"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21-Terungkapnya wajah Luo Yi
Luo Yi menatap Mei Na, rasa penasaran membuncah dalam dirinya. Senyum sinis terpatri di bibir Mei Na, dibalas Luo Yi dengan tatapan sekilas sebelum ia tersungkur sujud.
"Hormat pada Yang Mulia..."
Suara Kaisar menggelegar, penuh amarah. "Tahukah kau mengapa kau dipanggil ke sini?!"
Luo Yi tersentak, kepalanya tertunduk. "Ampun, Yang Mulia. Saya tak mengerti."
Kaisar memukul sandaran singgasananya, mata merah menyala bagai bara api. "Lancang! Berani kau meminta Mei Na bertukar tempat denganmu?! Kau sendiri yang ingin menikahi Pangeran Jian Ming, lalu mengapa kini kau menjadi istri Pangeran Xiao Ming?! Ingin menentangku, hah?!"
"Apa? aku yang meminta bertukar tempat, bukannya terbalik. Kan Mei Na sendiri yang ngotot ingin menjadi istri Jian Ming. Wah... dia licik juga. " Batinnya, Luo Yi melirik ke arah Mei Na.
Mei Na berbicara dengan nada lemah lembut. "Ampun Yang Mulia... saya terpaksa mengikuti keinginan kak Luo Yi karena dia kakak saya, jika saya menentang, saya takut di bunuh olehnya hiks... hiks... "
"Rasakan kamu Luo Yi... " Batin Mei Na.
Luo Yi semakin tak percaya, ia menatap Mei Na tajam. "Kamu pintar sekali memutar balikkan fakta Mei Na! bukannya kamu yang mengancam akan bunuh diri jika aku tidak menurutimu... "
"Kak, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti itu. Aku hanya menuruti perintahmu. " Ungkapnya sambil terisak.
"Suamiku tolong ampuni Mei Na, bagaimanapun juga dia sudah menjadi istri Jian Ming, aku menyukainya. " Ujar permaisuri.
Kaisar terlihat bingung, pasalnya ia ingin anaknya Xiao Ming menikah dengan wanita yang memiliki paras cantik dan pintar seperti Mei Na. Namun ia sangat murka saat tau jika istri Xiao Ming adalah Luo Yi yang memiliki paras jelek dan terkenal bodoh.
Senyum tipis Luo Yi menyimpan sejuta kepedihan. "Sandiwara yang sempurna, Mei Na. Dan aku, yang harus menanggung semuanya sendirian."
Jian Ling berdiri, tatapannya tajam bagai pisau. "Wanita rendahan! Berani menolakku dan memilih Xiao Ming yang lemah itu?! Harusnya kau bersyukur bisa menikah denganku!"
Tatapan tajam memenuhi ruangan, seakan-akan menusuk jantung Luo Yi. Namun, ia mencoba tegar.
"Ini semua salah paham! Aku tak pernah meminta Mei Na menggantikanku! Dialah yang menginginkan ini semua...Yang Mulia. " Suaranya bergetar, namun tetap teguh.
"Sudah cukup! " Sela Kaisar Zheng Ming. "Karena putri Luo Yi telah berani menentang, aku akan memberikanmu hukuman sebagai balasannya."
Permaisuri dan Mei Na tersenyum samar, matanya berkilat penuh kebencian. Namun pemandangan berbeda dari raut wajah Jian Ming, ia justru terlihat cemas dan khawatir, bibirnya terkatup.
"Ayah... bukankah ini terlalu berlebihan jika harus memberinya hukuman. "Ucap pangeran Jian Ming.
"Tidak! hukuman ini sebagai teguran karena sudah berani menentangku... " Kaisar Zheng Ming menghela nafas. "Putri Luo Yi akan di jatuhi hukuman 50 kali cambukan dan mengakui semua kesalahannya. "
Tubuh Luo Yi limbung, seakan tersambar petir. Tangannya gemetar, jari-jarinya memucat. Air mata mulai membasahi pipinya, dadanya sesak. Pandangannya kosong, hatinya hancur. Ia tak pernah membayangkan hidupnya akan berakhir seperti ini; rasa ketidakadilan membuncah.
Mei Na tertawa dalam hati, puas telah membalas dendam. Jian Ming terkejut, meski ia membenci Luo Yi, rasa itu tak pernah sampai membuatnya tega melihat wanita itu menderita. Kenangan akan Luo Yi, walau sekilas, masih terpatri di hatinya.
Seorang pengawal maju, cambuk di tangannya siap menghukum. Luo Yi pasrah, tak berdaya. Tangannya mengepal erat, menahan sakit yang akan datang.
"Plaak!"
Jeritan tertahan lepas dari bibir Luo Yi. Cambuk kedua siap melayang, tetapi...
"Hentikan!"
Pintu istana terbuka lebar, menampilkan Pangeran Xiao Ming. Wajahnya dipenuhi amarah, tatapannya tajam menusuk. Dengan langkah cepat, ia menerjang masuk, mendorong pengawal menjauh dari Luo Yi.
