Kaira Lestari anak berusia 19 tahun yang dulunya seorang anak kecil yang selalu manja dan bahagia,namun kepergian sang Ibu membuatnya hancur berantakan.Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda yang membawa satu anak perempuan yang hampir satu usia dengan nya. Hidup nya di siksa habis habisan,selain Luka batin,luka dan lebam selalu memenuhi tubuh nya. Akankah ada hari bahagia atau senyum lagi muncul di bibir gadis itu?
Kaira sendirian.
Kaira melangkah kan kakinya menuju ruang tamu.matanya melihat jam dinding menunjukkan pukul 18:55 WIB,pertanda 5 menit lagi papah nya sudah pulang dari kantor.
Bekerja sebagai Asisten di sebuah perusahaan besar adalah profesi ayahnya.
Gadis itu melihat ke arah bukunya yang masih terletak di lantai.
Kaira mengambilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar.ibunya tidak terlihat,dan Kaira bisa tahu ibunya pasti ada di kamar mereka.mungkin mandi atau tidur tiduran.
Kaira meletakkan bukunya di atas meja belajar miliknya.gadis itu mengambil handuk yang aturannya dulu berwarna pink terang,kini berubah menjadi pink pudar,bisa di bilang warnanya seperti tidak pink lagi,lebih ke peach kusam.
Jika di ingat ingat,sepertinya sudah 10 tahun handuk itu ada padanya,bahkan pinggir pinggirnya sudah banyak yang robek.Kaira masih tetap menggunakan nya karena dirinya tidak punya handuk cadangan.
Meminta di beli? Kepada siapa ia minta? Dia tidak akan di perdulikan.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya,Kaira segera keluar dari dalam kamar mandi.perutnya sudah lapar,tadi siang lambungnya tidak ia isi.
Bagaimana dia mengisi,saat dia sudah lelah berjalan pulang dari sekolah,ia malah di tuduh mencuri uang ibunya sebanyak 200 ribu,dan kebetulan tadi Ayahnya ada di rumah menjemput file yang katanya mendadak harus di pakai untuk miting.
Akhirnya Ayahnya itu pun memukul nya sampai menimbulkan luka di keningnya,bahkan tadi luka itu sempat ia bersihkan menggunakan air hangat yang dicampur garam saat dia sudah selesai memasak di dapur.
Kaira melihat papah nya duduk di ruang tamu sembari sibuk bermain ponsel.
“Papah sudah pulang?”setiap hari gadis itu masih bertanya kepada lelaki paruh baya itu,walaupun setiap luka di tubuh dan batinnya selalu dihadirkan pria yang seharusnya menjadi pelindung nya.
“Hmm…”Bima tidak melihat ke arah puterinya.
“Mau di buat kan kopi pah?”
“Kamu mau cari perhatian sama ayahmu?,tidak usah nanti kamu buat racun lagi di dalam nya.”Mita keluar dari dalam kamar sembari menggunakan handbody ke kedua tangan nya.
Celana jeans dan baju berbentuk V berwarna hijau muda lalu shoulder di bahu kanannya.
Kaira menebak sepertinya ibunya akan pergi ke suatu tempat.
“Ayo pah..mama sudah siap..”
Bima berdiri dari duduknya lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
“Mama dan papah mau kemana?”
Mita menggandeng tangan suaminya.”papah ngajak makan di luar,di restoran Andini udah nunggu.kamu jaga rumah ya..”
Pasangan suami istri itu melangkah kan kaki keluar dari dalam rumah,Kaira mendengar pintu di kunci dari luar.
Gadis itu menghela nafas.hatinya ingin sekali ikut,menikmati makanan di luar seperti dulu bersama ibu kandung nya,tapi tidak mungkin dia ikut,dia tidak di ajak,bahkan kalau dia menawar untuk ikut pun ibu tirinya pasti tidak mau membawanya.
Karena bukan satu atau dua kali dia sering di tinggal di rumah sendirian.
Kaira melangkah kan kaki menuju dapur,tangan nya membuka tudung saji,dia mengerutkan keningnya.makanan yang ia masak tadi tidak ada di sana.
“Kemana tempe goreng dan sayurnya?”tanyanya sembari melihat sekeliling.
Kaira mencari ke setiap sudut dapur,namun hasil nya zonk.dia tidak melihat makanan itu.
Kembali lagi ia menghela nafas,dia sudah bisa menebak ini kerjaan ibunya.pasti wanita itu menyimpan semua hasil masakan nya.
Kaira mendaratkan bokongnya ke atas kursi makan,menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi.
Di tengah heningnya malam,bahkan jika semut berjalan,pasti terdengar oleh telinga.air mata itu kembali menetes,bibirnya bergetar menahan sesak di dada.
Ahkk dia menangis lagi,walaupun dia sudah berusaha menahannya,tapi tetap juga air mata itu turun.
ya,dia akui dia cengeng,dia lemah,dia tidak kuat,hanya menangis yang bisa ia lakukan melampiaskan rasa sakit hatinya.lalu apa lagi? Tidak ada.dia tidak bisa seperti orang orang,jika sakit hati ataupun sedih,pergi menikmati makanan kesukaan nya.
Mulutnya tidak sanggup untuk mengeluarkan kata kata lagi.
Mata nya berkedip,berhenti menatap bola lampu yang mengeluarkan cahayanya.dengan lemah ia berdiri dari duduknya, melangkah ke arah kamar.
Perutnya sudah sangat lapar,tidak ada stok makanan di kulkas,karena tadi saat memasak dia sudah menghabiskan semua stok makanan untuk di masak.
Dan stok makanan siap saji untuk di santap hanya ada di kulkas yang ada di kamar milik Andini,gadis itu meminta supaya kamarnya di isi dengan kulkas.
Ceklek…
Kaira melangkah masuk ke dalam kamar miliknya dan menutup pintu itu kembali.
gadis itu naik ke atas kasur lusuh nya,ya,kasur yang ia tiduri adalah kasur yang dibelikan ibu nya dulu sebelum ibunya meninggal satu tahun ke depan nya.
Walaupun kasur itu sudah lusuh,Kaira tidak masalah kasurnya tidak di ganti oleh ibu sambung nya,karena dia merasa bisa memeluk ibunya dari kasur itu jika ia rindu.
“Kalau tidur mungkin laparnya bisa ku tahan.”ucapnya sembari menutup matanya.
Masih ada sisa sisa air mata di sudut mata,gadis itu mengusap nya dulu menggunakan tangan nya sebelum matanya tertutup rapat.
Ia memeluk bukunya,buku yang menjadi teman curhatnya.