Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiga Puluh
Pada saat ini, bersama Iyon Lala dan Acha, lelaki tua Nagata sedang membahas nasib sial yang menimpa mereka.
“Cling!” Arsa muncul secara tiba-tiba, tepat pada arah pandang lelaki tua Nagata dan dua yang lain.
Melihat Arsa, ketiga orang itu bukannya menyapa, tapi tertegun lama, terdiam dengan mata melebar tidak berkedip.
“Hai….” sapa Arsa tersenyum, melambaikan tangan untuk menyadarkan ketiga orang, yang saat ini menatap kosong kearahnya.
Tersadar, Iyon Lala memandang keheranan, “Teman kecil, kamu sangat cepat! Bahkan aku tidak bisa melihat gerakanmu!”
Tidak ada tanggapan dari Arsa atas ucapan Iyon Lala. Dia tetap tersenyum, bertanya hal lain untuk mengalihkan pembicaraan, “Apakah kalian lapar? Kebetulan aku menangkap seekor Rusa.”
Melihat hasil buruan yang dikeluarkan Arsa, Acha berseru, “Waaaah…. Rusa Tanduk Hijau! Dagingnya sangat banyak mengandung energi! Keberadaan binatang ini pun cukup langka.”
*
Setelah membersihkan daging rusa, tidak lupa dibubuhi bumbu yang selalu dibawa didalam ruang penyimpanan. Arsa manata kayu bakar yang sudah disiapkan sebelumnya.
Di atas perapian kecil, daging rusa panggang mulai matang. Aroma lezat yang tak tertahankan, menyebar ke seluruh ruangan, membangkitkan selera semua orang.
“Ternyata kamu juga pandai menbuat daging panggang.” Puji Acha, menoleh kearah Arsa.
Arsa hanya menanggapinya dengan senyum.
‘Anak muda ini sungguh luar biasa. Dia mampu mengontrol Api Neraka dengan sempurna,’ batin lelaki tua Nagata.
Sejak awal membuat perapian, lelaki tua Nagata menperhatikan dengan seksama. Api yang menyala dari kayu bakar, tampak seperti api biasa pada umumnya.
Meskipun lelaki tua Nagata belum bisa memastikan, bahwa api itu adalah Api Neraka, tapi berdasarkan wawasan yang dia miliki, semua ciri-ciri mengarah pada Api Neraka.
Terlebih lagi dengan benda menyala di langit-langit ruangan, adalah jelas bagi lelaki tua Nagata, bahwa modifikasi itu tercatat dalam catatan kuno yang pernah dibacanya.
“Nah, sudah matang!” ucap Arsa bersemangat, memindahkan daging panggang ke atas selembar daun talas yang lebar.
***
Penginapan Sentosa
“Ada berita penting?” tanya Fika kepada pemimpin telik sandi.
“Benar Tuan Putri,” jawab sang pemimpin telik sandi, lantas melapor, “semua orang dari kelompok Keluarga Nylon dan Keluarga Bohim,lenyap kurang dari sepuluh menit. Dan peristiwa ini baru saja terjadi.”
“Lenyap? Kurang dari sepuluh menit?” Sergah Fika terkejut, langsung bertanya memastikan, “apakah kamu tahu siapa yang melakukannya?”
“Kami tidak tahu, Tuan Putri,” jawab sang pemimpin telik sandi, dan berkata. “Sebelum pemuda Nugraha itu datang untuk berburu, orang-orangku telah mengawasi seluruh pintu masuk yang menuju Hutan Kegelapan.”
“Lalu?” Desak Fika dengan tidak sabar.
Pemimpin telik sandi melanjutkan, “Beberapa saat kemudian, dua belas orang dari kelompok Keluarga Nylon datang, dan tujuh belas orang Kelompok Keluarga Bohim menyusul setelahnya.
