NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18

Pria muda itu mendekat, sambil mencoba menerka-nerka tentang perempuan berjilbab didepannya, "Hafsah? Ini benar kamu?" tebaknya.

Hafsah sontak bangkit, tersenyum simpul, namun pikirannya juga sama mengingat-ingat siapa pria didepannya kini.

"Iya, kamu Amar 'kan?"

"Ya ALLAH, aku hampir pangling melihat kamu yang sekarang, Sah!"

"Alhamdulillah, masih tahap belajar berbenah diri, Am," jawab Hafsah. "Oh ya, kamu sama siapa kesini? Sudah lama banget kita nggak ketemu."

"Keponakanku tinggal di komplek sini juga. Iya, ya Sah ... Sudah lama banget kita nggak ketemu. Kita sambil duduk aja, ya! Nggak enak berdiri terus," ucap pria tadi yang bernama Amar.

Hafsah mengangguk. Mengingat statusnya saat ini, jadi Hafsah hanya dapat duduk dibangku sebrang, dengan Amar menduduki tempatnya yang semula.

"Hafsah, aku turut berduka atas kepergian suamimu. Aku baru mendapat kabar dari Bapak, setelah pulang 2 hari yang lalu."

"Terimakasih, Am! Suamiku sakit, ya ... Mungkin sudah kehendak ALLAH."

"Kamu benar, Sah! Siapapun yang hidup, pasti akan pulang dengan jalannya masing-masing!" Amar tidak mampu menatap Hafsah terlalu lama, mengingat dia memang selama ini tidak pernah mengenal perempuan, selain dikenalkan oleh kedua orang tuannya.

Amar Dzikri, teman Hafsah semasa mereka duduk di bangku dasar. Kedua orang tuanya pemilik salah satu pesantren terbesar di Kota Malang. Amar sejak dulu memang terkenal sebagai anak yang pendiam. Amar tidak pernah menggoda, ataupun menjahili teman-temannya. Dan sekarang, Amar sudah menjadi Dosen jurusan Agama Islam, yang baru saja pulang dari Turki.

"Kamu tinggal dimana sekarang, Am?"

"Aku tinggal nggak jauh kok dari komplek sini. Mungkin setengah jam, nyampe! Hehe," kekehnya.

Drrt.. Drrt..

"Sah, sebentar ya, aku angkat telfon dulu!"

Hafsah hanya mengangguk, mempersilahkan temannya menerima telfon. Dan setelah beberapa detik bercengkrama dengan seseorang disebrang, Amar kembali lagi ketempat semula.

"Sah, aku pamit dulu ya! Abah baru saja telfon, katanya suruh gantiin pengajian! Assalamualaikum." Amar lalu bangkit, dan melenggang pergi dari sana.

"Walaikum salam!" jawab Hafsah tersenyum.

Karena hari semakin petang, Hafsah mengajak putri kecilnya untuk pulang. Ayuna kembali menaiki motor bersama sang Bunda, sambil bercengkrama sedikit. Menghempaskan semua beban, dengan nyanyian indah dari mulut mungil itu.

Sesampainya dirumah, Hafsah melaksanakan sholat magrib bersama sang putri, dan juga Neneknya. Ayuna, dia sejak umur 3 tahun sudah Hafsah latih untuk Sholat. Jadi, bocah kecil itu sudah tahu gerakan-gerakan Sholat, walaupun belum terlalu sempurna.

Begitu selesai, Ayuna meminta belajar mewarnai setelah tadi pagi dia baru saja beli dengan Bundanya.

Hafsah bangkit dari duduknya, dan masuk kedalam kamarnya. Dia membuka tasnya, untuk mengecek surat itu, karena besok setelah selesai bekerja, Hafsah akan kembali mencari Bastian lagi.

Wajah Hafsah semakin terlihat tegang, kala tidak mendapati buku diarynya berada dalam tas tersebut. Hafsah mengeluarkan semua barang-barangnya dalam tas itu, namun buku harian itu tetap saja tidak ada disana.

"Duh ... Dimana ya buku diaryku? Atau aku lupa naruhnya, ya?" Hafsah terus saja mencari, membuka laci, atau mencari kedalam lemarinya.

