Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 - Jangan Ngintip!
"Masa depan Spark atau Pure itu urusanku. Aku menganggap Nymte hanya menjadi salah satu pendukung agar Spark semakin maju," kata Gery singkat. Tuan Dexter sama sekali melihat Gery seperti orang yang berbeda. Pria muda yang dulu ia didik untuk menjadi pebisnis sukses nyatanya angkuh untuk bernegosiasi dengannya.
"Kamu benar-benar angkuh, Gery. Pikirkan lagi. Aku masih berbaik hati memberimu kesempatan. Kalau sampai ayahmu tahu tentang ini, kamu akan habis." kata Tuan Dexter memperingatkan pemuda di depannya itu.
"Aku tidak peduli. Gara-gara perselingkuhan Adel dengan Tony, aku jadi tahu siapa yang membongkar proyek Pure ke perusahaan Neo itu. Yang tidak lain adalah putrimu sendiri, Tuan Dexter."
"Jangan salahkan putriku! Dia masih terlalu muda untuk berbisnis. Usianya masih 23 tahun!" Tuan Dexter mendadak naik pitam saat Gery memojokkan putrinya terus menerus.
"Usia tidak menjamin tingkat kedewasaan, Tuan. Aku sudah sangat sabar menghadapi Adel. Aku akan tetap memproduksi Pure, tapi tidak bekerja sama dengan perusahaanmu! Proyek Pure adalah hak milikku. Aku pasti akan membayar biaya penaltinya, Tuan Dexter. Anda tenang saja, anda tidak akan rugi materi. Anda hanya rugi... waktu," ujar Gery bijak.
"Kenapa jadi aku yang memohon-mohon padamu? Tidak ingatkah kamu, sebelum Spark berdiri. Siapa yang menjadi mentor bisnismu? Siapa yang membantu Spark bisa maju sampai sekarang? Aku, Gery! Tanpa Nymte, Spark tidak ada apa-apanya!" ujar Tuan Dexter naik pitam.
Gery terdiam mengingat bahwa yang dikatakan Tuan Dexter adalah benar. Namun, Gery bukanlah tipe orang yang akan menarik kembali ucapannya. Tekad Gery benar-benar bulat.
"Kamu sama sekali nggak memberi kesempatan pada anakku. Oke, kalau itu maumu. Aku akan berhenti memasok bahan bakumu. Aku juga akan meminta tim pemasaran mencoret nama Spark dari partner bisnis kami. Aku akan membekukan seluruh akses perusahaanmu pergi ke luar negeri. Aku juga akan mengambil aset-aset dan propertiku di Spark. Lihatlah, apakah kamu bisa menghitung berapa kerugian yang akan kamu tanggung?" kata Tuan Dexter tidak menyerah begitu saja. Gery menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang.
"Maaf, Tuan. Putri Anda melukai hatiku terlalu dalam. Aku nggak bisa melanjutkan kerja sama ini," ujar Gery tetap pada pendiriannya. Pernyataan itu membuat Tuan Dexter ingin melayangkan tamparannya pada pria tampan tersebut. Tuan Dexter tidak betah putrinya terus menerus dihina dan disalahkan. Dengan hati penuh kekesalan, Tuan Dexter pergi tanpa berpamitan pada Gery dan meninggalkan gedung Spark. Tampaknya, negosiasinya gagal total kali ini karena Gery masih termakan emosi. Tuan Dexter pun mencoba menghubungi seseorang yang kemungkinan bisa mengendalikan Gery.
*
Memang sudah nasibnya Clara harus merasakan sakitnya kala mengalami datang bulan, di malam hari pula. Dia baru ingat kalau hari itu adalah jadwalnya haid. Clara tidak bisa menghindar dari rasa sakit ini setiap bulannya. Saat ia buru-buru ke kamar mandi, Clara menemukan stock pembalutnya tersisa 1 buah saja untuk besok pagi.
"Aduh... Perutku sakit banget. Mana nih stock pembalutku habis," wanita pemilik rambut panjang berwarna cokelat itu menggelinding di atas kasurnya sendiri. Dengan sisa tenaganya, Clara mencoba mencari-cari obat pereda nyeri haid.
"Alamak, obat nyeri haidku habis ternyata. Gimana dong?" Clara meletakkan botol kecil kosong yang seharusnya berisi obat pereda nyeri. Tidak ada orang yang bisa Clara mintai tolong karena dia hidup di kota perantauan.
"Telepon siapa ya buat beliin aku obat nyeri haid?" kata Clara bergumam sambil memegang perutnya. Clara pun membuka ponselnya, dia lalu mencari nama teman-temannya yang sekiranya dekat dengan apartemennya.
Clara menemukan nama Barra, teman di kantornya yang baru. Barra adalah teman satu divisi dengan Clara di bagian pemasaran. Tapi Clara segan, takut Barra sedang sibuk dengan kehidupannya.Akhirnya, Clara mencoba mencari obat pereda nyeri haid lewat aplikasi online. Namun saat mengetahui harganya, Clara mendadak langsung waras.
"Ha?!? 600 Noks? Mahal banget, gila aja! Biasanya aku beli cuma 200 Noks kalo di toko. Mending aku beli sendiri ke toko!" kata Clara terkejut. Clara cukup perhitungan dengan barang apa pun yang ia beli mengingat kini keuangan Clara sedang krisis.
