Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
"Al, apa maksud kamu? Bagaimana bisa kamu membatalkan apa yang sudah kalian rencanakan dengan matang?"
Neysa menatap serius putranya, lalu berbalik menatap Cassandra. Tapi tak ada yang buka suara, hanya terdengar dengusan dari hidung Alvaro. Sementara Cassandra gemetar ketakutan. Takut Alvaro membocorkan semua tingkah bejatnya di hadapan Neysa.
"Ada apa ini, cepat bilang sama mom!" Neysa setengah memekik, karena kesal tak ada yang mau bicara.
"Tuh, tanyakan saja sama dia! Hey perempuan, cepat kamu pulang ke apartemen ada kejutan menunggumu!" Tak ada kelembutan apalagi keramahan yang ditunjukkan Alvaro pada kekasihnya. Ops, maksudnya mantan! Ini membuat Neysa semakin bingung.
"Al?" Cassandra memelas. Tapi Alvaro tetap bergeming. Lalu menghampiri ibunya dan mengecup pelipisnya.
"Aku harap mom tidak dekat-dekat dengan dia lagi! Takut tertu-"
"Alvaro, kamu keterlaluan! Kalau batal nikah ya batal saja, jangan dibumbui ini itu! Jangan bikin fitnah!" sambar Cassandra dan tangisnya langsung meledak. Dia masih mencoba mengelak, meski sudah tertangkap basah. Membuat Alvaro tertawa terbahak-bahak melihat wanita itu playing victim.
"Al, apa yang dikatakan Sandra benar. Meski mama tidak tahu masalahnya, tetap saja sikap kamu itu sangat tidak baik, seperti anak kecil saja." Tegur ibunya sambil memeluk Cassandra yang tangisnya semakin kencang, membuat Alvaro semakin muak.
"Mom, aku pergi dulu. Nanti ke sini lagi kalau perempuan itu sudah pergi."
Lelaki tampan penuh pesona itu keluar dari ruangan ibunya. Sementara Cassandra masih menangis dalam pelukan Neysa.
"Sebenarnya ini ada apa, Sandra? Padahal tante sudah senang loh kamu bakal jadi mantu tante. Tante juga senang akhirnya akan berkenalan dengan orang tua kamu."
"Maafkan aku tante, aku tidak bisa mempertahankan hubungan kami. Mungkin ada gadis lain yang lebih segala-galanya dari aku. Padahal jujur, aku sangat mencintai Alvaro. Aku juga tidak menyangka Alvaro mampu mengkhianati aku, huhuhu.."
Neysa semakin mempererat pelukannya.
Dia sangat kasihan pada Cassandra yang selama ini dikenalnya sebagai gadis yang baik, sopan dan selalu penuh perhatian padanya.
"Tante, aku pulang dulu. Aku ingin menemui perempuan yang sudah merebut Alvaro dariku. Aku Cuma ingin tahu, kenapa dia tega menghancurkan hubungan orang lain."
"Oh, ya sudah, tapi kamu harus berhati-hati ya! Takutnya orang itu berbuat nekat."
Cassandra hanya mengangguk. Lalu kembali memeluk Neysa. Setelah itu dia keluar dengan kacamata hitam menutupi matanya yang sembab.
***
Tiba di apartemennya, Cassandra sangat kaget saat melihat koper-koper berjejer di depan unitnya. Dia mengenali koper-koper itu adalah miliknya. Tapi kenapa berada di luar? Cepat-cepat wanita itu membuka pintu dengan menekan beberapa angka password. Tapi percobaan pertama ternyata error. Dia mencoba lagi, masih error. Begitu juga saat percobaan ke 3, 4 dan seterusnya, tetap error. Cassandra sangat kesal dan putus asa.
"Sialan, kenapa pintu ini tidak bisa dibuka?"
Cassandra langsung menelepon pengurus apartemen. Dan alangkah terkejutnya ia saat mendapat jawaban diluar dugaan.
"Maaf bu, unit anda sudah dijual oleh bapak Alvaro Valerio Aryantha." Kata suara pengurus apartemen itu dengan tegas.
"Tidak mungkin mbak, coba tolong dicek lagi!" Cassandra langsung meradang, ketika pengurus itu tetap mengeluarkan jawaban yang sama.