Namun semuanya nihil. Buku itu hilang sudah. Hafsah masih ingat, pada saat siang tadi dia pergi, bukunya masih ada didalam tas. Atau mungkin, buku itu terjatuh?

Pundak Hafsah luruh kebawah, lalu dia duduk diatas ranjang dengan wajah sendunya. "Apa buku itu jatuh, sewaktu aku terserempet siang tadi? Semoga saja esok masih ada," lirih Hafsah penuh harap.

Malam semakin larut, kini Ayuna tampak tertidur didepan tv. Mbok Nah beranjak untuk memberi tahu Hafsah, karena dia saat ini tengah mengerjalan sebagian pekerjaanya.

"Yuna sudah tidur! Pindahkan kedalam saja. Simbok mau sholat dulu," kata mbok Nah setelah dia membuka kamar Hafsah.

Hafsah segera bangkit, menutup kembali buku-bukunya. Dan langsung bergegas menggendong sang putri untuk dipindahkan ke kamar tidurnya.

Setelah menyelimuti sang putri, Hafsah kembali lagi kedepan, untuk membereskan perakatan lukis Ayuna. Hafsah mengukir senyum lembut, kala melihat coretan tangan putrinya, seolah dia sedang menggambar keluarga cemara, yang didalamnya ada anak, dan kedua orang tuanya.

"Yuna sangat merindukanmu, Mas!" lirihnya, sambil menatap lukisan itu.

Dulu, Hafsah kerap mengadu pada Raga tentang siapa ayah kandung dari putrinya. Namun Raga selalu berkata, jika Hafsah tidak perlu memikirkan apapun, karena ada dia yang menanggung semuanya. Semenjak dulu, Raga tidak memperkenankan Hafsah untuk berpikir keras, mengenai masalah kehamilannya itu.

*

*

*

Keesokan harinya,

Setelah selesai meting, Bastian saat ini dalam perjalanan menuju rumah Nenek Raga, yang berada disalah satu kecamatan Jawa Timur.

Dari perusahaan, mobil mewah itu melaju membelah kepadatan jalanan kota Malang saat ini.

Dan tepat pukul 11.00 mobil Bastian memasuki sebuah desa, atau tepatnya pedukuhan. Rumah lama mbok Nah berada dibelakang mushola kecil, dengan jalanan setapak, yang hanya dapat dilalui sepeda motor saja.

Tok! Tok!

"Permisi, Ga ... Kamu ada didalam?" ujar Bastian sambil mengetuk pintu kayu itu.

Jika dilihat-lihat, rumah tua itu terlihat jauh lebih menyeramkan, seakan tidak ada orang yang merawatnya. Sudah hampir 5 tahun, rumah itu terbengkalai, sehingga temboknya juga ditumbuhi oleh banyak lumut.

"Kok kaya nggak ada orangnya gini, ya?" gumam Bastian merinding.

Mengingat rumah Raga berada diantara persawahan, jadi hanya ada beberapa tetangga saja disana. Dari desa, rumah itu masih memerlukan jarak sekitar 10 menit untuk masuk kedalamnya.

Dan kebetulan, di Mushola itu terdapat seorang pria tua yang sedang membersihkan pelataran Mushola tadi.

Bastian langsung menghampirinya untuk bertanya, "Permisi pak, apa Anda tahu dimana pemilik rumah itu?" tunjuknya pada rumah Raga.

Pria tua itu menghentikan pekerjaanya. Dia lalu bangkit, mengikuti arah tunjuk tangan Bastian.

"Mbok Nah? Mbok Nah sudah pindah hampir 5 tahun ini, Mas! Katanya diajakin merantau cucunya," jawab pria tua tadi.

"Kalau boleh tahu, kemana ya Pak?"

"Saya juga nggak tahu, Mas!"

"Oh, ya sudah Pak! Kalau begitu saya permisi."

Sebelum pergi, Bastian memandang sekilas rumah sahabatnya itu. Dia lalu kembali lagi berjalan menuju ketempat mobilnya, yang terparkir lumayan jauh.

"Aku juga nggak tahu, dimana rumah Hafsah!"

Sial!!! Bastian memukul cepat setir mobilnya, lalu melajukan kembali mobil mewah itu.

Begitu mobilnya sampai didesa, Bastian berhenti sejenak untuk bertanya disalah satu rumah, yang terdapat seorang wanita tengah menyapu teras.

