kisah seorang gadis desa yang dicintai sang mafia iblis..
berawal dari menolong seorang pria yang terluka parah.
hmm penasarankan kisahnya..ikutin terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Queenzya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
sesampai mereka dimansion,tatapannya langsung mencari Rara.
Rara muncul dari balik pilar, matanya berbinar melihat kedatangan Axel. "Sayang," Axel berkata,
mencoba menyembunyikan getar suaranya, "Maaf ya, Mas tadi keluar sebentar. Ada kerjaan." Sebuah kebohongan yang pahit, tapi ia harus melakukannya.
"Iya, Mas," Rara membalas, raut wajahnya berubah cemas. "Kak Maya mana, Mas? Rara ingin bertemu." Ia celingak-celinguk, menyapu setiap sudut ruangan, seolah Maya bisa muncul dari balik tirai kapan saja.
"Ayo, ikut Mas. Kalau mau ketemu Kak Maya." Axel menggenggam tangan Rara, kehangatan menjalari kulitnya, lalu menuntunnya menuruni tangga.
Di depan pintu utama, Rico membukakan pintu mobil lebar-lebar. "Silakan, Tuan, Nyonya."
"Terima kasih, Kak Rico," ucap Rara sambil tersenyum tipis.
"Terus gue enggak dibukain pintu sekalian?" gerutu Mark, suaranya terdengar dari belakang mereka.
"Siapa lo?" desis Rico, melangkah menuju bangku sopir.
Mereka pun berangkat menuju rumah sakit.
Akhirnya, mobil berhenti. Rara menoleh ke luar jendela, alisnya mengernyit. Bangunan tinggi di depannya, dengan lambang palang merah yang mencolok, membuat jantungnya berdesir.
"Lho, Mas? Kenapa kita ke sini?' tanyanya, suaranya sedikit bergetar.
Axel menghela napas panjang. "Maya... dia di sini."
Napas Rara tercekat. "Apa yang terjadi pada Kak Maya?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik.
"Ada insiden penusukan, Rara.Axel menggenggam tangan Rara, mencoba menenangkannya.
Mereka berjalan beriringan di koridor rumah sakit, setiap langkah terasa berat. Bau antiseptik menusuk hidung Rara, dan suara sepatu mereka bergema di keheningan yang mencekam. Saat sampai di ruang VIP, seorang penjaga berbadan kekar segera membukakan pintu untuk mereka.
Begitu pintu terbuka, mata Rara langsung tertuju pada ranjang. Jantungnya mencelos. Di sana, terbaring sosok Maya, begitu pucat dan lemah. Tanpa pikir panjang, Rara menerjang maju, memeluk tubuh ringkih itu sekuat tenaga.
"Kak Maya, maafkan Rara,' isak Rara, suaranya tenggelam dalam pelukan. 'Karena kecerobohan Rara, Kakak jadi begini.' Air matanya membanjiri baju Maya.
Maya tersenyum tipis, meski bibirnya pucat. Ia mengangkat tangan dengan susah payah, membelai rambut Rara. "Sst... ini bukan kesalahanmu, Sayang."Suaranya lemah, nyaris tak terdengar."
(Setelah adegan Maya menenangkan Rara dan Axel bertanya pada suster)
Sementara itu, jauh dari hiruk pikuk rumah sakit, teror lain baru saja dimulai di kediaman keluarga Bram.
Di luar gerbang rumah mewah itu, sebuah kurir tampak kebingungan. Ada sebuah paket, dibungkus rapi, namun mengeluarkan bau anyir yang aneh, membuat perut mual. Beberapa saat kemudian, ia menyerahkan paket itu pada seorang petugas keamanan.
Seorang petugas keamanan menerima paket itu dengan dahi berkerut, bau anyir semakin kuat menusuk hidungnya. 'Maaf, Tuan, ada paket,' ucapnya pada Bram yang sedang duduk di ruang tamu.
''Dari siapa? Coba buka,'' perintah Bram, merasa tidak enak.
Dengan ragu, petugas keamanan itu mengoyak bungkusnya. Begitu kotak terbuka, udara di ruangan itu seolah membeku. Mata petugas keamanan itu terbelalak, ia menjatuhkan paket di tangannya. Dari dalam kotak, sebuah potongan kepala, lengkap dengan rambut yang sudah bercampur darah, menggelinding ke lantai marmer.
Matanya terbelalak kosong, bibirnya menganga, seolah berteriak.
Bram mencondongkan tubuh, tatapannya membeku pada kepala itu. Wajahnya memucat pasi, matanya membelalak ketakutan. 'CALVIN!' teriaknya histeris, suaranya pecah di udara. Seolah dipukul godam tak kasat mata, tubuh Bram limbung, dan ia ambruk tak sadar diri.
Istri Bram, yang mendengar keributan histeris dan suara benda jatuh, segera berlari keluar dari dalam rumah, jantungnya berdebar kencang.
"Istri Bram, menepuk-nepuk pipi suaminya, belum sempat melihat isi kotak mengerikan di lantai. Begitu ia berbalik arah, matanya terbelalak melihat potongan kepala itu.
Detik itu juga, jantungnya berdenyut keras, rasa sakit menusuk dadanya. Penyakit jantung yang selama ini ia derita kambuh seketika.
Seorang maid yang mendengar keributan dan teriakan istri Bram bergegas datang. Ia melihat Bram terkapar dan istrinya mencengkeram dada.
''Nyonya! Tuan! Tolong! Tolong!' teriaknya panik. 'Ya Allah, Tuan, Nyonya, kenapa?' tanyanya, suaranya bergetar.
Petugas keamanan yang masih syok, hanya bisa menunjuk ke arah kotak yang menampilkan pemandangan mengerikan itu.
Maid itu menatap ngeri, lalu dengan tangan gemetar, meraih telepon dan menghubungi ambulans.
Ambulans tiba lima belas menit kemudian. Perjalanan menuju rumah sakit terasa seperti keabadian. Namun, setibanya di sana, nyawa istri Bram sudah tidak tertolong. Hatinya yang lemah tak sanggup menahan guncangan traumatis itu.
Sementara itu, Bram didiagnosis mengalami stroke parah akibat syok dan tekanan mental yang luar biasa.
Di sisi lain, saat itu, ponsel Rico bergetar. Sebuah pesan teks muncul di layarnya. Jemarinya menekan ikon pesan itu, dan seketika wajahnya memucat.
Matanya melebar, napasnya tertahan. Ia tak pernah menduga hal ini akan terjadi. Dengan cepat, ia mengalihkan ponsel itu ke hadapan Axel.
''Kamu datang ke pemakaman...'"perintahnya
semua anak buah good Banggt menurut ku kaya di film badabest Banggt 👍
lanjut Thor
Weh Weh obat perangsang dah ga laku lah let lagu lama itu