Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kilas balik
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di halaman rumah mengahnya, Arneta masuk ke dalam dengan langkah limbung. jiwanya seolah melayang jauh teringat masa lalunya yang begitu bahagia dengan sang suami sebelum fakta menyakitkan itu terungkap.
"Selamat malam nyonya," Sapa pelayan seperti biasa menyambut kepulangannya
Arneta menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan kosong, sehingga membuat sosok pelayan itu sedikit heran.
Setelah jarak mereka semakin dekat, pelayan itu kembali bersuara. "Akhirnya anda pulang juga Nyonya. tadi tuan berpesan jika tuan hari ini tidak bisa pulang sebab mendadak harus pergi keluar kota."
Deg
Arneta seketika menghentikan langkahnya. tubuhnya yang tadinya tak lagi bertenaga kini seolah kembali sehat, bahkan tangannya terlihat terkepal kuat.
Pemandangan itu membuat sang Pelayan semakin bingung. posisi Arneta yang membelakangi nya membuat pelayan itu tidak bisa melihat expresi wanita itu dengan jelas.
Atasannya itu tadinya pergi dari rumah untuk menghadiri sebuah pesta. namun, setelah pulang dari pesta sikapnya mulai berubah tak seperti biasanya.
Sikap diam Arneta membuat sang pelayan kembali bertanya. "Nyonya, apakah anda baik-baik saja? atau mungkin anda membutuhkan sesuatu?"
Tanpa berbalik Arneta menjawab, " Tidak perlu, aku hanya ingin segera istirahat di kamar." ucap Arneta, lalu melanjutkan langkahnya menuju anak tangga
****
Di dalam kamarnya, Arneta termenung ia menatap cincin pernikahannya dengan sang suami yang masih bertengger di jari manisnya.
Tak terasa air matanya luruh. tiga hari lagi adalah ulang tahun pernikahannya, namun justru ia mengetahui fakta menyakitkan jika selama ini sang suami telah tega menduakan cintanya.
"Kamu tega, Mas. apa salahku padamu? apakah karena belum hadirnya anak di antara kita, sehingga kau dengan tega melakukan ini padaku?"
Pekik Arneta sembari meremas dadanya sendiri.
Tubuhnya seketika luruh di pinggir ranjangnya, dadanya bergetar hebat. ia hanya ingin meluapkan rasa sesak di hatinya setelah mengetahui fakta menyakitkan setelah 3 tahun pernikahannya.
Di tengah-tengah kekalutan hatinya, Arneta teringat saat-saat manis ketika Vincent meyakinkannya untuk menikahinya.
Cup
Vincent mencium tangan Arneta ketika lamarannya di terima. malam itu, keduanya tengah makan malam mesra berdua di sebuah hotel mewah milih Vincent. hanya ada mereka berdua di suasana yang di sering begitu romantis oleh pria itu.
"Terimakasih sudah menerima lamaran ku sayang, aku berjanji akan setia dan selalu mencintaimu. akan ku hapus luka masa lalu di hatimu tentang ayahmu yang pengkhianat itu."
Mendengar itu, Arneta tersenyum sembari menitihkan air mata bahagianya.
Melihat itu, Reflek Vincent mengusap air mata Arneta hingga berakhir memeluknya. sikap manis Vincent membuat Arneta semakin yakin jika Vincent adalah pria yang tepat untuk dirinya.
"Terimakasih, terimakasih sudah mau menungguku." Ucap Arneta di sela-sela tangisnya saat berada di pelukan Vincent
Mendengar itu, Pria itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
Beberapa saat berlalu, Vincent mengantar Arneta pulang ke rumahnya dan di sambut oleh ibu Arneta, yang ternyata sudah menunggu mereka di depan rumah.
Ketika Vincent membukakan pintu untuk Arneta, Sang ibunda nampak tidak senang hingga memilih bangkit dari duduknya untuk menghampiri keduanya.
"Wah, wah, wah bagus. Dari mana saja Kalian? kenapa jam segini baru pulang?" Bentak sang ibu dengan tatapan tajam
Keduanya sontak terkejut, terutama Vincent yang tidak menyangka jika respon dari ibu Arneta akan se ketus itu padanya.
"Tante, maaf jika saya terlalu malam mengantarkan Arneta untuk pulang. saya......."