"Kurang ajar kamu Alvaro! Bagaimana bisa kamu tega sama aku?!" teriaknya kesal. Dia sampai lupa mengeluarkan umpatan dengan suara yang keras. Untung saja tetangga unitnya tak ada yang keluar.
Akhirnya mau tak mau Cassandra menarik koper-kopernya dan memasukkan ke dalam lift untuk dibawa ke basement dimana mobil pemberian Kenzie diparkir.
Tiba di basement, lagi-lagi dia dikagetkan dengan mobilnya yang menghilang juga. Tadi saat ke butiknya Neysa, dia sengaja tidak mengendarai mobil itu karena berharap bisa bertemu Alvaro, lalu meminta maaf dan pulangnya bisa nebeng dengan alasan tak bawa mobil. Tapi dia tak menyangka kalau Alvaro yang dulu cinta mati sama dia, sekarang berbalik 180 derajat.
Dia sangat menyesal, kenapa percintaannya dengan Calvin sampai kepergok sama lelaki itu. Padahal selama ini dia bisa menutup rapat hubungan gelapnya dengan lelaki manapun. Dan saat bermain dengan Calvin, hanya sebagai pelampiasan saja. Karena Alvaro tak pernah mau diajak making love. Dia bilang hanya akan menyentuhnya jika mereka sudah menikah.
"Dasar laki-laki bodoh, dikasih yang enak-enak malah menolak. Terus sekarang aku bagaimana? Harus ke mana?"
Cassandra hampir menangis memikirkan harus pergi ke mana? Jalan satu-satunya dia menelepon asistennya. Tapi ternyata Niall asistennya, tengah berlibur karena Cassandra yang mengambil cuti.
"Suruh siapa lo liburan?!" teriak Cassandra murka pada ponselnya. Kalau saja dia masih kekasih Alvaro, tentu saja ponsel itu sudah dibantingnya, karena akan dengan mudah mendapatkan gantinya.
"Sekarang gue harus gimana? Harus ke mana? Masa harus pulang ke gubuk reyot orang tuaku? Sangat menyedihkan menjadi orang miskin tapi pura-pura kaya! Terpaksa harus nguras tabungan gue untuk sewa apartemen sederhana. Duit gue udah ludes dipake foya-foya sama si Calvin. Ah iya, gue telpon aja si Calvin, dia harus tanggung jawab dengan semua yang terjadi sama gue!"
Cassandra cepat-cepat mendial nomor Calvin. Harus beberapa kali nada sambung, baru teleponnya dijawab.
"Ya Sandra ada apa?" Tanya lelaki itu dengan suara serak seperti habis bangun tidur.
"Lo jam segini masih molor? Dasar pemalas!" Semprot Cassandra yang masih dikuasai emosi.
"Cepat ke apartemen gue sekarang, gue ada di basement!"
"Mau apa? Nggak ah, nanti gue dicincang sama si Alvaro. Mana pusaka gue masih linu lagi." Tolak Calvin.
"Alvaro gak ada. Dia gak bakalan ke sini lagi. Cepat lo bawa mobil ke sini dan bantuin gue bawa barang-barang."
"Barang-barang apaan sih?"
"Udah jangan banyak bacot, cepetan ke sini, kalau nggak lo gak bakalan dapat jatah lagi dari gue."
"Tapi gue gak punya mobil."
"Ya pake mobil rental kek. Pake otak lo!"
"Tapi lo yang bayar sewanya, gue gak punya duit, gue dipecat secara tidak hormat jadi gak dapet pesangon."
Cassandra mengetatkan rahangnya.
Emosinya benar-benar sudah berada di level tertinggi.
"Sialan, awas ya, lo gak boleh temuin gue lagi!"
"Dih siapa juga yang nemuin lo? Lo sendiri kan yang ngerayu-rayu gue minta dipuasin. Dasar jal*ng! Harusnya lo yang tanggung jawab. Gara-gara lo yang kegatelan, gue jadi dipecat dan gak bisa kerja di mana-mana lagi."
Setelah balik menyemprot Cassandra, Calvin memutuskan sambungan telepon sepihak.
"Argh brengsek, sialan semua!!!"
Cassandra hanya bisa mengumpat dan merana sendiri. Sekarang dia tak tahu lagi harus minta bantuan pada siapa? Ini benar-benar nikmat sesaat, celaka kemudian. Kini Cassandra hanya bisa terduduk lesu di atas kopernya sambil menangis meratapi nasibnya yang sial.