Sore harinya, Tuan Muda Nylon dan Tuan Muda Bohim meninggalkan Hutan Kegelapan. Setelah itu, tidak ada lagi yang terpantau masuk atau keluar.”
Fika terdiam, segala macam pertanyaan muncul di benaknya, ‘Siapa pelakunya? Ada begitu banyak orang dengan kultivasi yang tidak rendah, tidak mungkin pemuda itu pelakunya. Apakah ada orang lain yang melindungi pemuda itu?’
***
Hutan Kegelapan
Di saat yang sama, Arsa dan ketiga orang sedang lahap menikmati daging panggang. Terlebih dengan Acha, porsi makannya lebih banyak dari yang lain, tanpa malu-malu dia melahap semua daging.
“Teman kecil, kami belum mengetahui namamu. Aku dipanggil Nagata, yang ini Iyon, dan gadis yang selalu di sebelahmu itu, dia dipanggil Fika,” ucap lelaki tua Nagata, memperkenalkan diri dan kedua kedua orang yang bersamanya.
Dengan sedikit membungkukkan badan, Arsa membalas, “Panggil aku Arsa, Tetua!”
“Kenapa kalian bisa berada di Area Dalam Hutan Kegelapan ini? Apakah kalian dikejar para kawanan bandit itu sampai kesini?” imbuh Arsa bertanya.
Sebelum menjawab, ketiga orang saling memandang satu sama lain. Arsa pura-pura tidak memperhatikan, tetap asyik menikmati daging panggang di tangannya.
Namun jelas bagi Arsa, dia mengetahui gerak-gerik ketiganya. Kendati demikian, ia tetap diam tidak berkomentar apa pun, itu merupakan hak privasi mereka. Tidak elok baginya untuk turut campur lebih jauh.
Setelah hening sejenak, Iyon Lala angkat bicara, “Kami dari Daratan Koja. Kedatangan kami mewakili sekte kami, untuk menghadiri undangan dari sebuah Akademi, guna membahas pertandingan persahabatan.
Namun siapa sangka, kami dijebak oleh seseorang. Sebelum sampai di Akademi tujuan, kami diserang oleh sekelompok orang.”
Lelaki tua Nagata segera menimpali, “Awalnya, jumlah kami adalah lima puluh orang. Tapi selain karena adanya serangan mendadak, kekuatan kami juga kalah jumlah.
Kami berhasil mengirim pesan untuk meminta bantuan dari Sekte kami. Dan akan bertemu di kediaman Tuan Kota Dreams, yang tepatnya adalah esok hari.”
“Aku pikir mereka kawanan bandit, “Sahut Arsa apa adanya, dan memang seperti itu yang dia perkirakan sebelumnya.
“Apakah itu berarti….. mereka yang bertarung dengan kalian tadi adalah rekan satu Sekte?” tanya Arsa kemudian, tapi tetap dengan menikmati daging panggang, seolah tidak terlalu mendalami peristiwa yang terjadi.
“Benar. Kebetulan kami selalu berselisih pendapat, jadi mungkin mereka ingin membalas dendam,” kali ini Iyon Lala yang menjawab, mengamini pertanyaan Arsa sebagai pernyataan.
Menelan daging panggang terakhir, Arsa berkata, “Besok pagi, aku akan mengantar kalian ke Kediaman Tuan Kota Dreams.”
“Teman kecil, bolehkah aku bertanya yang bersifat pribadi?” lelaki tua Nagata mengajukan permohonan dengan hati-hati.
Arsa tersenyum ramah, “Silahkan saja, Tetua. tidak ada masalah sama sekali. Lagi pula, tidak ada yang perlu aku rahasiakan.”
“Bolehkan aku tahu asal-usul Teman kecil ini?” tanya lelaki tua Nagata dengan penasaran.
“Kenapa tidak?” sahut Arsa, lalu memperjelas siapa dirinya, “asalku dari Kota Dreams, dan terlahir di Kota Dreams lima belas tahun yang lalu. Aku hanya berasal dari Keluarga kelas Dua, bahkan hampir menyentuh Keluarga Kelas Tiga.”