"Cukup! aku tidak butuh mendengar penjelasanmu." Potong Ibu Arneta, sembari menarik lengan sang Putri ke belakang tubuhnya
"Mom, kami hanya makan malam dan mas Vincent baru saja melamar Netta." Ucap Arneta sembari menunjukan jari kelingkingnya yang melingkar sebuah cincin berlian
Melihat itu, bukannya senang, sang ibu justru semakin murka hingga menarik tangan Arneta untuk melepaskan cincin itu dari jari putrinya.
"Mom, apa yang Mommy lakukan?"
"Lepaskan itu Netta! bukankah sudah Mommy katakan jika jangan percaya dengan ucapan seorang Pria. mereka semua pembohong, kau akan terluka jika terlibat dengan mereka."
"Mom, mas Vincent tidak seperti itu Mom." Ucap Arneta sembari berusaha untuk menghalangi sang ibu agar tidak merebut cincin itu
Vincent akhirnya turun tangan setelah melihat perdebatan yang terjadi di antara keduanya. "Tante, saya tau ketakutan tante di masa lalu. tapi saya sudah berjanji di depan Arneta jika saya akan selalu setia dan mencintai Arneta setulus hati saya. jadi, tante jangan khawatir!"
"BULLSHIT" Bentak sang Ibu, hingga membuat Vincent dan Arneta kompak terdiam
"Netta, Dengar ini baik-baik! Dia... " Tunjuk sang Ibu tepat di depan wajah Vincent, hingga pria itu reflek mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Dia itu tidak baik untuk mu. Mommy rasa, pria ini suatu saat akan menyakitimu seperti Daddymu dulu... sudah Mommy ingatkan padamu, jangan sampai termakan ucapan manis laki-laki. Kenapa kau masih keras kepala?"
"Tidak Mom, Vincent tidak seperti itu. " Jawab Arneta tegas
"Ya tante, saya berjanji akan setia pada Arneta."
"Baiklah, jika kalian masih nekat untuk bersama, maka Arneta harus memilih antara laki-laki itu atau Mommy! Jika kau memilih dia, kau harus pergi dari rumah ini. tapi, jika kau memilih Mommy, kau harus memutuskan hubungan kalian. bagaimana?"
"Tidak Mom, mana mungkin Netta melakukan itu? mommy dan Vincent sama-sama berarti di hidup Netta, bagaimana mungkin Netta memilih satu di anatara kalian?"
"TIDAK. kau harus memilih."
Ibu Arneta kembali berteriak hingga membuat Vincent hampir putus asa
Sedangkan Arneta hanya bisa menangis mendengar syarat yang di berikan sang ibu. di sisi lain, ia takut pada sang ibu. namun di sisi lainnya, ia mencintai Vincent. ini pilihan yang cukup sulit dan berat untuknya.
"Aku tidak bisa Mom." Jawab Arneta dengan menggeleng lemah
Ibu Arneta hanya tersenyum kecut melihat reaksi putrinya. ia semakin yakin, sikap Arneta yang pembangkang di sebabkan pengaruh dari Vincent hingga membuatnya memutuskan untuk bersikap tegas.
Buru-buru ia masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata pun, hingga membuat Vincent dapat bernafas lega. sebab, ia berfikir pertengkaran ibu dan anak itu sudah berakhir.
Namun, sayangnya ketenangan itu hanya berlangsung sementara. sebab, Ibu Arneta kembali keluar namun kali ini dengan membawa dua koper dan tas milik Arneta yang akhirnya di lemparnya keluar.
Brak
Arneta terkejut hingga berusaha untuk menghampiri sang Mommy, meskipun dengan tegas sang ibu menepis tangannya hingga tubuhnya hampir saja tersungkur jika Vincent tidak segera menangkap tubuhnya.
"Pergi dari sini! sikap ragu-ragu mu itu membuat Mommy yakin jika kau lebih memilih laki-laki itu di Banding Mommy."
"Tidak Mom, ini salah paham. biar aku jelaskan!"
Arneta kembali mencoba mendekat, namun Sang ibu justru kembali menepis tangannya sembari berteriak sebelum pergi dari tempat itu.
"Pergi! Dan ingat baik-baik kata-kata Mommy ini Netta! Pria itu suatu saat akan mengkhianati mu, dan saat itu tiba, kau pasti akan menangis kembali ke pada Mommy."
Duarrrrr