***
Elena sudah mengepak baju-bajunya ke dalam koper. Tadi pagi tantenya memanggil dia dan memintanya untuk meninggalkan rumah ini, karena tidak akan baik jika Nadia dan Rian sudah menikah dan tinggal di sini, tapi masih ada Elena di rumah ini.
"Tante minta maaf, tapi kamu sudah dewasa, tante tak akan terlalu khawatir melepas kamu." Kata Mira. Sebenarnya dalam hati wanita itu ada rasa tidak tega. Tapi mau bagaimana lagi, Gita lebih penting baginya karena dia putrinya. Dan dia khawatir, rumahtangga anaknya akan berantakan jika Elena masih satu rumah dengan mereka. Kecuali nanti jika Nadia dan Rian sudah pindah ke rumah sendiri.
"Beres, gue tinggal pesan taksi online, terus ke kontrakan Kiara, numpang di tempat dia untuk sementara sampai gue dapet kostan."
Untung saja Kiara menerima Elena dengan tangan terbuka saat gadis itu menyampaikan maksudnya kemarin. Kiara adalah teman SMA Elena dulu. Tapi sampai sekarang mereka masih bersahabat meski kuliah di tempat yang berbeda. Kini Kiara bekerja di sebuah perusahaan Multinasional, sebagai sekretaris CEO. Sementara Elena bekerja di perusahaan Industri, sebagai sekretaris CEO juga.
Elena keluar dari kamarnya sambil menarik dua koper yang penuh dengan baju-baju dan barang-barang pribadi lainnya. Dia menemui om dan tantenya untuk berpamitan. Kebetulan mereka ada di ruang tengah. Tapi sialnya di situ ada Rian dan Nadia juga. Dan pandangan kakak sepupunya itu yang bikin Elena muak. Nadia terlihat menatap Elena dengan tatapan mengejek dan merasa menjadi pemenang awards dari ajang bergengsi.
"Cuih, makan tuh laki penjahat kelamin. Untung saja gue bisa menjaga diri selama pacaran sama dia. Jadi dengan kejadian ini pun gue gak begitu dirugikan. Cuma rugi duit doang yang udah gue keluarin buat biaya nikah yang batal. Tapi lihat aja, gue gak akan diam aja sebelum duit gue balik." Batin Elena dan tersenyum sinis dalam hati.
"Tante, om, aku pamit dan terimakasih atas kebaikan kalian yang sudah menampung aku."
"Iya El, tante dan om minta maaf untuk semua yang sudah terjadi. Anggap saja kamu dan nak Rian tidak berjodoh." Ucap sang tante. Elena hanya terkekeh.
"Nggak apa-apa tante, aku malah bersyukur, aku terhindar dari petaka di masa depan." Ujarnya enteng seperti tak ada beban, dengan ekor matanya melirik ke arah Rian yang tengah menunduk.
Setelah itu Elena mencium tangan keduanya. Lalu tanpa banyak bicara dia keluar dari rumah itu. Dia tak sedikitpun menoleh pada Rian maupun Nadia, hanya saja Rian terlihat iba saat Elena kerepotan membawa barang-barangnya. Dalam hatinya dia sangat ingin membantu Elena, tapi di sisinya ada Nadia, pasti wanita itu akan ngamuk kalau dia melakukan itu.
"El!" Nadia tiba-tiba memanggilnya. Elena menghentikan langkahnya, lalu berbalik.
"Ntar lo gak usah datan pas nikahan gue dan Rian, takutnya pesta gue malah jadi berantakan." Kata Nadia setengah mengejek. Lagi-lagi Elena terkekeh.
"Kenapa? Lo malu ya, takut ketahuan nikahnya gak modal, malah pake duit gue?"
"Anj- mbppp!" Mulut Nadia langsung dibekap tangan Rian saat ingin mengeluarkan kata-kata binatang.
"Sudah Elena, kamu cepat pergi!" pinta tantenya. Terkadang kepalanya seakan mau pecah saat Elena dan Nadia sudah bertengkar. Tak ada seorangpun yang mau mengalah.
Tanpa disuruh dua kali, Elena pun segera pergi meninggalkan Nadia yang murka dikatain seperti itu.
diselingkuhi sama tunangannya gak bikin FL nya nangis sampe mewek² tapi malah tetep tegar/Kiss/