"Kenapa Ayah menghukum istriku... "
Kata-kata itu seakan menjadi penyelamat untuk Luo Yi, ia kini seperti memiliki harapan. Matanya berkaca-kaca saat melihat ke arah Xiao Ming.
Tatapan kaisar tiba-tiba meredup, "Wanita itu sudah berani menentang dan membohongi kita semua, seharusnya dia menjadi istri Jian Ming namun kini dia malah menjadi istrimu dan membohongi mu. " Kaisar mencoba menjelaskan.
"Lalu kenapa? lagi pula aku tidak keberatan dengan itu. Bukankah pangeran Jian Ming juga tidak menginginkannya, jadi mulai sekarang jangan ada yang berani menyakiti istriku lagi! " Suaranya menggema di seluruh ruangan, rahangnya mengeras.
Jian Ming mendengus, sakit hati melihat pembelaan Xiao Ming. Rasa sakit yang tak terkatakan menusuk hatinya saat Xiao Ming menyebut Luo Yi sebagai istrinya.
Permaisuri menyindir, "Kau yakin? Wajahnya yang buruk itu... tak jijikkah kau?"
Xiao Ming hanya meliriknya sekilas, tanpa menjawab.
Kaisar mengalah, "Baiklah, aku tak akan menghukumnya. Namun, ia hanya akan menjadi selir. Ayah akan mencarikan putri yang cantik dari kerajaan lain untukmu. Luka di wajahnya membuatnya tak pantas menjadi istri sah."
Mei Na tersenyum puas, "Rasakan, Luo Yi! Kau memang hanya pantas menjadi selir!"
Luo Yi mencoba berdiri, Xiao Ming membantunya. Lalu, dengan gerakan berani, Luo Yi membuka cadarnya. Semua mata terpaku padanya.
Namun Xiao Ming menahan tangan Luo Yi, menggeleng lembut. "Jangan, jika kau tak menginginkannya."
Luo Yi melepas genggaman Xiao Ming dengan perlahan, senyum tipis bermain di bibirnya.
"Tak apa," bisiknya, matanya berbinar menggoda.
Xiao Ming masih ragu, tatapannya tak lepas dari Luo Yi. Perlahan, Luo Yi membuka cadarnya. Seketika, bisikan kagum memenuhi ruangan. Wajah Luo Yi, mulus bak porselen, menawan bak bidadari, membuat semua yang hadir terpesona.
Mei Na ternganga, matanya melebar tak percaya. Tatapan tajamnya berubah menjadi campuran kekaguman dan iri.
Jian Ming berdiri kaku, suaranya tercekat. "Bagaimana… wajahmu… luka-lukanya… hilang?"
Luo Yi menautkan kedua tangannya, suaranya lantang. "Ampun Yang Mulia! Dengan wajahku yang telah pulih ini, apakah masih perlu aku menjadi selir? Aku putri seorang jenderal! Ayahku takkan pernah membiarkan putri kesayangannya direndahkan menjadi selir!"
Kaisar Jian Ming berdiri, bayangan kegelapan menyelimuti wajahnya. Tatapannya, tajam dan berat. "Baiklah. Karena wajahmu telah pulih, kau takkan menjadi selir. Namun... itu semua tergantung Pangeran Xiao Ming..."
Tatapan Luo Yi mencari, memohon jawaban dari Xiao Ming.
Lalu, suara Xiao Ming menggema di seluruh istana. "Ayahanda, aku tak membutuhkan seorang selir . Yang kuinginkan hanyalah dia... di sisiku."
Senyum merekah di bibir Luo Yi, walau arti kata-kata Xiao Ming masih samar, sebuah kelegaan membanjiri hatinya. Namun, di sudut lain ruangan, Kaisar Jian Ming mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, gigi-giginya beradu kuat menahan amarah dan sakit hati yang menggerogoti jiwanya. Rasa sakit itu menusuk dadanya, lebih tajam dari sebilah pedang.
"Akhhh..."
Rintih Luo Yi, suara pilu yang menusuk jantung. Rasa perih yang menusuk punggungnya membuatnya meringkuk menahan sakit.
Xiao Ming dengan sigap menghampiri Luo Yi, mengangkat tubuh mungil itu dengan lembut namun penuh kekuatan. Tatapan mereka bertemu, sebuah ikatan yang tak terucapkan terjalin di antara keduanya. Xiao Ming kemudian menatap ayahnya, Kaisar Jian Ming, tatapannya tegas namun dipenuhi hormat.
"Ampun, Ayahanda," suara Xiao Ming bergema. "Aku mohon pamit. Istriku… ia sedang kesakitan."
Tanpa menunggu izin, Xiao Ming membawa Luo Yi pergi, meninggalkan Jian Ming dan Permaisurinya terpaku di tempat. Mei Na, dengan wajah yang memerah menahan amarah dan kekesalan, menyaksikan kepergian mereka. Rencananya yang telah disusun dengan matang, hancur berantakan seperti debu yang diterbangkan angin. Kecemburuan dan dendam membara di hatinya, menciptakan badai emosi yang dahsyat.
lanjut Thor 💪💪💪😘😘😘