"Permisi bu, saya mau tanya? Apa Anda tahu, dimana Mbok Nah dan cucunya sekarang?" tanya Bastian berdiri dihalaman rumah tadi.

Ibu-ibu tadi sedikit mengernyit. Namun setelah itu dia berkata, "Oh, Mbok Nah ya, Mas? Dia sudah pindah hampir 5 tahun ini! Kalau cucunya, Raga ... Saya denger-denger, sudah meninggal hampir 5 tahun ini juga."

Degh!!!!

Demi apa, tubuh Bastian bagai tiada tulang saat ini. Wajahnya terkejut, namun tertahan oleh rasa ingin tahunya.

"Meninggal, bu? Maksud Ibu?"

"Iya, Mas. Mas Raga sudah meninggal, beberapa bulan setelah menikah! Kasian istrinya sih, katanya pada saat itu hamil 8 bulan."

"Apa Anda tahu, dimana tempat tinggal istrinya?" tanya Bastian kembali.

"Maaf, Mas! Kalau itu saya nggak tahu."

Setelah itu, Bastian pamit dan langsung masuk kedalam mobilnya kembali. Raga sahabatnya sudah meninggal? Bastian masih mengulang kalimat wanita tadi, yang saat ini semakin menajadi beban pikiran untuknya.

"Nggak, Raga nggak mungkin meninggal! Nggakkkkkk ...." teriaknya, hingga kedua matanya seketika memanas.

Bastian masih belum pecaya begitu saja, sebelum dia melihat pusara sang sahabat langsung dengan kedua matanya.

"Aku harus mencari keberadaan Hafsah! Ya ALLAH ... Ampunilah hamba. Aku sudah terlalu jauh, hingga melupakan dua sahabat terbaiku!" ucapnya penuh sesal.

Dada Bastian terasa sesak, hingga buliran bening berjatuhan melewati rahang kerasnya.

Raga rela menyimpan rahasianya, malah dengan entengnya Bastian melupakan sahabatnya itu. Siapa yang berbuat, siapa pula yang bertanggung jawab. Andai Bastian tahu, bagaimana dulu Raga yang menanggung perbuatannya, dan rela dihajar habis-habisan oleh Ayah Hafsah. Entah seperti apa, jika Hafsah mengetahui yang sebenarnya.

*

*

*

Siang itu, setelah selesai Sholat Dhuhur. Hafsah langsung saja bekerja kembali untuk melayani para customer yang berdatangan silih berganti. Namun semenjak pukul 11.00 tadi, hanya tersisa beberapa customer saja yang masih.

Hafsah hari ini pun tidak secapek hari-hari lalu. Karena tempatnya dan Dista, yakni Teller 1 kosong. Jadi mereka hanya mengerjakan sisa laporan yang tadi sempat tertunda.

Sebuah mobil mewah baru saja memasuki halaman Bank belogo biru itu. Dan ternyata dia Dimas. Asisten Bastian.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya seorang pria berseragam satpam, yang kini berdiri dibalik pintu masuk.

"Saya ingin mencairkan cek!" jawab Dimas dengan tegas. Jika seperti ini, Asisten muda itu sama sekali tidak terlihat kekonyolannya. Wajahnya tampak datar, serta tatapannya mengintimidasi lawan.

"Anda langsung saja ke Teller 1, Pak!" ucap satpam itu, menjelaskan.

Dimas mengangguk. Dia langsung beranjak menuju Teller 1, yang dimana tertera nama ~Hafsah Nur Amala~ dalam papan nama diatas meja itu. Dimas menunggu beberapa detik, karena Hafsah saat ini tengah masuk kedalam untuk memberikan laporan tadi.

Dan betapa terkejutnya Dimas, saat melihat perempuan yang pernah dia temui kala di Butik Fatma.

Mereka berdua sama-sama mengernyit.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Sebentar, Anda bukanya Bundanya Ayuna? Yang saya pernah bertemu saat di Butiknya bu Fatma?" tebak Dimas mengingat-ingat. Keningnya msih mengerut, serta tatapanya menelisik.

Hafsah tersenyum simpul, "Benar sekali, Pak! Saya bekerja disini, sebagai Teller! Oh ya, ada yang bisa saya bantu?

1
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!