulillah Kganza bertemu dengan orang baik
Sugiharti Rusli
kalo memang bu Siti pengurus yaysan panti anak terlantar, Khanza berarti di orang yang tepat dan mana tahu mereka bisa saling bersinergi mengurus panti tersebut
Sugiharti Rusli
apalagi dia bawa bayi malam" dan pasti sangat rawan kejahatan juga sih
Sugiharti Rusli
baguslah si Khanza menemukan orang baik pas dia butuh penginapan di luar kota yah itu,,,
Sugiharti Rusli
kalo saja kamu tahu Dipta yang menyebab kan Khanza keluar dari rumah Vania yah karena kedatangan mama kamu, yang dilalah tidak dilihat sama si bibinya
Sugiharti Rusli
entah ke mana kira" tujuan Khanza sekarang yah, apalagi dia pergi menjelang malam kan dari rumah Vania
Sugiharti Rusli
memang ga mungkin sih si Khanza ke tempat yang pasti dengan mudah diketemukan oleh Vania maupun Dipta
Teh Euis Tea
alhamdulilah khanza dpt pertolongan lg dari orang baik, semoga bu siti tulus nolongnya
Apriyanti
semoga ibu Siti tulus dan baik menolong Kanza,, lanjut thor 🙏
Felycia R. Fernandez
Sekali lagi Khanza mendapatkan pertolongan dari orang asing...
tapi kali ini dia berada di tempat yang tepat.
tanpa ada konflik dalam hubungan orang...
semoga kamu betah ya Khanza...
hadapi rintangan dengan senyuman...
Enny Suhartini
lanjut
dyah EkaPratiwi
dipta kog jahat ya sama vania
Ninik
ptp masak rumah dokter g ada cctv dan g ada satpam apalagi dirumah itu ada buka praktek jg aneh
Tasmiyati Yati
lanjut ma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!