‘Apa iya dia dari Kota kecil ini? Dan dari Keluarga Kelas Dua pula. Dengan energi alam yang tipis seperti ini, bahkan kultivasinya…. kultivasinya?’ Acha berseru kaget di dalam hati, baru menyadari, kultivasi Arsa telah berubah dari sebelumnya.
“Arsa! Eh, Bukan! Kakak Arsa, bukankah tadi kultivasimu berada di tingkat Keempat? Apa kamu baru saja menerobos?” tanya Arsa yang bingung mengatur kata.
Mendengar apa yang dikatakan Acha, baik lelaki tua Nagata maupun Iyon Lala, juga baru menyadari bahwa kultivasi Arsa sudah berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu.
“Ah, Iya. Tadi tidak sengaja.” jawab Arsa sambil tersenyum, menggaruk bagian belakang kepalanya sendiri.
“Tidak sengaja?” ulang Arsa seketika, semakin bingung dengan jawaban yang tidak jelas itu.
Menoleh ke arah Acha, Arsa berkata, “Nona, cukup pangil aku Arsa saja! lagi pula, usiaku lebih muda dari Nona.”
Seolah tidak mendengar, entah apa yang dipikirkan, ketiga orang itu masih terdiam memandang Arsa dengan tatapan heran, benar-benar tidak habis pikir dengan diri Arsa.
“Hai….” dengan lambaian tangan, Arsa kembali menyapa ketiga orang.
Dengan nada suara yang berapi-api, lelaki tua Nagata adalah orang pertama yang tersadar dan bertanya, “Teman kecil, bagaimana mungkin bisa menerobos dua tingkat sekaligus dikatakan tidak sengaja!”
Bagi lelaki tua Nagata yang berwawasan, ini adalah pertama kali dia mengetahui, bahwa menerobos bisa terjadi dengan tidak sengaja, apalagi dua tingkat sekaligus.
Sudah ribuan jenius yang sudah dia temui, tapi bagi lelaki tua Nagata, pemuda ini melebihi seorang jenius mana pun.
Arsa mengangkat bahu acuh tak acuh, lalu menjawab seadanya, seolah hal itu adalah hal biasa, “Itu yang terjadi. Apa yang harus aku tutupi?”
Mendengar kepastiaan jawaban Arsa, ketiga orang tercengang. Otak mereka seolah berhenti bekerja saat ini, tidak bisa mencerna dengan akal sehat mereka masing-masing.
Terlebih dengan lelaki tua Nagata dan Iyon Lala. Sampai-sampai mereka berpikir, bahwa pengetahuan yang mereka miliki tentang kultivasi, seperti tidak berguna di hadapan pemuda ini, yang bahkan baru berusia lima belas tahun.
Jika mereka hanya mendengarnya, mungkin mereka tidak akan percaya begitu saja. Tapi sekarang, kenyataan ada di depan mata mereka, membuat lelaki tua Nagata semakin bingung, apakah sebenarnya para Dewa sedang bercanda dengannya?
**
“Eh, tanduk ini cukup bagus untuk kuktivasi Tahap Penyempurnaan Qi akhir. Apakah Nona tidak menginginkannya?” kata Arsa menawarkan kepada Acha, ia sengaja mengalihkan fokus pembicaraan, dan berkata lirih, “Oya, tubuhmu ternyata cukup berat juga.”
“Jangan meledekku!” protes Acha mendengus dan mendelik, tapi telinganya sudah memerah, teringat bagaimana dirinya dipeluk erat oleh Arsa saat sedang kabur.
Bukan tidak beralasan bagi Acha untuk tidak tersipu, selain ayahnya sendiri, Arsa adalah orang pertama yang memeluknya. tentu ini menjadi berkah sekaligus nestapa jika banyak orang yang tahu.