Ehm, kondisi keuangan Clara memang terbilang kurang. Clara tinggal di apartemen saja terpaksa karena tidak betah hidup di kos-kosan murah. Entah kesialan apa yang dialaminya, tapi selama hidup di kos-kosan murah, barang-barang Clara justru sering dicuri. Padahal, Clara jarang punya barang mewah. Tapi dia tetap saja mengalami kecurian seperti itu.
Karena itu, uang berapa pun cukup berarti untuk Clara. Dengan komitmennya nggak mau mengeluarkan ongkos lebih, Clara pun memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat sambil menahan rasa sakitnya.
"Uang 600 Noks bisa buat beli obat sama pembalutnya sekalian, mana ada kembaliannya pula. Daripada beli online, gak papa deh aku kesakitan, yang penting nggak ngeluarin uang banyak," kata Clara pada diri sendiri.
Dengan menggunakan piyama bermotif beruang warna cokelat muda, Clara menutupi tubuh atasnya dengan sweeter coklat tebal. Mengingat keadaan di luar sudah malam dan dingin, Clara tidak mau sakit karena masuk angin.
Meski berjalan menahan rasa sakit, Clara akhirnya sampai juga di supermarket. Clara pun mencari obat pereda nyeri haid di rak khusus obat-obatan. Saat Clara sudah menemukannya, ia membawa produk itu di tangan kirinya. Karena hanya belanja sedikit, Clara merasa tidak butuh keranjang.
Lalu, Clara pindah ke rak khusus produk pembalut. Clara pun memilih-milih produk mana yang sedang diskon dan paling murah. Clara berdiri diam, sambil menghitung-hitung harga yang dia dapat.
"Ini kayaknya murah deh, kemarin aku beli harganya 200 Noks. Lumayan ada diskon jadi 150 Noks. Beli yang ini aja deh!" kata Clara bicara pada diri sendiri. Cukup lama Clara menimbang-nimbang produk pembalut mana yang harus ia beli. Clara mengambil satu produk, lalu membaca detail kemasannya. Lalu mengembalikannya jika ia merasa terlalu mahal. Dan itu terjadi berulang kali, sampai akhirnya hati Clara mantap untuk memilih produk pembalut yang cocok dengan hatinya.
Saat Clara sudah selesai memilih, betapa terkejutnya ia ketika berpapasan dengan seorang cowok tampan bertubuh tinggi sekitar 178 cm sedang berdiri melihat Clara tanpa berkedip. Mata cowok tampan itu menatap Clara dari ujung kaki naik ke bagian pinggangnya, lalu ke dadanya, hingga ke wajahnya.
Clara sontak merasa tidak nyaman. Selain takut dengan tatapan mesum cowok muda itu, Clara juga parno karena lelaki itu mengintip belanjaannya. Nyali Clara menciut, dirinya tidak berani menegur. Dan yang membuat Clara semakin parno, cowok itu malah tersenyum padanya saat melihat produk pembalut yang ada di tangan Clara. Sungguh tidak sopan!
Karena kondisi perut Clara kesakitan, Clara pun mengabaikan cowok tampan itu. Clara pun membayar belanjaannya ke kasir dan segera pergi dengan terburu-buru. Clara merasa tak nyaman karena sepertinya cowok yang tadi menatapnya dengan pandangan tidak sopan mengikutinya.
Saat Clara hendak pulang ke apartemennya, hujan mendadak turun. Clara menggerutu, betapa sialnya malam itu. Sudah hidup sendirian, badan sakit tapi harus beli kebutuhan sendirian, kehujanan pula.
"Huft... Niatnya mau pulang cepet supaya istirahat. Malah nunggu hujan," kata Clara.
Saat menunggu hujan reda, seseorang berdiri di samping Clara. Tanpa sengaja, Clara melirik siapa yang berdiri di sebelahnya. Ternyata, itu cowok mesum yang tadi!
Cowok itu kembali tersenyum manis pada Clara. Otomatis Clara pun menegur pria itu dengan amarah.
"Ada masalah apa, Tuan? Kok dari tadi ngintipin belanjaan saya melulu. Anda nggak punya uang buat beli?"
Cowok tampan pemilik mata biru laut itu menggeleng cepat. "Eh, maaf, maaf! Saya cuma..."
"Jangan mentang-mentang Anda ganteng jadi bertingkah nggak sopan, ya! Saya nggak nyaman sama tatapan Mas-nya!" kata Clara berteriak, membuat beberapa orang yang berlalu lalang di belakang mereka melihat kejadian itu.
Cowok itu langsung menggeleng sambil melambaikan tangan. "Maaf, saya cuma gak sengaja aja! Kita berpapasan dan saya cuma nggak sengaja aja senyum ke Anda."
"Halah, bacot! Tolong! Tolong!" kata Clara kesal dan mencoba untuk berteriak minta tolong karena ia dilecehkan oleh seorang lelaki di tempat umum. Ketika Clara hendak berlari, seketika cowok itu membungkam mulut Clara dengan kedua tangannya dan mencoba menjelaskan secara perlahan-lahan. Clara semakin takut dan mencoba melepaskan bungkaman mulutnya dari cowok tampan tersebut sekuat tenaga yang ia punya dengan memukul dan menyerang.
Cowok bertubuh jangkung tersebut tampak kewalahan dengan aksi berontak Clara. Saat Clara berhasil melepaskan diri, dia nekad berlari menerjang hujan. Akan tetapi, nasib sialnya tampak berpihak kepadanya. Kaki Clara tersandung sesuatu. Tubuh rampingnya hampir jatuh ke atas genangan air hujan.
“Aargh!” Clara berseru, ia menerima nasibnya akan terjerembab di bawah air hujan.