Masih tersipu malu, Acha berkata, “Jangan mamanggilku Nona! Cukup panggil Acha saja.”
“Acha?” Ulang Arsa, berkata lirih kemudian, “kenapa nama panggilanmu sama dengan adik sepupuku.
“Kamu punya adik perempuan?” tanya Acha.
Arsa mengangguk, “Ya, namanya Acha, usianya baru sepuluh tahun.”
“Baiklah, kita istirahat dulu. Besok kita berangkat ke Kediaman Tuan Kota. Oya, maaf. Tempatnya seperti ini,” lanjut Arsa tersenyum, mengedarkan pandangannya menunjukkan sekeliling ruangan.
Dengan tatapan tulus, lelaki tua Nagata meanggapi, “Oh! Tidak, Teman Kecil. Ruangan ini sangat luar biasa. Kami pun sangat berterima kasih padamu.
“Sama-sama, Tetua.” angguk Arsa ramah.
Bangkit dan berdiri, Arsa mendekati lubang oval di dinding ruang pohon. Duduk dan menyandarkan punggung, dia mulai memejamkan matanya.
Sesaat setelah itu, cahaya seperti neon yang menerangi seluruh ruangan, mulai meredup secara perlahan. Membuat suasana semakin nyaman, dan terkesan bersahabat untuk istirahat.
Acha semakin terpana, memandang kearah Arsa yang tidak jauh di sebelah kirinya. Tidak dapat di pungkiri, pemuda itu baru saja menyelamatkannya dari kematian.
‘Tidak hanya tampan. Dia juga sangat sopan,’ gumam Acha di dalam hati, tetap tidak mengalihkan tatapannya dari wajah Arsa.
Berbeda dengan lelaki tua Nagata dan Iyon Lala. Keduanya terkejut dalam diam, menyaksikan cahaya itu meredup dan berubah warna menjadi sedikit kekuningan.
“Kontrol yang luar biasa. Jika aku tidak melihatnya sendiri hari ini, aku tidak akan percaya bahwa kejadiaan ini nyata,” bisik lelaki tua Nagata kepada Iyon Lala.
Iyon Lala mengangguk sebagi tanggapan. Dirinya pun memiliki pemikiran yang sama dengan lelaki tua Nagata, sama-sama terpana dalan kejut yang semakin dalam.
Di dalam pikirannya, Arsa mulai memeriksa seluruh cincin penyimpanan, dia ingin melihat segala benda berharga hasil rampasan dari orang-orang yang telah dibunuhnya.
Terkecuali milik lelaki tua dan jenderal bodoh itu, dua orang terakhir yang terbunuh akibat pil pemberiannya. Betapa takjub Arsa kemudian, dari sekian banyak cincin penyimpanan, seluruh kekayaan yang terkumpul sangat fantastis. Bahkan dapat membeli sebagian kota Dreams menurutnya.
Mulai menginventarisasi harta yang diperolehnya, Arsa mengelompokkannya di dalam ruang penyimpanan system. Terdapat seratus juta Koin emas, lima ratus ribu Batu Roh tingkat rendah, dan masih banyak lagi. Termasuk dengan berbagai pil dan senjata.
‘Aku kaya! Aku kaya! Hahaha…,’ sergah Arsa bersukaria di dalam pikirannya.
Berikutnya, Arsa beralih pada dua cincin penyimpanan yang tersisa. Yakni cincin penyimpanan milik lelaki tua dan sosok jenderal itu, yang mana kedua sosok itu pun menyerahkan peta harta mereka.
‘Kira-kira…. apa yang dibawa oleh dua orang bodoh ini.' lontar Arsa di dalam hati.
Begitu pembatas cincin penyimpanan terbuka, Arsa membelalakan mata. Tumpukkan koin emas dan berbagai jenis Batu Roh, benar-benar melimpah di dalamnya.